Jembatan Cikahole di Kawali Ciamis Ambrol, Jembatan Bailey Dibangun dalam 3 Hari: Pengendara Dialihkan ke Jalur Alternatif

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Jembatan Cikahole yang berada di jalur Jalan Nasional Ciamis–Cirebon, tepatnya di wilayah Desa Buniseri, Kecamatan Cipaku, dinyatakan tidak dapat dilalui sama sekali setelah mengalami keruntuhan susulan pada Minggu dini hari, 24 November 2025, pukul 00.00 WIB. Badan jembatan ambruk akibat longsor yang memperparah kondisi struktur utama. Bagian pelengkung atau rangka inti jembatan roboh dengan luasan sekitar 3×3 meter, ditambah runtuhnya sebagian permukaan jalan sepanjang kurang lebih 5 meter dan lebar 3 meter.

Ani Supiani ST MSi, Kepala Pelaksana BPBD Ciamis, menyatakan bahwa penutupan total dilakukan sebagai langkah pencegahan risiko kecelakaan, terutama bagi kendaraan dengan beban berat. Semula, setelah longsor pertama, jembatan masih bisa dilalui satu jalur, namun hujan yang terus-menerus memperparah kondisi hingga terjadi longsor susulan yang memperluas kerusakan.

Ia menekankan bahwa lewatnya kendaraan besar berpotensi memicu longsor kembali karena struktur tanah dan badan jalan sudah sangat labil. Koordinasi antara BPBD, Satlantas Polres Ciamis, dan Kementerian Pekerjaan Umum telah menetapkan pengalihan arus lalu lintas sementara. Untuk kendaraan sumbu tiga ke atas, larangan melintas diberlakukan secara ketat di sekitar area bencana.

Rute alternatif yang disarankan bagi pengguna jalan dari Banjar menuju Majalengka, Kuningan, dan Cirebon adalah melalui jalur Cisaga–Rancah–Rajadesa–Hayawang. Sementara bagi pengendara dari Bandung, disediakan rute Cihaurbeuti–Panumbangan–Panjalu–Winduraja–Kawali–Cikijing–Majalengka. Ani juga mengimbau agar semua pengguna jalan memanfaatkan jalur pengalihan melalui Hayawang–Rajadesa–Rancah–Winduraja–Panjalu–Panumbangan, baik untuk kendaraan roda dua maupun kendaraan besar.

Sebagai tindakan darurat, Kementerian PU segera memasang jembatan Bailey untuk menggantikan sementara fungsi jembatan yang rusak. Proyek darurat ini ditargetkan selesai dalam tiga hari, yaitu 24 hingga 26 November 2025. Komponen rangka jembatan Bailey dikirim dari Cikampek menuju Ciamis melalui jalur Cirebon–Kuningan–Cikijing–Ciamis dan tiba pada malam hari. Ryan Yanuar, petugas lapangan Kementerian PU, membenarkan bahwa pemasangan jembatan Bailey dilakukan tepat di atas sisa jembatan yang terdampak longsor, sehingga dapat segera difungsikan untuk lalu lintas darurat.

Studi kasus ini mencerminkan kerentanan infrastruktur transportasi terhadap bencana alam, terutama di daerah rawan longsor. Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat curah hujan ekstrem di Jawa Barat bagian selatan selama November 2025, dengan intensitas melebihi 200 mm per hari selama tiga hari berturut-turut. Faktor geologi seperti kemiringan lereng yang curam, jenis tanah liat yang mudah jenuh air, serta minimnya vegetasi penahan tanah turut mempercepat terjadinya longsor. Infrastruktur jembatan pelengkung seperti Cikahole, yang dibangun dengan desain lama, lebih rentan terhadap tekanan struktural saat fondasi terkikis.

Rekomendasi teknis dari para ahli teknik sipil menyarankan perlunya audit keselamatan jembatan secara berkala, terutama di jalur rawan bencana. Integrasi sistem peringatan dini longsor berbasis sensor dan drone juga mulai diuji coba di sejumlah titik rawan di Jawa Barat. Kementerian PUPR mencatat bahwa sejak 2020, terdapat 17 kejadian longsor yang memengaruhi jembatan vital di Jawa Barat, 12 di antaranya memerlukan pemasangan jembatan Bailey sementara. Angka ini menunjukkan urgensi perbaikan infrastruktur yang tahan bencana.

Pemulihan jembatan Cikahole bukan hanya soal perbaikan fisik, tetapi juga tentang ketahanan logistik dan ekonomi masyarakat sekitar. Dengan lebih dari 3.000 kendaraan harian yang biasanya melintas, gangguan lalu lintas berdampak langsung pada distribusi barang, akses pendidikan, dan pelayanan kesehatan. Keterlibatan cepat berbagai instansi menunjukkan pentingnya kolaborasi multisektor dalam penanganan bencana. Saat alam memberi ujian, inovasi dan gotong royong menjadi kunci untuk bangkit kembali. Setiap tantangan adalah momentum untuk membangun infrastruktur yang lebih tangguh, sistem peringatan yang lebih canggih, dan masyarakat yang lebih siap.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan