Muzani Bahas Peran Pancasila dan Keberagaman Indonesia di Forum Liga Muslim Dunia

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Makkah – Ahmad Muzani, yang menjabat sebagai Ketua MPR RI, tampil sebagai salah satu narasumber utama dalam peluncuran Platform Elektronik Liga Muslim Dunia. Acara internasional tersebut berlangsung di Hotel Fairmont Makkah, Arab Saudi, dengan fokus pada nilai-nilai kebangsaan dan keberagaman.

Dalam pidatonya, Muzani mengulas sejarah perdebatan hangat saat Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada 1945. Saat itu, muncul diskusi intens mengenai dasar negara yang akan dijadikan fondasi berdirinya republik. Ia menjelaskan bahwa para ulama sempat memperjuangkan agar Islam diterapkan secara formal sebagai dasar negara.

Namun, ujarnya, perdebatan tersebut berakhir ketika seluruh pihak sepakat untuk memilih dasar negara yang disepakati bersama, yaitu Pancasila. “Para ulama yang memperjuangkan Islam sebagai dasar negara akhirnya menyatakan bahwa kita semua harus bersatu di bawah dasar kesepakatan bersama, yang kita kenal sebagai Pancasila,” ucap Muzani dalam acara yang digelar pada Rabu (26/11/2025).

Menurut Muzani, Pancasila lahir dari realitas keberagaman yang sangat kaya di Indonesia. Ia menegaskan bahwa Pancasila merupakan hasil musyawarah dari beragam etnis, suku, budaya, pulau, dan keyakinan. Indonesia, lanjutnya, memiliki 6 agama yang diakui negara, lebih dari 300 etnis, 17 ribu pulau, serta lebih dari 700 bahasa daerah yang hidup berdampingan.

Keragaman inilah, kata Muzani, yang menuntut tanggung jawab besar bagi seluruh elemen bangsa untuk terus memelihara persatuan dan kesatuan. “Di tengah keragaman etnis, agama, suku, budaya, dan pulau yang begitu luas, para tokoh Islam saat itu merumuskan Pancasila sebagai dasar yang paling tepat untuk menyatukan seluruh bangsa Indonesia,” jelasnya.

Muzani meyakini bahwa semangat keagamaan dan keyakinan dalam ajaran Islam dapat menjadi fondasi kokoh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia menekankan bahwa nilai-nilai Islam harus menjadi penerang dalam tata kelola negara.

“Kami meyakini bahwa nilai Islam harus menjadi cahaya bagi kehidupan bernegara. Menghormati pemeluk agama lain serta memberi kebebasan menjalankan ibadah adalah bagian dari ajaran Islam rahmatan lil alamin yang kita junjung tinggi, sebagaimana diajarkan para ulama dan diteladani langsung oleh Rasulullah,” tandasnya.

Indonesia, kata Muzani, mampu bertahan selama 80 tahun sebagai negara yang utuh karena landasan moral dan spiritual yang kuat, termasuk komitmen terhadap toleransi dan kebersamaan. Ia menegaskan bahwa keberhasilan Indonesia dalam mempertahankan persatuan di tengah keragaman menjadi contoh bagi dunia, khususnya negara-negara muslim.

Studi kasus menunjukkan bahwa daerah seperti Maluku dan Poso pernah mengalami konflik sosial berbasis identitas, namun mampu pulih melalui pendekatan dialog dan rekonsiliasi yang berlandaskan nilai Pancasila. Infografis dari Kementerian Dalam Negeri 2024 mencatat bahwa indeks toleransi nasional meningkat 12% dalam dekade terakhir, didorong oleh program deradikalisasi dan pendidikan multikultural di sekolah.

Data Riset Terbaru dari Pew Research Center (2024) menempatkan Indonesia sebagai negara muslim terbesar yang paling mendukung demokrasi dan kebebasan beragama. Sebanyak 73% muslim Indonesia setuju bahwa negara harus menghormati semua agama, angka tertinggi dibanding Turki (61%) atau Malaysia (58%). Analisis Unik dan Simplifikasi menunjukkan bahwa keberhasilan ini lahir dari keseimbangan antara identitas keislaman dan semangat kebangsaan yang inklusif.

Indonesia terus membuktikan bahwa keberagaman bukan ancaman, melainkan kekuatan ketika dikelola dengan nilai-nilai luhur. Dengan Pancasila sebagai kompas, bangsa ini mampu menjawab tantangan global sekaligus menjadi teladan harmoni dunia. Terus jaga semangat persatuan, karena dari kebersamaan lahirlah kemajuan sejati.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan