Ratu Maxima Kunjungi Pura Mangkunegaran, Dorong Literasi Keuangan di Kalangan Pemuda

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Ratu Maxima dari Belanda, yang menjabat sebagai Penasihat Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Kesehatan Finansial (UNSGSA), melakukan kunjungan ke Pura Mangkunegaran di Solo. Kedatangannya ke keraton yang kaya akan nilai budaya ini bukan sekadar kunjungan kerajaan antarnegara, melainkan bagian dari misi global untuk meningkatkan kesadaran literasi keuangan, terutama di kalangan generasi muda.

Dalam kunjungan tersebut, Ratu Maxima secara aktif mengajak anak-anak muda Indonesia untuk lebih melek finansial. Ia menekankan pentingnya pemahaman dasar tentang pengelolaan uang, menabung, serta merencanakan keuangan sejak usia dini. Gagasan ini sejalan dengan perannya di PBB, di mana ia gencar mendorong inklusi keuangan dan edukasi finansial sebagai fondasi pembangunan berkelanjutan.

Pura Mangkunegaran, selain dikenal sebagai situs heritage budaya Jawa, juga kerap menjadi pusat kegiatan sosial dan edukatif. Pemilihan lokasi ini dinilai strategis, mengingat tempat ini memiliki daya tarik besar bagi kaum muda, sekaligus menjadi simbol harmoni antara tradisi dan modernitas. Ratu Maxima menggunakan momentum ini untuk menyampaikan bahwa literasi keuangan bukan hanya soal angka, tetapi juga budaya dan kebiasaan yang harus ditanamkan secara turun-temurun.

Dalam dialog interaktif bersama pelajar dan mahasiswa, ia memaparkan data bahwa lebih dari 1,7 miliar orang dewasa di seluruh dunia masih belum memiliki rekening bank. Di Indonesia, meskipun tren inklusi keuangan terus meningkat—menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK 2024 mencapai 75,04%—namun tingkat literasi keuangan masih relatif lebih rendah, yaitu 57,64%. Ini menunjukkan adanya kesenjangan antara akses dan pemahaman.

Studi kasus di Yogyakarta menunjukkan bahwa program edukasi keuangan berbasis komunitas yang melibatkan tokoh adat dan influencer lokal mampu meningkatkan partisipasi pemuda hingga 40% dalam waktu enam bulan. Pendekatan serupa bisa direplikasi di kota-kota lain, termasuk Solo, dengan memadukan nilai-nilai lokal dan bahasa yang relevan bagi anak muda.

Data riset terbaru dari World Bank (2025) mengungkap bahwa negara-negara dengan indeks literasi keuangan tinggi cenderung memiliki ketahanan ekonomi yang lebih baik selama krisis. Negara-negara tersebut juga menunjukkan tingkat kewirausahaan yang lebih tinggi di kalangan usia 18–35 tahun. Di sisi lain, OECD mencatat bahwa pendidikan keuangan formal di sekolah-sekolah masih belum merata, terutama di wilayah timur Indonesia.

Infografis dari Kemenko Perekonomian menunjukkan tren positif: jumlah anak muda usia 15–24 tahun yang menggunakan aplikasi keuangan digital naik dari 28% pada 2020 menjadi 62% di 2024. Namun, hanya 39% di antaranya yang benar-benar memahami risiko investasi dan manfaat diversifikasi. Ini menjadi tantangan bersama antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas.

Masa depan perekonomian bangsa ada di tangan anak muda yang melek finansial. Saatnya generasi muda tidak hanya aktif secara digital, tetapi juga cerdas secara finansial. Mulailah dari hal kecil: menabung, mencatat pengeluaran, dan belajar investasi. Jadilah agen perubahan di lingkunganmu—karena kebiasaan keuangan yang sehat hari ini akan membangun Indonesia yang lebih tangguh besok.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan