Pelangi di Mars: Gebrakan Anyar dalam Dunia Perfilman Indonesia

Saskia Puti

By Saskia Puti

Pelangi di Mars: Gebrakan Anyar dalam Dunia Perfilman Indonesia

Kehadiran teaser film Pelangi di Mars menjadi momentum penting bagi perkembangan film fiksi ilmiah di Indonesia, genre yang selama ini masih jarang dieksplorasi secara mendalam. Visual yang ditampilkan dalam teaser tersebut menunjukkan ambisi tinggi, didukung teknologi canggih serta nuansa emosional yang kuat, langsung mencuri perhatian masyarakat luas.

Antusiasme penonton pun mengalir deras, tidak hanya karena tampilan visualnya yang memukau, tetapi juga sebagai simbol kebangkitan baru perfilman nasional yang selama ini lebih sering bermain di genre horor, drama keluarga, dan komedi. Respons publik menunjukkan rasa bangga sekaligus rasa penasaran terhadap arah segar yang mulai ditempuh oleh perfilman Indonesia.

Dukungan penuh datang dari Produksi Film Negara (PFN), yang turut serta dalam mewujudkan proyek ini. Ifan Seventeen, selaku Direktur Utama PFN, meyakini bahwa Pelangi di Mars bukan sekadar tontonan, melainkan sarana efektif untuk menyampaikan nilai-nilai positif kepada generasi muda.

Menurutnya, industri film Indonesia di tahun 2024 sedang mengalami masa kebangkitan, namun Pelangi di Mars berdiri beda. Ia menyebut film ini sebagai simbol masa depan perfilman Tanah Air, mampu mewujudkan ide-ide liar seorang sutradara ke layar lebar. Film ini membawa pesan kebangsaan yang kuat, bahkan berpotensi menjadi film Indonesia pertama di mana karakter Indonesia menjadi pahlawan utama di tengah kancah global.

Mahakarya Pictures mengambil langkah besar melalui proyek Pelangi di Mars dengan mengusung konsep hybrid modern. Di bawah arahan kreatif Upi Guava, film ini menampilkan gaya visual yang unik dan dunia futuristik yang dibangun dengan sangat detail. Tim produksi memanfaatkan Unreal Engine serta teknologi Extended Reality (XR) untuk menciptakan lingkungan digital yang hidup dan imersif.

Proses virtual production yang digunakan memungkinkan para aktor berinteraksi secara real time dengan robot dan elemen animasi, menciptakan sinergi antara dunia nyata dan digital. Dalam teaser, Mars digambarkan sebagai planet yang luas dan misterius, menjadi tempat tumbuhnya Pelangi, manusia pertama yang lahir dan besar di planet merah tersebut.

Sejak kecil, Pelangi telah akrab dengan robot-robot canggih yang menemani hidupnya. Ia kemudian dihadapkan pada misi penting: mencari mineral langka bernama Zulit Omega yang bisa menjadi kunci penyelamatan Bumi dari krisis yang melanda.

Cerita Pelangi di Mars mengikuti perjalanan karakter utama, seorang anak Indonesia yang tumbuh di tengah lingkungan asing setelah Bumi mengalami krisis air bersih. Ia memulai petualangan bersama robot pendamping yang ramah, membentuk ikatan persahabatan yang erat sambil mencari mineral vital bagi kelangsungan hidup umat manusia.

Narasi film ini mengusung tema persahabatan, harapan, serta relasi manusia dengan teknologi. Yang membedakannya, film ini menempatkan tokoh Indonesia sebagai pusat dari petualangan luar angkasa, memberikan identitas kuat yang jarang muncul di genre serupa.

Sederet nama besar turut mengisi daftar pemain, termasuk Messi Gusti, Myesha Lin Adeeva, Lutesha, Livy Renata, dan Rio Dewanto. Mereka berakting dalam setting dunia hybrid yang memadukan live-action dengan karakter animasi berbasis robot, menciptakan pengalaman sinematik yang inovatif.

Kehadiran teaser ini menjadi bukti nyata bahwa penonton Indonesia kini siap menerima karya fiksi ilmiah yang lebih berani dan visioner. Film ini tidak hanya membawa angin segar, tetapi juga membuka jalan bagi sineas muda untuk berani bermimpi dan berkarya di genre futuristik yang selama ini dianggap menantang.

Studi kasus produksi Pelangi di Mars menunjukkan bagaimana kolaborasi antara teknologi mutakhir dan kreativitas lokal mampu menghasilkan karya yang berkelas internasional. Data riset industri film 2024–2025 mencatat peningkatan minat penonton terhadap konten sci-fi, terutama yang memadukan unsur budaya lokal dengan setting futuristik. Film ini juga menjadi contoh sukses penerapan virtual production di Indonesia, mengurangi ketergantungan pada lokasi syuting fisik sekaligus mempercepat proses produksi hingga 40%.

Dengan visual memukau, narasi yang humanis, dan representasi Indonesia di kancah global, Pelangi di Mars bukan sekadar film—ia adalah mercusuar bagi masa depan perfilman Indonesia. Saatnya kita berani bermimpi, berkarya, dan menunjukkan pada dunia bahwa kreativitas Tanah Air tak kenal batas.

Baca juga games lainnya di Info game terbaru atau cek review mobile legends lainnya.

Tinggalkan Balasan