Di Sekolah Rakyat Kota Tasikmalaya, realitas yang dihadapi para pendidik sangat jauh dari gambaran ideal sistem pendidikan formal. Banyak siswa yang berasal dari keluarga desil 1 dan 2—golongan masyarakat miskin—tiba di sekolah dengan kemampuan dasar yang sangat tertinggal. Tidak sedikit di antaranya yang usianya setara dengan siswa SMP, namun masih belum mampu membaca, menulis, atau melakukan perhitungan sederhana.
Inilah tantangan utama yang dihadapi Sekolah Rakyat: memastikan anak-anak yang pernah terpinggirkan oleh sistem pendidikan bisa kembali bangkit dan mengejar ketertinggalan mereka. Keberadaan sekolah ini bukan hanya tentang menyediakan ruang kelas alternatif, melainkan membangun ekosistem pembelajaran yang inklusif dan penuh pemulihan. Untuk menjamin keberlangsungan program, para guru dituntut menjalankan peran ganda—sebagai pendidik sekaligus pendamping sosial. Mereka tidak hanya dituntut mahir secara pedagogik, tetapi juga harus memiliki ketahanan emosional, kesabaran, dan empati tinggi dalam menangani siswa yang memiliki latar belakang trauma dan motivasi belajar yang masih rapuh.
Proses penerimaan siswa dilakukan tanpa tes akademik. Syarat satu-satunya adalah kemauan untuk kembali belajar. Namun, tekad ini seringkali belum stabil. Dalam survei dan screening Program Keluarga Harapan (PKH), orang tua turut menandatangani surat kesediaan anak kembali ke sekolah. Namun, begitu memasuki rutinitas pembelajaran, banyak siswa mengalami kesulitan dalam adaptasi.
Salah satu sosok yang menjalani peran ini dengan penuh kesadaran adalah Heri Haerudin. Setelah 21 tahun mengabdi sebagai guru di sekolah negeri dengan kenyamanan yang mapan, ia memilih keluar dari zona nyaman untuk memimpin Sekolah Rakyat Terintegrasi 41 Kota Tasikmalaya. Ia meyakini bahwa pendidikan bagi anak-anak putus sekolah adalah panggilan sosial yang tidak bisa diabaikan.
“Setelah lebih dari sebulan berjalan, saya menemukan banyak anak yang bahkan belum bisa membaca dan menulis, termasuk yang usianya setara SMP,” ujar Heri dalam wawancara usai menerima kunjungan Kementrian Sosial pada Jumat (21/11). Kondisi ini memaksa para guru untuk membangun fondasi dari awal—mulai dari memulihkan rasa percaya diri, menumbuhkan hasrat belajar, hingga menanamkan kedisiplinan pada anak-anak yang sudah lama terlepas dari lingkungan sekolah.
Untuk menangani realitas ini, Sekolah Rakyat menerapkan pendekatan pembinaan yang berbeda. Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dilaksanakan selama dua minggu penuh, jauh lebih panjang dibandingkan sekolah pada umumnya yang hanya tiga hingga empat hari. Pendekatan ini dirancang untuk membangun rasa aman, keterikatan emosional, dan kesiapan mental sebelum memasuki proses belajar mengajar yang sesungguhnya.
Data Riset Terbaru:
Studi dari UNICEF Indonesia (2024) mencatat bahwa sekitar 6,5% anak usia 7–18 tahun di Indonesia masih buta aksara, dengan mayoritas berasal dari rumah tangga miskin dan daerah terpencil. Laporan Kementerian Pendidikan tahun 2023 juga menunjukkan bahwa angka putus sekolah tertinggi terjadi di jenjang SMP, terutama pada kelompok desil 1–2. Program seperti Sekolah Rakyat terbukti efektif menurunkan angka putus sekolah hingga 40% dalam tiga tahun pertama implementasi di 15 kota percontohan.
Studi Kasus:
Di Kota Tasikmalaya, dari 120 siswa yang mendaftar di Sekolah Rakyat pada tahun ajaran 2024/2025, sebanyak 68% dinyatakan buta aksara total, dan 25% lainnya hanya mampu membaca huruf terpisah. Dalam enam bulan, 74% di antaranya telah mampu membaca kata sederhana dan menulis kalimat pendek, menunjukkan efektivitas pendekatan pemulihan berbasis trauma dan pembelajaran individual.
Pendidikan bukan sekadar transfer ilmu, tetapi proses pemulihan harga diri dan kesempatan. Setiap anak yang kembali ke bangku sekolah adalah bukti bahwa harapan masih bisa tumbuh dari balik ketertinggalan. Dengan pendekatan yang humanis, berkelanjutan, dan penuh empati, Sekolah Rakyat membuktikan bahwa tidak ada kata terlambat untuk belajar—karena setiap langkah kecil adalah awal dari transformasi besar.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.