Pil Kontraceptif Baru untuk Pria Segera Tersedia, Begini Cara Kerjanya

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Pemilihan metode kontrasepsi untuk pria mulai terlihat dekat dengan kenyataan. Studi terbaru yang dilakukan pada hewan menunjukkan bahwa pil berbentuk tablet, bernama YCT-529, mampu menghentikan produksi sperma dengan efektif. Uji coba terbaru melibatkan 16 pria sehat yang menunjukkan bahwa obat ini tidak menghasilkan efek samping berbahaya.

Rencana selanjutnya adalah melakukan uji klinis lebih lanjut kepada ratusan pria lain untuk mengevaluasi kemampuannya dalam mencegah kehamilan. Jika hasilnya positif, diharapkan pil kontrasepsi pertama di dunia untuk pria akan dapat dipasarkan dalam waktu 3 tahun ke depan.

Tidak terlepas dari penelitian-penelitian sebelumnya yang mengembangkan metode kontrasepsi pria melalui pengaruh terhadap hormon gonadotropin. Sayangnya, penurunan hormon ini sering menyebabkan efek samping seperti kekurangan kekuatan otot dan gejala panas mendadak.

YCT-529 berbeda karena tidak mempengaruhi kinerja hormon. Obat ini berfungsi dengan memblokir protein bernama retinoic acid receptor alpha (RAR-alpha), yang penting dalam proses pembentukan sperma. Retinoic acid, yang berasal dari vitamin A, memiliki peran penting dalam pertumbuhan sel baru di seluruh tubuh.

Pada laki-laki, retinoic acid memainkan peranan krusial dalam produksi sperma baru. Tanpa jumlah yang memadai, produksi sperma akan berhenti sepenuhnya. Dalam uji klinis, perusahaan pengembang, YourChoice Therapeutics, memberikan tablet dalam dosis 10 mg hingga 180 mg per hari kepada 16 pria selama satu bulan. Hasilnya, obat ini terbukti aman dan dapat diterima tanpa memengaruhi libido, hormon, atau kesehatan mental.

Menurut Prof. Tet Yap dari King’s College London, ini merupakan berita baik karena menunjukkan kemajuan yang lebih jauh. Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi keamanan dan efektivitasnya pada jumlah pria yang lebih banyak.

Meski hasilnya positif, peneliti mengingatkan bahwa pil ini bukanlah solusi kontrasepsi seketika. Memerlukan waktu 2 bulan atau lebih hingga produksi sperma berkurang secara signifikan. Setelah berhenti mengonsumsi obat, butuh waktu 2-3 bulan untuk pemulihan produksi sperma jika pria berencana ingin menjadi ayah.

Prof. Tet Yap menjelaskan bahwa penelitian lebih dalam diperlukan untuk mengetahui apakah tablet hanya memblokir retinoic acid di testis atau memengaruhi bagian tubuh lainnya. Hal ini penting karena retinoic acid memiliki peran penting dalam menjaga sistem kekebalan tubuh.

Beberapa relawan uji coba mengalami infeksi saluran pernapasan, membangkitkan pertanyaan apakah obat ini memenggal sistem imun. Selain itu, satu relawan mengalami aritmia jantung selama mengonsumsi obat. Meskipun kemungkinan hanya kebetulan, uji coba yang kecil tidak dapat menentukan pasti apakah masalah tersebut disebabkan oleh obat.

Penting untuk dicatat bahwa penelitian ini masih dalam tahap awal dan membutuhkan validasi lebih lanjut sebelum dapat diperkenalkan ke masyarakat luas. Walaupun demikian, kemunculan pil kontrasepsi pria ini menjadi harapan bagi pasangan yang ingin berbagi tanggung jawab dalam perencanaan keluarga. Dengan adanya opsi ini, kemungkinan terjadi kesetaraan dalam penggunaan metode kontrasepsi di antara pasangan akan lebih terwujud.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan