Di kawasan yang kini dikenal sebagai Belgia, sekitar 45.000 tahun lalu, terjadi praktik kanibalisme yang melibatkan Neanderthal. Para ilmuwan menemukan bukti bahwa kelompok ini memakan anggota terlemah dari klan saingan mereka. Dari analisis sisa tulang korban, terungkap bahwa semua korban adalah perempuan dan anak-anak yang bertubuh mungil, menandakan bahwa mereka menjadi target sengaja bagi para pelaku kanibal.
Temuan tersebut berasal dari Gua Goyet, tempat ditemukannya sisa-sisa yang diyakini berasal dari minimal enam individu. Empat di antaranya adalah perempuan dewasa atau remaja, sedangkan dua lainnya terdiri dari seorang anak laki-laki dan seorang bayi. Hanya bayi yang baru lahir tidak menunjukkan tanda-tanda kekerasan, sementara kelima kerangka lainnya jelas mengalami pembantaian. Hal ini menjadikan temuan ini sebagai kumpulan sisa-sisa Neanderthal yang dikanibal dalam jumlah terbesar di Eropa utara.
Studi isotop sebelumnya telah membuktikan bahwa keenam korban bukan berasal dari populasi lokal, sehingga mereka dipastikan bukan bagian dari kelompok yang memakan mereka. Untuk mengungkap lebih dalam tentang identitas dan alasan di balik peristiwa ini, para peneliti melakukan analisis terhadap ukuran, bentuk, serta kekuatan tulang panjang pada anggota tubuh korban.
Ketika dibandingkan dengan kerangka Neanderthal lainnya, seluruh korban memiliki postur tubuh yang lebih pendek dengan indeks robustisitas di bawah rata-rata. Artinya, mereka termasuk dalam kelompok Neanderthal yang lebih kecil dan kurang berotot. Selain itu, meskipun bukan penduduk asli daerah tersebut, kondisi fisik mereka menunjukkan pola hidup yang cenderung tidak banyak bergerak, sehingga kecil kemungkinan mereka memasuki wilayah musuh dalam aktivitas mencari makanan.
Para peneliti menyimpulkan bahwa praktik antropogenik yang ditemukan pada sisa-sisa Goyet bukan hanya mencerminkan eksokanibalisme—yakni konsumsi daging sesama manusia dari kelompok yang berbeda—tetapi juga menunjukkan perilaku predator yang terfokus pada individu betina yang mungil dan pendek, serta individu yang belum dewasa. Dengan kata lain, bukti ini mengindikasikan adanya penargetan sengaja terhadap anggota terlemah dari satu atau beberapa kelompok tetangga.
Meskipun motif pasti di balik tindakan ini tidak dapat dipastikan, para ahli menduga bahwa eksokanibalisme yang terjadi kemungkinan besar terkait dengan konflik antarkelompok atau persaingan, termasuk praktik penculikan paksa dari komunitas luar. Peristiwa ini terjadi antara 41.000 hingga 45.000 tahun lalu, periode yang bertepatan dengan kedatangan Homo sapiens di Eropa Barat. Para peneliti berargumen bahwa kehadiran manusia modern mungkin memberikan tekanan ekstra terhadap populasi Neanderthal, memicu peningkatan kekerasan antarkelompok yang pada akhirnya dapat memicu aksi kanibalisme semacam ini.
Studi terbaru dari tim arkeolog Eropa yang diterbitkan tahun 2024 memperkuat temuan ini dengan mengungkap pola trauma tajam dan pemotongan daging yang konsisten pada tulang-tulang tersebut. Melalui pemindaian mikroskopis, ditemukan bekas alat batu yang digunakan untuk menguliti dan memisahkan daging dari tulang, menandakan proses konsumsi yang sistematis. Sebuah penelitian dari Universitas Liège juga menemukan residu lemak hewan dan manusia dalam lapisan tanah gua, mendukung hipotesis bahwa lokasi ini digunakan sebagai tempat pemrosesan makanan.
Sebuah studi kasus dari situs Atapuerca, Spanyol, menunjukkan pola serupa di mana Neanderthal juga menjadi korban kanibalisme oleh sesama Neanderthal. Namun, yang membedakan temuan Goyet adalah dominasi korban perempuan dan anak-anak, yang mengindikasikan strategi selektif dalam memilih target. Data ini memberikan wawasan penting tentang dinamika sosial dan konflik antarkelompok di era Paleolitik.
Peristiwa ini menggambarkan betapa kompleksnya kehidupan sosial Neanderthal, yang jauh dari citra makhluk primitif tanpa peradaban. Mereka memiliki struktur sosial, konflik kelompok, dan bahkan strategi bertahan hidup yang ekstrem di tengah tekanan lingkungan dan kompetisi spesies. Temuan ini mengajak kita untuk merenungkan betapa tipisnya garis antara kelangsungan hidup dan kekejaman, serta bagaimana tekanan ekstrem dapat mengubah perilaku sosial makhluk cerdas, baik di masa lalu maupun sekarang. Di tengah tantangan global saat ini, kisah dari Goyet menjadi pengingat bahwa kerja sama dan empati mungkin jauh lebih penting daripada dominasi.
Baca juga Info Gadget lainnya di Info Gadget terbaru

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.