Mendagri Ungkap Beras Tidak Lagi Termasuk Pangan Bermasalah

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Menteri Dalam Negeri Muhammad Tito Karnavian mengungkapkan isi pertemuan pentingnya dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan. Dalam pertemuan tersebut, Tito menerima arahan langsung dari Presiden untuk terus memantau dan mengendalikan laju inflasi di seluruh wilayah Indonesia.

Ia melaporkan bahwa angka inflasi nasional berada pada level 2,86% secara year-on-year, sementara untuk periode year-to-date tercatat sebesar 2,1%. Angka-angka ini menunjukkan bahwa kondisi inflasi saat ini masih dalam tahap yang terkendali dan stabil.

“Intinya saya melapor kepada beliau mengenai masalah yang memang saya dikasih tugas yang rutin oleh beliau untuk menjaga inflasi di daerah. Saya melaporkan bahwa inflasi kita di angka year on year-nya 2,86%, tapi year to date-nya 2,1%, artinya cukup terkendali baik,” ujar Tito usai pertemuan di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (24/11/2025).

Perbaikan signifikan juga terlihat di sektor pangan. Beras, yang sebelumnya kerap menjadi komoditas yang bermasalah dalam distribusi dan harga, kini mengalami penurunan harga di berbagai daerah. Kondisi ini tidak terlepas dari sinergi kuat antar kementerian dan lembaga terkait.

“Baru kali ini beras itu keluar dari urutan daftar pangan yang biasanya bermasalah. Beras sangat bagus, daerah-daerah yang mengalami penurunan makin banyak, yang mengalami kenaikan hanya sedikit sekali. Dan itulah dicover dengan baik saya kira oleh Menteri Pertanian Pak Amran, sekaligus Kepala Badan Pangan Nasional, kemudian juga Bulog bekerja sama dengan teman-teman Pemda,” jelasnya.

Meski demikian, sejumlah komoditas lain justru mengalami kenaikan harga, seperti bawang merah, cabai, dan telur ayam ras. Kenaikan ini menjadi perhatian khusus karena ketiga bahan pangan tersebut merupakan komponen utama dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).

“Kemudian yang memang agak sedikit naik adalah bawang merah, cabai, kemudian sedikit telur ayam ras. Nah ini yang perlu untuk mensuplai terutama program MBG,” ungkap Tito.

Ia juga menyinggung faktor eksternal yang turut memengaruhi tekanan inflasi, salah satunya adalah kenaikan harga emas global. Fenomena ini dipicu oleh dinamika geopolitik internasional dan tren dedolarisasi yang sedang terjadi di banyak negara.

“Kemudian ada pendorong lain kenaikan itu diantaranya adalah masalah harga emas, karena memang harga emas dunia naik, ada situasi geopolitik, ada fenomena dedolarisasi misalnya,” pungkasnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) November 2025, inflasi inti (core inflation) tercatat sebesar 2,42% year-on-year, lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu. Studi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) 2024 menunjukkan bahwa koordinasi antar kementerian dalam penanganan inflasi pangan berhasil menekan volatilitas harga pangan strategis hingga 37% dalam dua tahun terakhir. Infografis dari Kementerian Dalam Negeri memperlihatkan 87% kabupaten/kota mencatatkan stabilitas harga beras selama Q3 2025, capaian tertinggi sejak 2019.

Keterlibatan seluruh elemen pemerintahan dan masyarakat dalam menjaga stabilitas harga adalah kunci utama ketahanan ekonomi nasional. Saat regulasi dan kolaborasi bekerja bersamaan, rakyat merasakan dampaknya secara langsung di meja makan. Mari terus dukung kebijakan yang pro-rakyat, karena setiap rupiah yang stabil adalah bentuk keadilan sosial yang nyata.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan