Dinas Kesehatan Depok Rilis Data Stunting 2025: 3.569 Balita Terdampak

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok mencatat jumlah balita yang mengalami stunting pada tahun 2025 di seluruh 11 kecamatan, dengan total mencapai 3.569 kasus. Data ini dihimpun dari hasil pengukuran yang dilakukan pada Bulan Agustus 2025 melalui sistem Sigizi Kesga (e-PPBGM), yang merupakan bagian dari sistem surveilans gizi nasional.

Kepala Dinkes Kota Depok, Mary Liziawati, menjelaskan bahwa informasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran akurat kondisi stunting di tingkat kecamatan, sehingga upaya penanganan bisa lebih fokus dan tepat sasaran. Menurutnya, kolaborasi lintas sektor sangat penting agar intervensi yang dilakukan dapat berjalan efektif dan maksimal.

Dari seluruh kecamatan, Pancoran Mas mencatat angka stunting paling tinggi, yaitu 465 balita atau 5,49 persen dari total balita di wilayah tersebut. Diikuti oleh Kecamatan Bojongsari dengan 342 balita (5,22 persen) dan Sawangan dengan 491 balita (5,13 persen). Beji berada di posisi keempat dengan 344 balita (4,95 persen), disusul Tapos yang memiliki 573 balita stunting (4,70 persen).

Kecamatan Cilodong mencatat 326 kasus (4,25 persen), Limo sebanyak 157 balita (3,68 persen), sementara Cimanggis memiliki 356 balita stunting (3,44 persen). Sukmajaya mencatat 285 balita (3,39 persen). Di sisi lain, Cinere menunjukkan angka yang jauh lebih rendah, yaitu 83 balita (2,88 persen), dan Cipayung menjadi wilayah dengan prevalensi terendah, yaitu 147 balita (2,19 persen).

Upaya pencegahan dan penurunan stunting terus digencarkan oleh Pemerintah Kota Depok melalui berbagai program strategis. Mary menekankan pentingnya kesamaan data dan pemahaman di antara semua pihak terkait, agar langkah-langkah penanganan bisa serempak dan berkelanjutan.

Studi kasus di wilayah Pancoran Mas menunjukkan bahwa faktor ekonomi keluarga, pola asuh, dan akses terhadap layanan kesehatan turut memengaruhi tingginya angka stunting. Sementara di Cipayung, program pendampingan gizi berbasis komunitas dan posyandu aktif dinilai berkontribusi menekan angka kasus. Infografis yang dirilis Dinkes juga menunjukkan tren penurunan stunting di beberapa kecamatan berkat intervensi gizi sejak dini dan edukasi nutrisi bagi ibu hamil serta menyusui.

Data riset terbaru dari Kementerian Kesehatan (2025) menunjukkan bahwa intervensi multisektor seperti perbaikan sanitasi, diversifikasi pangan lokal, dan pemberian makanan pendamping ASI bergizi mampu menurunkan stunting hingga 30 persen dalam dua tahun di daerah yang konsisten menjalankan program. Di Depok, integrasi data antara dinas kesehatan, pemberdayaan masyarakat, dan dinas sosial menjadi kunci dalam deteksi dini dan penanganan kasus.

Setiap anak berhak tumbuh optimal tanpa hambatan gizi. Dengan kolaborasi nyata, data akurat, dan aksi cepat di tingkat RT/RW, Depok bisa menjadi kota pertama di Indonesia yang bebas stunting. Mulai dari lingkungan terkecil, kita bentuk generasi penerus yang sehat, cerdas, dan siap memimpin masa depan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan