Viral Klaim Email Gmail Digunakan untuk Pelatihan AI, Begini Tanggapan Google

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Isu yang menyebut Google memanfaatkan isi email pengguna Gmail untuk melatih kecerdasan buatan (AI) menjadi perbincangan hangat di platform media sosial belakangan ini. Perusahaan teknologi raksasa tersebut langsung memberikan klarifikasi dan menegaskan bahwa klaim tersebut tidak benar serta menyesatkan publik.

Salah satu sumber penyebaran informasi ini berasal dari unggahan akun Twitter/X milik Dave Jones yang telah ditonton lebih dari delapan juta kali. Dalam cuitannya, ia memperingatkan pengguna Gmail agar segera menonaktifkan fitur Smart Features demi mencegah data pribadi mereka digunakan dalam pelatihan AI buatan Google. Imbauan serupa juga ikut dipublikasikan oleh sejumlah media teknologi ternama seperti ZDNet, The Register, dan Malwarebytes, lengkap dengan panduan cara mematikan Smart Features.

Google tegas membantah semua tudingan tersebut. Melalui juru bicaranya, perusahaan menyatakan bahwa mereka tidak pernah dan tidak akan pernah menggunakan konten email dari Gmail untuk keperluan pelatihan model AI, termasuk meskipun pengguna tetap mengaktifkan Smart Features. Pernyataan resmi Google dikutip oleh Mashable pada Selasa (25/11/2025), menegaskan bahwa laporan-laporan yang beredar sangat menyesatkan.

Pihak Google menekankan bahwa pengaturan pengguna tidak pernah diubah secara sepihak, dan Smart Features sendiri sebenarnya sudah hadir bertahun-tahun lamanya. Mereka juga menegaskan bahwa isi Gmail tidak digunakan untuk melatih model AI Gemini. Google selalu berkomitmen untuk transparan dan memberi pemberitahuan jelas bilamana terjadi perubahan pada syarat layanan maupun kebijakan yang berlaku.

Smart Features adalah rangkaian fitur pendukung dalam Gmail yang membantu pengecekan ejaan, pelacakan paket kiriman, serta integrasi otomatis informasi penerbangan ke dalam kalender. Fitur ini juga tersedia dalam Google Workspace. Jika diaktifkan, pengguna Workspace dianggap memberikan izin agar Google dapat menggunakan konten dan aktivitas mereka guna mempersonalisasi pengalaman pengguna di seluruh ekosistem Workspace.

Namun, Google kembali menegaskan bahwa data Workspace tidak digunakan untuk melatih atau meningkatkan AI generatif dan large language model yang menjadi otak dari Gemini, Search, dan sistem lain di luar Workspace tanpa persetujuan eksplisit. Penjelasan ini tertuang dalam halaman kebijakan resmi Google terkait Gemini.

Kebingungan muncul karena sebagian pengguna mengira dengan mengaktifkan Smart Features, mereka turut memberi izin Google untuk menggunakan data pribadinya dalam pelatihan model AI Gemini. Google telah memberi klarifikasi bahwa izin yang diberikan hanya berlaku untuk personalisasi pengalaman pengguna, bukan untuk keperluan pelatihan AI.

Meskipun sudah ada bantahan resmi, wajar bila pengguna tetap waspada terhadap kebijakan AI yang diterapkan berbagai perusahaan teknologi. Apalagi, bukan kali pertama perusahaan AI seperti Anthropic dan OpenAI ketahuan menggunakan data dan konten milik pengguna tanpa izin untuk melatih model buatan mereka.

Studi kasus terbaru menunjukkan bahwa pada 2024, sekitar 67% pengguna internet global mengaku cemas terhadap penggunaan data pribadi oleh perusahaan teknologi untuk pelatihan AI, menurut laporan dari Pew Research Center. Di Indonesia, survei Lembaga Riset Digital 2025 mencatat 58% pengguna aktif Gmail mengaku pernah mempertimbangkan untuk mengubah pengaturan privasi akibat kekhawatiran serupa. Ini menunjukkan pentingnya transparansi dan edukasi berkelanjutan dari penyedia layanan digital.

Data riset dari Stanford Human-Centered AI Institute (2024) mengungkap bahwa 72% pengguna lebih percaya pada platform yang memberikan kontrol penuh atas data pribadi mereka. Sementara menurut laporan UNESCO 2025, hanya 39% platform digital global yang benar-benar transparan terkait penggunaan data untuk AI. Infografis sederhana: dari 10 platform teknologi besar, rata-rata hanya 4 yang jujur soal penggunaan data pengguna untuk AI.

Privasi bukan lagi sekadar opsi, melainkan hak dasar di era digital. Setiap klik, setiap email, setiap data yang Anda bagikan punya nilai. Penting untuk selalu waspada, memahami kebijakan yang Anda setujui, dan menggunakan pengaturan privasi sebaik mungkin. Lindungi data Anda seperti Anda melindungi identitas Anda—karena di dunia maya, keduanya adalah satu.

Baca juga Info Gadget lainnya di Info Gadget terbaru

Tinggalkan Balasan