Festival Budaya Cerita Rakyat Terbuka, Pramono: Warisan DNA Kita dalam Mendongeng

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, mengemukakan bahwa masyarakat Indonesia memiliki keunggulan dalam kebiasaan berdongeng. Menurutnya, anak-anak lebih cepat memahami informasi ketika disajikan dalam bentuk narasi cerita. Pernyataan itu dia sampaikan saat membuka Festival Cerita Rakyat Suara Nusantara 2025 di Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, hari Minggu (16/11/2025). Dalam acara tersebut juga hadir Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni, Raffi Ahmad.

Pramono menjelaskan bahwa Jakarta saat ini memiliki 324 RPTRA (Rumah Perpustakaan Terpadu dan Rukun Anak) yang berfungsi sebagai perpustakaan kecil. Ia juga berencana mengembangkan taman-taman kecil lainnya di ibu kota. “Saya sudah memutuskan untuk memfasilitasi pemajuan taman-taman kecil, bahkan yang hanya seluas 1.000-2.000 meter persegi di perumahan, agar bisa dikembangkan melalui kerjasama dengan siapa pun, baik dari CSR atau individu pribadi,” ujarnya.

Di dalam perpustakaan yang ada di taman-taman tersebut, tersedia berbagai judul buku cerita. Pramono berkomitmen untuk mendukung kegiatan peningkatan literasi anak melalui penyampaian cerita rakyat. Menurut dia, masyarakat Indonesia memiliki kemampuan yang kuat dalam berdongeng. “Anak-anak lebih mudah memahami cerita yang disampaikan secara lisan daripada membaca. Ini karena salah satu keunggulan kita adalah keterampilan mendongeng,” katanya.

Pramono juga menekankan pentingnya mempertahankan cerita rakyat meskipun dalam era digital. Ia siap mendukung penyebaran cerita-cerita rakyat asal Indonesia. “Karena yang memberi kehidupan pada budaya kami adalah cerita-cerita rakyat ini,” tutupnya.

Cerita rakyat memiliki peranan penting dalam memupuk imajinasi dan nilai-nilai positif pada anak-anak. Studi menunjukkan bahwa anak yang sering mendengarkan cerita rakyat memiliki kemampuan berfikir kreatif yang lebih baik. Salah satu contoh yang berhasil adalah program “Cerita Nusantara” di sekolah-sekolah yang berhasil meningkatkan minat membaca anak. Dengan demikian, mempertahankan dan mengembangkan tradisi cerita rakyat bukan hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai sarana pendidikan yang efektif.

Salah satu studi kasus yang menarik adalah implementasi cerita rakyat dalam kurikulum sekolah dasar. Sejumlah sekolah di Jawa Timur telah mengintegrasikan cerita rakyat dalam pembelajaran bahasa Indonesia, sehingga siswa lebih giat berbahasa dan menguasai kosakata. Hal ini menunjukkan bahwa cerita rakyat tidak hanya menghibur, tetapi juga menjadi alat pendidikan yang berkesan.

Kita semua memiliki peran dalam mempertahankan dan mengembangkan cerita rakyat. Dengan menyampaikan cerita-cerita ini kepada generasi muda, kita tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga mendukung pembangunan karakter dan pemahaman nilai-nilai positif. Mari kita jadi bagian dari pergerakan ini dan bantu mempopulerkan cerita rakyat kepada anak-anak sekitar kita.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan