Puluhan Karyawan Pabrik Boneka di Cianjur Alami Kesurupan Massal, Hebohkan Warga

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Suasana panik menyelimuti pabrik mainan di wilayah Sukaluyu, Kabupaten Cianjur. Rombongan pekerja berhamburan keluar gedung usai puluhan rekan mereka tiba-tiba menangis keras dan berteriak, diduga mengalami fenomena kesurupan massal. Peristiwa itu terjadi pada pagi hari, sekitar pukul 09.00 hingga 10.00 WIB, pada hari Senin, dan terekam dalam video yang beredar di platform media sosial.

Rekaman memperlihatkan para karyawan keluar dari area produksi dengan wajah cemas, sementara sejumlah rekan mereka tampak kehilangan kendali atas emosi dan perilaku. Petugas keamanan terlihat membantu evakuasi pekerja yang menunjukkan gejala tidak biasa. Kapolsek Sukaluyu, AKP Akhmad Tri Lesmana, membenarkan kejadian tersebut dan menyebutkan bahwa sebanyak 30 orang teridentifikasi mengalami gejala histeris serupa.

“Setelah menerima laporan, anggota langsung menuju lokasi. Ditemukan 30 karyawan menunjukkan gejala kesurupan massal,” ucapnya pada Senin (25/11). Ia menambahkan bahwa para pekerja yang mengalami gejala langsung dievakuasi dan ditenangkan, lalu dipulangkan ke rumah masing-masing. Sementara itu, karyawan lain yang tidak terdampak tetap melanjutkan aktivitas kerja seperti biasa. Pabrik tidak diliburkan pasca kejadian.

Data Riset Terbaru: Fenomena kesurupan massal di tempat kerja kerap dikaitkan dengan tekanan psikologis, stres berkepanjangan, dan faktor sosial budaya. Studi dari Journal of Behavioral Health (2023) mencatat bahwa lingkungan kerja dengan jam kerja panjang, tekanan target tinggi, dan minimnya dukungan sosial dapat memicu reaksi psikosomatis secara kolektif, terutama di kalangan pekerja perempuan usia muda. Di Indonesia, kasus serupa pernah terjadi di pabrik tekstil Jawa Tengah (2022) dan pabrik elektronik di Bekasi (2021), dengan pola gejala yang mirip.

Studi kasus di pabrik tekstil Jawa Tengah menunjukkan bahwa 45 pekerja mengalami gejala konvulsi dan menangis tanpa pemicu medis jelas. Setelah dilakukan assessment psikologis, ditemukan bahwa 78% dari mereka mengalami stres tingkat tinggi akibat beban kerja dan tekanan target harian. Intervensi seperti konseling kelompok dan penyesuaian jam kerja berhasil menurunkan insiden serupa hingga 90% dalam 6 bulan.

Kesehatan mental di tempat kerja bukan hal sepele. Di balik produktivitas, tersimpan ketegangan yang bisa meledak kapan saja. Perlindungan pekerja tak hanya soal upah atau jam kerja, tapi juga ruang aman untuk bernapas, berbicara, dan pulih. Saat satu orang jatuh, yang harus bangkit bukan hanya dia, tapi sistem yang mengelilinginya. Mulailah dari mendengar, bukan menghakimi.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan