Pemerintah Rencana Produksi Avtur dari Minyak Sawit

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Indonesia tengah merencanakan produksi bahan bakar penerbangan berkelanjutan (Sustainable Aviation Fuel/SAF) yang berbasis pada kelapa sawit. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan hal ini dalam pernyataan tertulis pada hari Kamis, 13 November 2025. Ini merupakan langkah lanjut dalam upaya pengembangan energi ramah lingkungan di negara ini.

Kerja sama antara PT Pindad dan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) dalam pembangunan fasilitas produksi industri pertahanan menjadi salah satu contoh yang diutamakan. Kegiatan ini akan mengoptimalkan sumber daya lokal, termasuk material dari minyak sawit. Ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mengintegrasikan potensi alam dalam pengembangan industri strategis.

Sebagai bagian dari strategi hilirisasi, Indonesia telah mengubah minyak sawit menjadi sumber energi bersih melalui program B40. Program ini merupakan salah satu yang terbesar di dunia dan telah berhasil mengurangi impor bahan bakar fosil sebanyak lebih dari 15,6 juta kiloliter. Selain itu, program ini juga telah menurunkan emisi gas rumah kaca sekitar 41,46 juta ton COâ‚‚ setara.

Untuk menjaga daya saing dan keberlanjutan industri, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2025. Peraturan ini bertujuan untuk memperkuat sertifikasi Minyak Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO) agar produk minyak sawit Indonesia memenuhi standar lingkungan dan global. Selain itu, pemerintah juga sedang mempersiapkan Sistem Informasi ISPO yang akan menghubungkan data perkebunan, sertifikasi, dan perdagangan. Sistem ini akan meningkatkan transparansi dan memungkinkan pelacakan produk secara real-time.

Kontribusi minyak sawit terhadap ekonomi Indonesia sangat signifikan. Pada September 2025, minyak sawit menyumbang surplus nilai neraca perdagangan sebesar US$ 4,34 miliar. Dari Januari hingga September 2025, volume ekspor minyak sawit mencapai 28,66 juta ton, naik 11,26% dibandingkan tahun sebelumnya. Harga rata-rata minyak sawit mentah dan tandan buah segar juga tetap di atas Rp 3.000 per kilogram, memberdayakan produsen dan jutaan petani kecil.

Airlangga Hartarto menekankan bahwa minyak sawit akan terus menjadi sumber pendapatan, energi, inovasi, dan kekuatan nasional. Selain itu, ia juga mendorong agar Indonesia tidak hanya berhenti pada ekspor bahan mentah. Melalui strategi hilirisasi, pemerintah berharap dapat meningkatkan nilai tambah, menciptakan lebih banyak lapangan kerja, dan memperkuat industri nasional.

Minyak sawit terus menjadi aset strategis bagi Indonesia, dengan potensi yang luas dalam mengembangkan energi alternatif dan industri hilir. Dengan langkah-langkah yang telah dan sedang diambil, Indonesia mempersiapkan diri untuk menjadi pemain global dalam produk berbasis kelapa sawit yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan