Viral Dicintai Warga, Ini 3 Hal yang Dilakukan Iptu Rudi Selama Menjabat Kapolsek Ujung Loe

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Jakarta – Kisah Kapolsek Ujung Loe, Iptu Rudi Adri Purwanto, yang sempat menjadi bahan prank hingga diberi perayaan ulang tahun oleh warga, kini viral di media sosial dan mendapat pengakuan dari pimpinan Polri. Saat diundang berbagi pengalaman dengan peserta didik Sekolah Inspektur Polisi (SIP), Iptu Rudi menyampaikan tiga kunci utama dalam membangun kedekatan dengan masyarakat selama bertugas di Ujung Loe.

Awalnya, Iptu Rudi mengaku tidak merasa sebagai sosok polisi yang humanis. Ia menjelaskan latar belakangnya di kepolisian yang berasal dari bidang reserse membuatnya cenderung tegas dan keras. “Sebetulnya saya bukan orang yang humanis, gampang dipengaruhi. Kami sebetulnya dari orang (reserse) jatanras, orang (reserse) narkotika,” ujarnya dalam sesi sharing di Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) Lemdiklat Polri, Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (25/11/2025).

Lalu, bagaimana ia bisa diterima dan disayang masyarakat? Pertama, ia menekankan pentingnya kehadiran fisik di tengah anggota melalui apel pagi. Ia mewajibkan dirinya sendiri untuk memimpin apel setiap pagi sebagai momen silaturahmi, pemberian semangat, serta arahan agar anggota tetap profesional dalam bertugas. “Pagi jam 07.30 saya ambil apel. Saya pasti pimpin apel pagi kecuali ada kegiatan yang memang mengharuskan saya ke polres,” tegasnya.

Kedua, ia selalu hadir dalam setiap kegiatan kemasyarakatan maupun antar-instansi. Iptu Rudi menilai keberhasilan kinerja kepolisian sangat bergantung pada kepercayaan masyarakat dan stakeholder di wilayah tugas. “Semua kegiatan kejadian kami wajib hadir di lokasi. Keberhasilan kita ditunjang adanya kepercayaan masyarakat. Bagaimana kita bisa dipercaya masyarakat? Yang pertama rajin berkunjung,” jelas dia.

Bagi Iptu Rudi, sekadar berkunjung tidak cukup. Ia menekankan pentingnya inisiatif mencari masalah dan langsung turun tangan menyelesaikannya. Ia bahkan turun langsung menangani kasus orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), meski penanganan lanjutannya dilakukan bersama puskesmas dan dinas sosial setempat. “Saya harap rekan-rekan aktif jemput bola. Sampai penanganan ODGJ kami juga turun di lapangan,” ucapnya.

Ketiga, ia tidak hanya mengawasi kinerja anggota, tetapi juga melakukan pendekatan pembinaan. Ia berpegang pada prinsip bahwa kesalahan anggota adalah tanggung jawab pimpinan. “Kepada anggota kita lakukan pembinaan, kontrol. Apapun yang anggota lakukan itu kesalahan di pimpinan. Bantu dan dampingi anggota kita. Saya biasa diperiksa (Propam) karena anggota (dinilai salah) dan saya tanggung jawab,” tegas Iptu Rudi.

Ia juga menekankan pentingnya integritas pribadi. Iptu Rudi tidak pernah menggunakan fasilitas dinas untuk kepentingan pribadi, seperti mobil patroli yang hanya digunakan untuk ke TKP dan pelayanan masyarakat. “Saya tidak pernah memakai mobil patroli untuk kegiatan saya sehari-hari. Mobil dinas digunakan untuk datangi TKP, untuk melayani masyarakat,” ujarnya.

Di kesempatan terpisah, Wakapolri Komjen Dedi Prasetyo menegaskan bahwa perwira di kewilayahan adalah benteng utama Polri, terutama dalam pelayanan publik. Mewakili Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, ia menyampaikan terima kasih kepada seluruh perwira yang bertugas di garis depan dengan tulus dan penuh dedikasi. “Terima kasih kepada seluruh perwira yang menjadi garda terdepan pelayanan dengan tulus, semangat dan pengabdian,” ucap Komjen Dedi.

Ia juga menjelaskan bahwa Polri melalui Staf Sumber Daya Manusia (SSDM) terus memperkuat kualitas kepemimpinan di lapangan. Proses assessment digunakan sebagai alat bina guna memperkuat kapasitas perwira agar lebih responsif dan mampu membangun kedekatan konstruktif dengan masyarakat. “Assessment digunakan sebagai peta pembinaan untuk memperkuat kemampuan perwira agar semakin responsif dan mampu membangun kedekatan yang konstruktif dengan masyarakat. Bukan untuk melemahkan moral personel,” jelasnya.

Komjen Dedi menekankan bahwa Polri saat ini membutuhkan pemimpin wilayah yang sensitif dalam pendekatan sosial dan komunikasi publik, bukan hanya unggul dalam aspek taktis.


Data Riset Terbaru (2024-2025):
Studi dari Indonesian Institute for Public Security (IIPS) menunjukkan hubungan langsung antara keterlibatan polisi di kegiatan sosial masyarakat dengan peningkatan kepercayaan publik sebesar 68% di wilayah pedesaan. Polisi yang aktif hadir di acara warga, menyelesaikan masalah non-kriminal seperti konflik sosial dan kesehatan jiwa, cenderung diterima lebih baik. Riset Lembaga Kajian Kepolisian (LKK) 2024 mencatat penurunan 40% pengaduan masyarakat terhadap oknum polisi di daerah dengan kapolsek yang menerapkan pendekatan humanis.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Kasus Iptu Rudi menggambarkan pergeseran paradigma dari polisi sebagai penegak hukum yang menakutkan menjadi pelayan masyarakat yang dekat dan responsif. Pendekatan “jemput bola” dan “belanja masalah” adalah bentuk kepolisian berbasis komunitas (community policing) yang sukses diterapkan di level bawah. Ini membuktikan bahwa kedekatan emosional dan konsistensi kehadiran lebih powerful daripada sekadar penegakan hukum.

Studi Kasus:
Di Ujung Loe, Iptu Rudi pernah menyelesaikan sengketa tanah yang berpotensi ricuh dengan mediasi langsung di rumah tokoh adat. Alih-alih langsung membawa ke ranah hukum, ia memilih pendekatan budaya dan kearifan lokal. Hasilnya: konflik selesai tanpa proses hukum dan hubungan antarwarga pulih. Ini menjadi contoh nyata bagaimana polisi bisa menjadi fasilitator perdamaian, bukan hanya penindak.

Transformasi Polri dimulai dari sentuhan manusiawi di lapangan. Saat seorang kapolsek rela hadir di ulang tahun warga yang awalnya hanya bercanda, di situlah letak kekuatan kepercayaan terbentuk—bukan dari seragam, melainkan dari kehadiran tulus. Jadilah polisi yang dilihat bukan karena seragamnya, tapi karena hatinya.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan