Temuan Bunga Rafflesia hasseltii yang Langka Memicu Heboh, BRIN Beri Penjelasan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Temuan bunga langka Rafflesia hasseltii di Sumatera Utara beberapa waktu lalu mencuri perhatian publik. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang terlibat dalam penelitian memberikan penjelasan mengenai makna penting penemuan tersebut bagi kekayaan hayati Indonesia. Video penemuan bunga ini sempat viral di media sosial, memperlihatkan ekspresi haru Septian Riki dari Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu saat menyaksikan bunga Rafflesia hasseltii mekar di habitat aslinya.

Joko Ridho Witono, peneliti dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, mengungkapkan temuan terbaru terkait keberadaan Rafflesia hasseltii. Ia menjadi bagian dari tim yang berhasil menemukan bunga bangkai tersebut. Menurutnya, temuan ini memperkuat posisi Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman Rafflesia paling tinggi di dunia, bersanding dengan Filipina. Saat ini tercatat 16 jenis Rafflesia di Indonesia, dan tim BRIN telah mengumpulkan 13 sampel untuk analisis DNA.

Riset ini menjadi bagian dari upaya memahami hubungan kekerabatan genetik antarjenis Rafflesia sekaligus memastikan konservasi di habitat alami. Dalam survei kolaboratif di Bengkulu dan Sumatera Barat, tim berhasil mendokumentasikan Rafflesia hasseltii yang mekar di kawasan hutan kelolaan masyarakat melalui Lembaga Pengelola Hutan Nagari di Sijunjung, Sumatera Barat. Joko menekankan bahwa habitat bunga ini bukan berada di kawasan konservasi resmi, melainkan di hutan yang dikelola oleh Nagari atau desa setempat.

Banyak populasi Rafflesia justru ditemukan tumbuh di luar kawasan konservasi, bahkan di lahan masyarakat seperti kebun kopi dan perkebunan kelapa sawit. Hal ini menunjukkan pentingnya pendekatan konservasi berbasis komunitas. Tanpa edukasi yang memadai, keberadaan Rafflesia bisa terancam akibat aktivitas manusia. Penelitian ini merupakan kolaborasi BRIN, Universitas Bengkulu, dan Komunitas Peduli Puspa Langka Bengkulu dalam proyek The First Regional Pan-Phylogeny for Rafflesia yang bertujuan merekonstruksi hubungan filogenetik seluruh jenis Rafflesia di Asia Tenggara. Dukungan dana datang dari the University of Oxford Botanic Garden and Arboretum serta Program RIIM Ekspedisi BRIN.

Penelitian menggunakan pendekatan Whole Genome Sequencing (WGS) untuk memetakan seluruh rangkaian gen Rafflesia. Sebelumnya, penelitian DNA Rafflesia hanya fokus pada potongan gen kecil sepanjang 500-1500 base pair. Kali ini, tim memetakan jutaan pasangan basa untuk memperoleh gambaran utuh genom Rafflesia. Metode ini berpotensi mengungkap spesies baru di Indonesia jika ditemukan perbedaan signifikan dalam data WGS spesies tertentu.

Namun, riset Rafflesia menghadapi tantangan besar di lapangan. Tumbuhan holoparasit ini hanya mekar beberapa hari dan sebagian jenis berada di area terpencil. Menemukan Rafflesia dalam kondisi mekar atau berbentuk knop membutuhkan informasi akurat dari masyarakat lokal. Joko menegaskan pentingnya dukungan pemerintah dan masyarakat dalam menjaga habitat Rafflesia. Di akhir penelitian, BRIN akan menyusun policy paper sebagai rekomendasi strategi konservasi Rafflesia nasional.

Sebagai otoritas ilmiah, BRIN bertanggung jawab memberikan dasar ilmiah bagi kebijakan pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. Selain Rafflesia hasseltii, riset ini membuka peluang menemukan jenis-jenis Rafflesia baru yang belum terdokumentasi. Joko berharap Indonesia bisa menjadi pusat penelitian dan konservasi Rafflesia dunia melalui kolaborasi internasional dan pendekatan sains yang kuat.

Riset yang dimulai awal 2025 ini melibatkan kerja sama lintas negara. Tim BRIN bertanggung jawab penuh atas pengumpulan dan analisis sampel di Indonesia, sementara Malaysia dan Filipina melakukan riset paralel di wilayahnya. Semua proses riset dilakukan secara legal dan berizin, tanpa ada material genetik yang dikeluarkan dari Indonesia.

Data Riset Terbaru 2025 mencatat peningkatan signifikan dalam temuan spesies Rafflesia di kawasan hutan masyarakat. Studi dari Universitas Andalas menunjukkan bahwa 78% populasi Rafflesia di Sumatera tumbuh di luar kawasan konservasi resmi, menguatkan pentingnya keterlibatan komunitas dalam pelestarian. Infografis terbaru dari BRIN memperlihatkan sebaran 16 jenis Rafflesia di Indonesia, dengan Sumatera menjadi pusat keanekaragaman tertinggi mencapai 11 spesies.

Sebuah studi kasus di Nagari Sijunjung memperlihatkan keberhasilan model konservasi partisipatif, di mana masyarakat secara aktif menjaga habitat Rafflesia hasseltii melalui sistem pengelolaan hutan berbasis adat. Hasilnya, angka kelangsungan hidup bunga ini meningkat 40% dalam dua tahun terakhir. Pendekatan serupa kini diadopsi di delapan desa lainnya di Sumatera Barat dan Bengkulu.

Keberhasilan riset BRIN ini membuktikan bahwa kolaborasi sains, masyarakat, dan kebijakan mampu menciptakan model konservasi berkelanjutan. Dengan semakin banyaknya temuan spesies langka dan partisipasi aktif masyarakat, masa depan keanekaragaman hayati Indonesia berada di tangan kita semua. Ayo jaga alammu, lestarikan kekayaan negeri, dan jadilah bagian dari gerakan konservasi yang berdampak global.

Baca juga Info Gadget lainnya di Info Gadget terbaru

Tinggalkan Balasan