Siswa Pelaku Ledakan SMAN 72 Mendapatkan Operasi Plastik dan Sedang Dalam Proses Pemulihan

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Siswa yang diduga sebagai pelaku ledakan di SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara, telah menjalani operasi plastik setelah melakukan operasi kepala. Penanggungjawab Komunikasi Polda Metro Jaya, Kombes Budi Hermanto, menjelaskan bahwa pelaku saat ini masih dalam tahap pemulihan di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Selain perawatan medis, pelaku juga mendapatkan dukungan psikologis dan pelatihan lainnya.

Budi menambahkan bahwa pelaku, yang merupakan anak berhadapan dengan hukum (ABH), akan terus mendapat bimbingan dan pendidikan. Tim terpadu yang menangani kasus ini bekerja sama dengan Hipsi dan KPAI untuk memberikan pendampingan yang lebih holistik.

Selanjutnya, polisi akan melakukan penyidikan langsung terhadap pelaku dengan melibatkan berbagai elemen perlindungan anak, seperti Bapas, P2TP2A, dan PPPA. Sebelumnya, pelaku tersebut menderita dekompresi kepala dan sedang dirawat di Rumah Sakit Soekamto. Setelah operasi dekompresi tulang kepala, pelaku akan segera diinvestigasi lebih lanjut.

Ledakan itu terjadi pada Jumat (7/11/2025) selama khotbah salat Jumat, menimbulkan 96 korban.

Para ahli dalam menangani kasus anak berhadapan dengan hukum menyarankan pendekatan yang lebih holistik dalam penanganan pelaku. Selain perawatan medis, penting bagi pihak berwajib untuk memberikan pendampingan psikososial yang memadai. Studi kasus sebelumnya menunjukkan bahwa anak dalam kondisi ini membutuhkan dukungan yang lebih dari sekadar hukuman, termasuk terapi, pembinaan, dan integrasi sosial.

Kondisi fisik dan mental pelaku perlu diperhatikan secara komprehensif agar proses pemulihan dapat berlangsung dengan baik. Keberhasilan penanganan kasus seperti ini juga bergantung pada kerjasama antara pihak kepolisian, lembaga pendidikan, dan keluarga.

Dari peristiwa ini, kita dapat menyimpulkan bahwa penanganan anak berhadapan dengan hukum harus dilakukan dengan cara yang cermat dan manusiawi. Pelaku yang masih dalam usia sekolah membutuhkan kesempatan untuk mendapatkan pengajaran dan bimbingan yang tepat, sehingga mereka dapat kembali berintegrasi dengan masyarakat. Kejadian ini juga mendorong kita untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan karakter dan pengawasan di sekolah, agar insiden serupa dapat dicegah di masa depan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan