Perintah Bank Indonesia kepada Bank Usaha Usai Diguyur Purbaya Rp 276 Miliar

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, memberikan pesan bahwa sektor perbankan harus mempercepat penurunan suku bunga kredit. Hal ini disebabkan oleh langkah Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, yang telah menaruh saldo anggaran lebih (SAL) pemerintah di beberapa bank nasional. Dalam konferensi pers virtual yang dilaksanakan pada Rabu (19/11/2025), Perry mengemukakan bahwa pelonggaran kebijakan moneter oleh BI dan penempatan dana SAL pemerintah harus diikuti dengan penyesuaian suku bunga perbankan lebih cepat.

Sejak 12 September 2025, Purbaya telah menyisihkan Rp 200 triliun SAL untuk disalurkan kepada lima bank pelat merah. Dari jumlah tersebut, Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Negara Indonesia (BNI) masing-masing menerima Rp 55 triliun. Sementara Bank Tabungan Negara (BTN) dan Bank Syariah Indonesia (BSI) mendapat Rp 25 triliun dan Rp 10 triliun secara berturut-turut.

Pada 10 November 2025, penempatan dana SAL dilakukan kembali senilai Rp 76 triliun. Dana ini disalurkan kepada Mandiri, BNI, dan BRI dengan masing-masing Rp 25 triliun, sedangkan Bank Jakarta untuk pertama kalinya menerima Rp 1 triliun.

Menurut Perry, penurunan suku bunga perbankan masih dianggap lambat. Perbandingan dengan penurunan BI Rate sebesar 125 basis poin, suku bunga deposito 1 bulan hanya turun 56 bps, dari 4,81% awal tahun 2025 menjadi 4,25% pada Oktober 2025. Lebih lambat lagi penurunan suku bunga kredit perbankan, yang hanya berkurang 20 bps, dari 9,20% awal tahun menjadi 9% pada Oktober 2025. Perry menyebutkan bahwa ini dipengaruhi oleh pemberian special rate kepada deposan besar, yang mencapai 27% dari total deposito bank.

Dana ini yang diturunkan oleh Purbaya telah mencapai Rp 200 triliun untuk lima bank utama, termasuk Mandiri, BRI, BNI, BTN, dan BSI. Selain itu, pada 10 November 2025, ada penambahan Rp 76 triliun yang dialokasikan ke Mandiri, BNI, BRI, dan untuk pertama kalinya Bank Jakarta. Namun, penurunan suku bunga perbankan tetap dianggap lambat, terutama pada suku bunga kredit yang hanya turun 20 bps. Perry menyoroti bahwa hal ini dipengaruhi oleh special rate yang diberikan kepada deposan besar, yang mencapai 27% dari total deposito.

Langkah langkah yang diambil oleh pemerintah dan BI untuk menurunkan suku bunga harus diikuti dengan penyesuaian yang lebih cepat dari pihak perbankan. Dengan demikian, dapat diharapkan adanya penghematan biaya pinjaman bagi masyarakat dan pelaku usaha, yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Meskipun penurunan BI Rate sudah mencapai 125 bps, sektor perbankan perlu lebih proaktif dalam menurunkan suku bunga agar manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat lebih cepat.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan