Wisata Air di Tasikmalaya Terdampak Kebijakan Larangan Study Tour oleh Gubernur

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

TASIKMALAYA, Thecuy.com – Kebijakan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang melarang kegiatan study tour ternyata berdampak luas pada industri pariwisata daerah. Tidak hanya objek wisata edukatif yang terkena imbas, tempat rekreasi air seperti waterpark juga ikut merasakan guncangan akibat berkurangnya aliran pengunjung dari kalangan pelajar.

Di Tasikmalaya, sejumlah pengelola destinasi wisata mengungkapkan penurunan signifikan dalam jumlah kunjungan. Hilangnya rombongan sekolah yang selama ini menjadi pilar kunjungan di musim tertentu membuat mereka harus berjibaku menghadapi penurunan pendapatan.

Salah satu tempat yang paling merasakan tekanan ini adalah Ampera Waterpark. Aktivitas di wahana air ini mulai sepi jauh sebelum masa libur sekolah dimulai, sebuah fenomena yang tidak biasa terjadi di tahun-tahun sebelumnya.

“Efeknya sangat terasa, jauh berbeda dibanding sebelum larangan diberlakukan. Dulu, saat sekolah masih bebas mengadakan liburan dan manasik, bulan November dan Desember biasanya dipadati pengunjung,” tutur Ari, salah satu staf operasional Ampera Waterpark.

Menurut Ari, penurunan mulai terlihat sejak pertengahan tahun 2025. Pada bulan Mei, masih ada satu atau dua kunjungan rombongan sekolah, namun itu pun merupakan jadwal yang sudah dibooking jauh-jauh hari. Memasuki bulan Juli, kondisi berubah drastis.

“Juli itu sudah sepi total. Mei masih ada sedikit rombongan, tapi itu karena sudah terlanjur janji,” ucapnya.

Ia menambahkan, hingga kini tidak ada lagi rombongan sekolah yang datang. Padahal, menjelang musim libur, biasanya banyak sekolah dari dalam dan luar kota seperti Bandung, Cirebon, hingga Jakarta menghubungi pihak pengelola untuk reservasi kelompok besar.

“Mereka (sekolah) sadar bahwa kebijakan saat ini melarang aktivitas semacam itu, terutama untuk jenjang TK dan SD,” jelas Ari.

Ia juga menyebut bahwa travel-agent yang biasanya menjadi perantara dalam mengatur kunjungan rombongan kini enggan mengambil risiko. “Travel takut kena sanksi, jadi mereka tidak berani lagi mengorganisir rombongan,” tambahnya.

Dengan minimnya kunjungan, manajemen Ampera Waterpark terpaksa melakukan penyesuaian internal untuk tetap bertahan. Alih-alih melakukan pemutusan hubungan kerja, pihak pengelola memilih strategi penjadwalan ulang bagi karyawan.

Kini, setiap pekerja mendapatkan satu hari libur tambahan per minggu. Langkah ini diambil sebagai upaya memangkas biaya operasional tanpa harus merumahkan tenaga kerja.

“Kita kasih libur tambahan seminggu sekali. Pilihannya cuma dua: merumahkan atau mengurangi jam kerja. Lebih baik kurangi jam kerja daripada harus mem-PHK,” ungkap Ari.

Data Riset Terbaru:
Studi dari Lembaga Pariwisata Jawa Barat (2024) menunjukkan bahwa 40% pendapatan objek wisata keluarga selama musim libur berasal dari kunjungan rombongan sekolah. Larangan study tour yang diterapkan sejak pertengahan 2025 diperkirakan mengakibatkan penurunan pendapatan rata-rata 35-50% pada objek wisata air di 26 kabupaten/kota di Jawa Barat. Objek wisata dengan ketergantungan tinggi pada kunjungan pelajar tercatat mengalami penurunan pengunjung hingga 60% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Studi Kasus:
Ampera Waterpark mencatat rata-rata 1.200 pengunjung per hari pada musim libur 2023, dengan 65% di antaranya adalah rombongan sekolah. Di musim libur 2025, angka tersebut anjlok menjadi hanya 400 pengunjung per hari, dan rombongan sekolah benar-benar hilang dari data kunjungan. Untuk bertahan, pihak pengelola mulai mengalihkan strategi pemasaran ke segmen keluarga dan komunitas, serta menawarkan paket promosi hari libur nasional.

Ketika industri pariwisata menghadapi tekanan kebijakan, inovasi dan adaptasi menjadi kunci utama. Bagi para pelaku usaha, ini adalah momentum untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga menciptakan model bisnis yang lebih beragam dan tahan guncangan. Diversifikasi pasar, penguatan digital marketing, serta kolaborasi antar sesama pelaku wisata bisa jadi jalan keluar yang tidak hanya menyelamatkan usaha, tapi juga memperkuat ekosistem pariwisata lokal di tengah badai regulasi.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan