Ibas Soroti Kesejahteraan dan Kompetensi Guru SD di Hari Guru

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), menekankan urgensi peningkatan kesejahteraan sekaligus kompetensi guru jenjang sekolah dasar dalam perayaan Hari Guru Nasional 2025 yang digelar di Gedung Nusantara V, Senayan. Dihadapan lebih dari 600 pendidik yang hadir secara langsung maupun virtual, Ibas menyampaikan rasa hormatnya terhadap para guru yang dinilai sebagai tiang utama dalam membangun bangsa.

Acara yang mengusung tema ‘Guru Penjaga Masa Depan Bangsa: Memperkuat Karakter, Ilmu, dan Demokrasi’ ini menjadi momentum refleksi peran strategis pendidik. “Selamat Hari Guru! Tepatnya tanggal 25 November 2025. Applause untuk guru-guru hebat,” ucap Ibas, mengutip dari rilis pers pada Rabu (26/11/2025).

Ia menegaskan bahwa guru merupakan sosok penerang yang membentuk karakter serta arah perjalanan generasi muda. Peningkatan kapasitas pendidik, transformasi digital dalam proses belajar mengajar, dan perlindungan profesi guru harus menjadi fokus utama dalam agenda pembangunan nasional menuju visi Indonesia Emas 2045. “Guru adalah cahaya yang menuntun perjalanan hidup generasi penerus bangsa. Guru, membentuk dan menuntun masa depan bangsa ini,” tegasnya.

Apresiasi juga disampaikan kepada para guru yang bertugas di daerah terpencil, tertinggal, dan terluar (3T), yang tetap menjalankan tugas luhur meski dibayangi keterbatasan sarana prasarana. “Hari Guru adalah momen untuk mengingat kembali betapa berharganya peran guru dalam hidup kita. Meskipun bekerja dalam diam, jasanya terasa sepanjang hayat,” ujarnya.

Sebagai alumni NTU Singapura, Ibas menegaskan komitmen Fraksi Partai Demokrat untuk terus mengawal peningkatan kesejahteraan guru, mulai dari jaminan profesi hingga kepastian status kepegawaian yang layak. Ia juga mendorong penerapan metode pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan (fun learning berkarakter) bagi guru SD sebagai dasar pembentukan fondasi pendidikan anak usia dini.

Di tengah perubahan zaman yang begitu cepat, peran guru tetap menjadi penuntun arah agar setiap anak mampu melangkah di jalan yang benar. Menurutnya, tantangan yang dihadapi guru saat ini sangat kompleks, mulai dari ketimpangan fasilitas pendidikan, pergeseran budaya, hingga dinamika transformasi digital. Namun, peran mereka tetap sentral dalam membangun literasi, kreativitas, toleransi, dan karakter kebangsaan.

“Kita berharap guru mendapatkan pelatihan, dukungan, kesejahteraan, dan perlindungan kerja yang layak. Karena guru yang kuat berarti pendidikan yang kuat,” serunya.

Rangkaian acara turut menghadirkan sejumlah pakar pendidikan. Prof. Supriadi, Rektor Universitas Negeri Jakarta, memaparkan pemanfaatan Etnomatematika dan teknologi digital dalam pembelajaran jenjang SD. Sementara itu, Galih Sulistiyaningra, pendiri Smartick, menjelaskan strategi penguatan literasi numerasi melalui pembelajaran digital harian. Rektor UNJ lainnya, Prof. Komarudin, menekankan pentingnya pendidikan karakter berkelanjutan yang berbasis pada Empat Pilar MPR RI, dari penerapan kurikulum tematik hingga penguatan budaya sekolah yang berlandaskan Pancasila.

Salah satu peserta, Cecep Rudi Hartono, Kepala SDN 2 Selawi Purwakarta, menyampaikan aspirasi peningkatan kesejahteraan guru, percepatan proses sertifikasi, serta jaminan perlindungan hukum bagi tenaga pendidik. Acara ini juga dihadiri oleh jajaran Fraksi Partai Demokrat DPR RI yang menyatakan dukungan penuh terhadap kebijakan yang berpihak pada guru dan kemajuan pendidikan nasional.

Berdasarkan data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (2024), terdapat lebih dari 3,2 juta guru di seluruh Indonesia, dengan sekitar 1,8 juta di antaranya mengajar di jenjang sekolah dasar. Survei UNESCO (2023) menunjukkan bahwa guru di negara berkembang seperti Indonesia masih menghadapi kesenjangan akses terhadap pelatihan profesional, dengan hanya 42% guru yang menerima pengembangan kompetensi secara berkala. Studi dari World Bank (2024) juga mencatat bahwa peningkatan kesejahteraan guru berdampak langsung terhadap peningkatan kualitas pembelajaran dan prestasi siswa, terutama di daerah rural.

Sebuah studi kasus dari Kabupaten Sumba Timur (2023-2024) menunjukkan bahwa penerapan program pelatihan digital bagi guru SD selama 6 bulan mampu meningkatkan partisipasi siswa sebesar 37% dan keterlibatan orang tua dalam proses belajar sebesar 28%. Program ini juga berhasil menurunkan angka ketidakhadiran guru hingga 21%, membuktikan bahwa investasi pada peningkatan kapasitas guru memberi dampak riil pada sistem pendidikan.

Guru bukan sekadar pengajar, mereka adalah arsitek masa depan bangsa. Saat kita memberi mereka dukungan yang layak, kita sebenarnya sedang membangun fondasi Indonesia yang lebih cerdas, berdaya saing, dan berakhlak mulia. Mari jadikan setiap ruang kelas sebagai laboratorium peradaban, dan setiap guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang layak dihormati sepanjang waktu.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan