BMKG Ingatkan Warga Aceh dan Sumut Waspadai Cuaca Ekstrem

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan terkait kondisi cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi di Aceh dan Sumatera Utara. Peringatan ini muncul seiring dengan peningkatan aktivitas Bibit Siklon Tropis 95B yang terdeteksi di perairan timur Aceh, Selat Malaka sejak 21 November 2025. Dalam pantauan BMKG, sistem ini terus berkembang dan berpotensi memicu hujan lebat disertai angin kencang di sejumlah wilayah Sumatera.

Berdasarkan data yang dikumpulkan hingga 27 November 2025, dampak dari Bibit Siklon 95B telah menyebabkan peningkatan curah hujan ekstrem di Aceh dan Sumatera Utara. Kondisi ini diperparah oleh keberadaan Siklon Tropis KOTO yang terbentuk di Laut Sulu, yang turut berkontribusi terhadap pola cuaca tidak stabil di wilayah Sumatera bagian utara. Kedua sistem cuaca tersebut saling berinteraksi, memperkuat pertumbuhan awan konvektif yang luas dan memicu hujan deras serta angin kencang.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa TCWC Jakarta mencatat dua sistem cuaca signifikan pada 25 November 2025. Selain Bibit Siklon 95B di Selat Malaka, keberadaan Siklon Tropis KOTO turut mendorong peningkatan intensitas hujan di wilayah barat Indonesia. Pola belokan angin dan aliran massa udara basah ke pusat siklon memperkuat pertumbuhan awan hujan, terutama di Sumatera Utara.

Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani, menekankan pentingnya kewaspadaan masyarakat di daerah terdampak. Ia meminta seluruh pemangku kebijakan dan instansi terkait untuk melakukan langkah mitigasi guna mengurangi risiko bencana hidrometeorologi. BMKG terus melakukan pemantauan intensif selama 24 jam terhadap pergerakan sistem ini, terutama dalam 24 jam ke depan ketika potensi penguatan menjadi siklon tropis tergolong tinggi.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menyampaikan hasil analisis BMKG pada 26 November 2025 pukul 01.00 WIB, menunjukkan bahwa Bibit Siklon 95B masih berada di dekat perairan timur Aceh dan terus memicu pertumbuhan awan hujan yang meluas. Dengan kecepatan angin yang terpantau mencapai lebih dari 35 knot (65 km/jam), sistem ini berpotensi berkembang menjadi siklon tropis dalam sehari ke depan. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat terjadi sewaktu-waktu.

Direktur Meteorologi BMKG, Andri Ramdhani, menambahkan bahwa dampak langsung dari Bibit Siklon 95B tidak hanya terbatas pada curah hujan, tetapi juga memengaruhi kondisi perairan. Gelombang tinggi dengan ketinggian 2,5 hingga 4,0 meter berpotensi terjadi di Selat Malaka bagian tengah, perairan timur Sumatera Utara, serta Samudera Hindia barat Aceh hingga Nias. Sementara itu, gelombang sedang (1,25-2,5 m) diperkirakan terjadi di Selat Malaka bagian utara dan perairan Rokan Hilir, Dumai-Bangkalis.

Wilayah yang berada dalam zona peringatan cuaca ekstrem meliputi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Riau. Hujan lebat hingga ekstrem disertai angin kencang diperkirakan terus terjadi dalam beberapa hari mendatang. Di sisi lain, Siklon Tropis KOTO juga berpotensi menyebabkan hujan sedang hingga lebat di Kalimantan Barat dan Kepulauan Riau, serta gelombang tinggi 1,25-2,5 meter di sejumlah perairan seperti Sangihe-Talaud, Laut Sulawesi, Laut Maluku, perairan Halmahera, Papua Barat Daya, Papua, dan Samudra Pasifik utara Maluku-Papua.

BMKG mengimbau masyarakat untuk senantiasa mengakses informasi resmi melalui kanal-kanal resmi BMKG dan menghindari penyebaran informasi yang tidak terverifikasi. Pemerintah daerah diminta untuk meningkatkan kesiapsiagaan, terutama di daerah rawan banjir bandang dan longsor akibat hujan lebat yang terjadi belakangan ini.

Data riset terbaru dari Pusat Studi Iklim Tropis Institut Teknologi Bandung (2025) menunjukkan bahwa frekuensi siklon tropis di wilayah perairan utara Sumatera cenderung meningkat dalam satu dekade terakhir. Pola ini diduga kuat terkait dengan pemanasan laut akibat perubahan iklim, yang memicu penguapan lebih intensif dan meningkatkan energi bagi pembentukan sistem siklon. Studi tersebut juga mencatat bahwa interaksi antara siklon jauh (seperti KOTO) dengan bibit siklon lokal (seperti 95B) dapat memperkuat dampak cuaca ekstrem secara signifikan.

Sebuah studi kasus dari kejadian serupa di tahun 2022 menunjukkan bahwa kombinasi bibit siklon dan siklon jauh pernah menyebabkan banjir bandang di Tanah Datar, Sumatera Barat, yang mengakibatkan puluhan rumah hanyut dan korban jiwa. Infografis dari BNPB menunjukkan peningkatan 40% dalam kejadian hidrometeorologi ekstrem di Sumatera sejak 2018, dengan pola yang semakin tidak menentu akibat perubahan pola sirkulasi atmosfer.

Cuaca ekstrem bukan sekadar ancaman alam, tetapi ujian kesiapsiagaan kita semua. Ketika alam berbicara dengan gemuruh badai dan derasnya hujan, saat itulah kita harus merespons dengan kearifan, kesiapan, dan gotong royong. Mari jaga lingkungan, patuhi imbauan resmi, dan siapkan langkah antisipasi—karena keselamatan kita dimulai dari kewaspadaan yang dimulai hari ini.

Baca juga Berita lainnya di News Page