200 Calon PMI Ikuti Pelatihan Las untuk Penempatan di Eropa Timur

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) menggelar pelatihan khusus juru las atau plate welder bagi 200 calon Pekerja Migran Indonesia (PMI). Program ini ditujukan untuk mempersiapkan tenaga kerja unggulan yang akan ditempatkan di kawasan Eropa Timur. Pelatihan dilaksanakan di Balai Diklat Industri Jakarta dan telah memasuki batch kedua.

Menteri P2MI Mukhtarudin menjelaskan bahwa program ini merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden Prabowo untuk menyiapkan 500 ribu tenaga kerja kompeten guna memenuhi kebutuhan pasar internasional. Kolaborasi dilakukan bersama Kementerian Perindustrian dan lembaga pelatihan terkait, dengan fokus pada pengembangan keahlian plate welder berstandar 3G GTAW.

Plate welder 3G GTAW merujuk pada keterampilan mengelas pelat logam menggunakan metode Gas Tungsten Arc Welding (GTAW), atau yang lebih dikenal sebagai las argon, dengan posisi pengelasan 3G yaitu secara vertikal ke arah atas. Keahlian ini sangat diminati di pasar kerja internasional karena menuntut presisi tinggi dan kualitas hasil las yang kuat.

Durasi pelatihan mencapai 15 hari, terdiri atas 14 hari pembelajaran teori dan praktik langsung, ditutup dengan satu hari uji kompetensi. Peserta tidak hanya dilatih secara teknis, tetapi juga dibekali pelatihan bahasa sesuai negara penempatan. Sistem penempatan telah dirancang sejak awal sehingga lulusan pelatihan langsung tersalurkan ke pasar kerja yang sesuai.

Mukhtarudin menekankan bahwa penempatan peserta telah dipetakan secara matang. Target utama berada di negara-negara Eropa Timur seperti Slovakia dan Ceko, yang saat ini memiliki permintaan tinggi terhadap tenaga kerja terampil di bidang fabrikasi logam. Skema ini menjadi bagian dari program percepatan atau crash program yang digagas oleh Presiden.

Langkah ini diharapkan mampu mengubah pola penempatan PMI dari sektor low skill menuju middle hingga high skill. Dengan keterlibatan negara mulai dari pelatihan vokasi, penyiapan bahasa, hingga penempatan kerja, diharapkan PMI tidak hanya menjadi tenaga kerja konvensional tetapi juga profesional yang diakui secara global.

Upaya ini juga menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam memberdayakan masyarakat melalui peningkatan keterampilan dan akses kerja internasional. Dengan pendekatan terpadu, pemerintah tidak hanya membuka lapangan pekerjaan tetapi juga meningkatkan martabat pekerja Indonesia di kancah global.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, terdapat lebih dari 9 juta tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri, dengan pertumbuhan permintaan terbesar di sektor manufaktur dan konstruksi. Riset International Labour Organization (ILO) 2023 menunjukkan bahwa pekerja dengan keterampilan teknis menengah ke atas memiliki tingkat perlindungan lebih baik dan upah 40-60% lebih tinggi dibanding pekerja sektor tradisional.

Studi kasus dari program serupa di Vietnam menunjukkan peningkatan penempatan tenaga kerja terampil sebesar 35% dalam tiga tahun setelah penerapan pelatihan berbasis kompetensi internasional. Pelatihan yang terintegrasi dengan kebutuhan pasar terbukti efektif menekan angka pemulangan pekerja dan meningkatkan remitansi.

Transformasi ini bukan sekadar soal bekerja di luar negeri, tapi tentang menjadi tenaga kerja unggul yang dihargai di dunia internasional. Dengan keterampilan, disiplin, dan dukungan negara, setiap pekerja Indonesia berpotensi menjadi duta keahlian yang membawa harum nama bangsa. Masa depan tenaga kerja kita ada di tangan kita sendiri—dengan bekal kompetensi, tidak ada batas yang tidak bisa dilalui.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan