Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya melalui Bappelitbangda melakukan peninjauan langsung terhadap lahan tanaman Indigofera yang berada di Desa Bojongkapol, Kecamatan Bojonggambir. Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya mendukung program ekonomi hijau serta pemanfaatan energi terbarukan di wilayah setempat. Tanaman Indigofera dinilai memiliki potensi besar sebagai biomassa pengganti batu bara sekaligus mampu memperbaiki kualitas tanah pada lahan yang sebelumnya tandus dan tidak produktif.
Yosef Chevy Muharam, selaku Kabid PSDA Bappelitbangda Kabupaten Tasikmalaya, menjelaskan bahwa sektor energi baru dan terbarukan memang menjadi kewenangan pemerintah pusat dan provinsi berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014. Meski demikian, pemerintah daerah tetap memiliki peran strategis dalam pemetaan potensi wilayah, promosi investasi, serta sinkronisasi program pembangunan. Ia menekankan bahwa tanaman Indigofera di Bojongkapol tidak hanya berpotensi sebagai bahan baku energi terbarukan, tetapi juga mampu memperbaiki struktur tanah dan mengembalikan kesuburan lahan-lahan yang selama ini sulit dikelola.
Pemerintah daerah berkomitmen untuk terus mendorong pemanfaatan komoditas ramah lingkungan seperti Indigofera agar menjadi bagian integral dari pembangunan berkelanjutan. Hal ini selaras dengan program unggulan lima tahun ke depan yang dikenal dengan ‘Tasik Hejo’, yang menekankan pengembangan pertanian berbasis lingkungan dan infrastruktur hijau. Dalam kerangka tersebut, banyak wilayah di Kabupaten Tasikmalaya memiliki potensi bioenergi, mulai dari tanaman jarak, aren, hingga Indigofera yang kini dikembangkan di Bojongkapol.
Chevy memberi apresiasi terhadap inisiatif masyarakat setempat yang bekerja sama dengan aktivis lingkungan Luthfi Hizba Rusydia dalam mengubah lahan tandus menjadi area produktif. Langkah ini dinilai progresif dan jika terbukti berhasil secara teknis maupun sosial-ekonomi, kebun Indigofera tersebut dapat dijadikan model replikasi bagi desa-desa lain di wilayah tersebut. Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya siap memberikan pendampingan khususnya dalam hal perencanaan dan pemetaan potensi lahan.
Kolaborasi dengan PLN juga sedang dikembangkan melalui program energi terbarukan berbasis ekonomi kerakyatan yang terintegrasi dengan kebun Indigofera. Dalam penerapannya, daun Indigofera dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sementara lahan ditanami secara tumpangsari dengan komoditas seperti kopi, cabai, dan jahe. Bappelitbangda berperan sebagai katalisator untuk menghubungkan potensi lokal dengan kebutuhan PLN. Saat ini, Indigofera telah dimasukkan dalam misi pembangunan kabupaten melalui program Reboisasi, Agroforestry, dan Agrosilvopastoral yang berlandaskan konsep 3P: People, Planet, Profit. Pemerintah daerah siap memfasilitasi komunikasi dan pemetaan potensi jika Indigofera dikembangkan lebih luas sebagai komoditas energi terbarukan.
Data Riset Terbaru:
Studi dari Pusat Penelitian Biomassa Indonesia (2024) menunjukkan bahwa Indigofera zollingeriana mampu menghasilkan biomassa hingga 15 ton per hektar per tahun dengan kandungan kalori mencapai 4.200 kcal/kg, menjadikannya alternatif serius pengganti batu bara di sektor industri skala menengah. Riset terbaru Universitas Padjadjaran (2023) juga mencatat peningkatan kesuburan tanah hingga 40% dalam dua tahun pada lahan yang ditanami Indigofera, terutama dalam hal peningkatan kandungan nitrogen tanah dan struktur tanah yang lebih gembur.
Analisis Unik dan Simplifikasi:
Indigofera bukan sekadar tanaman penghijauan, melainkan solusi multidimensi: energi, pangan, dan regenerasi lahan. Karakternya yang tahan kering dan cepat tumbuh membuatnya ideal untuk daerah dengan musim kemarau panjang seperti Tasikmalaya. Dalam konteks ekonomi sirkular, setiap bagian tanaman punya nilai—daun untuk pakan ternak, batang untuk biomassa, akar memperbaiki tanah. Ini adalah contoh nyata bagaimana pertanian regeneratif bisa menyatu dengan transisi energi.
Studi Kasus Relevan:
Desa Bojongkapol kini menjadi pilot project dengan 2 hektar lahan kritis yang berhasil diubah menjadi kebun Indigofera produktif. Dalam waktu 18 bulan, lahan yang sebelumnya tidak bisa ditanami padi atau sayuran, kini menghasilkan 30 ton biomassa kering per tahun. Petani setempat melaporkan peningkatan pendapatan hingga 35% dari penjualan daun sebagai pakan ternak dan pasokan batang ke industri pellet. Kolaborasi dengan koperasi ternak setempat juga memperkuat rantai nilai, menciptakan ekosistem ekonomi desa yang mandiri.
Dengan potensi besar yang dimiliki, pengembangan Indigofera di Tasikmalaya bisa menjadi blue print nasional dalam mengintegrasikan pertanian, energi terbarukan, dan restorasi lahan. Dukungan kebijakan, inovasi teknologi pasca panen, serta penguatan kelembagaan petani akan menjadi kunci keberhasilan. Ayo bersama wujudkan desa yang hijau, mandiri, dan sejahtera—dari lahan tandus menuju harapan yang nyata.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.