Ini Asal Keberadaan Harta Karun Laut di Indonesia

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengungkapkan bahwa sebagian besar benda muatan kapal tenggelam (BMKT) atau yang dikenal sebagai harta karun di perairan negara tersebut berasal dari China. Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa sekitar 90% dari benda-benda tersebut berupa artefak keramik.

Frista Yorhanita, Direktur Sumber Daya Kelautan KKP, menyatakan bahwa temuan tersebut memberikan bukti kuat bahwa kedua negara telah memiliki hubungan dagang maritim yang panjang sejak berabad-abad. Keberadaan artefak-artefak tersebut juga menunjukkan potensi besar untuk kolaborasi penelitian ilmiah dan penguatan diplomasi maritim berbasis data.

Kementerian juga memperkuat kerja sama dengan China dalam pengelolaan BMKT serta pemanfaatan teknologi terkini untuk konservasi warisan maritim bawah laut.

“Kerja sama antarnegara ini sangat penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan serta menjaga keberlanjutan ekosistem laut global,” kata Frista dalam keterangannya, seperti dikutip Minggu (16/11/2025).

Tim KKP baru-baru ini mengunjungi beberapa proyek arkeologi bawah air di China, termasuk di Yangjiang (Guangdong), Shanghai, dan Sanya (Hainan), untuk meninjau situs penting seperti Kapal Karam Nanhai No. I dan Kapal Kuno Muara Sungai Yangtze No. II. Kunjungan ini menunjukkan kemajuan penelitian bawah air Tiongkok.

Selain itu, Frista menjadi pembicara utama dalam beberapa forum di China, termasuk Hainan Free Trade Port International Science and Technology Innovation Cooperation Forum (ISTICF), Deep-Sea Technology Innovation Conference (DSTIC), serta Underwater Archaeology and Marine Heritage Forum di Sanya, Hainan.

Frista menekankan pentingnya inovasi teknologi dalam mengidentifikasi dan mengelola potensi sumber daya kelautan seperti energi terbarukan, bioteknologi, garam, dan BMKT. Kerja sama ini tidak hanya memperkuat aspek sejarah dan budaya, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru.

“Kerja sama ini dapat dikembangkan dalam pemanfaatan BMKT secara langsung, pendidikan ekologi kelautan, dan pemberdayaan masyarakat pesisir, sehingga manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat,” tambahnya.

Selain itu, Indonesia tengah mengembangkan sistem Ocean Big Data dan Ocean Accounting Command Center untuk meningkatkan pemantauan dan pengambilan keputusan berbasis data dalam pengelolaan sumber daya kelautan. Ini merupakan bagian dari kebijakan ekonomi biru (blue economy) KKP yang termasuk perluasan kawasan konservasi laut, perikanan terukur berbasis kuota, serta pengendalian pencemaran laut.

Frista berharap kunjungan ini dapat menjadi langkah strategis untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat maritim dunia sekaligus menjalin kemitraan teknis dalam bidang warisan dan konservasi maritim bawah laut bersama China.

“Kolaborasi ini merupakan momentum penting untuk memperkuat diplomasi biru Indonesia, menjaga warisan maritim dunia, serta menciptakan manfaat ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat pesisir,” ucapnya.

Kerja sama antarnegara dalam pengelolaan benda muatan kapal tenggelam (BMKT) tidak hanya memperkuat hubungan sejarah dan budaya antara Indonesia dan China, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru. Dengan pemanfaatan teknologi inovatif dan kolaborasi ilmiah, kedua negara dapat mengoptimalkan sumber daya kelautan mereka. Inisiatif seperti pengembangan sistem Ocean Big Data dan kebijakan ekonomi biru menunjukkan komitmen Indonesia dalam menjaga keberlanjutan ekosistem laut. Kunjungan delegasi KKP ke China menjadi langkah penting dalam memperkuat diplomasi maritim dan konservasi warisan bawah laut.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan