Pertamina Meraup Rp 2,5 Miliar dari Penjualan Karbon di COP di Brasil

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Indonesia telah memulai transaksi karbon melalui Seller Meet Buyer. Pertamina, sebagai negosiator utama, telah berhasil menjual sejumlah 37.000 ton karbon (CO2). Proses ini dilakukan bersama Bank Mandiri dan Bank CIMB Niaga, dengan rencana untuk melibatkan bank Jepang juga dalam transaksi selanjutnya.

“Nilai carbon credit yang telah ditransaksikan saat COP30 ini mencapai Rp 2,5 miliar untuk 37.000 ton CO2,” ujar Direktur Transformasi & Keberlanjutan Bisnis Pertamina, Agung Wicaksono, di Paviliun Indonesia pada KTT COP30 di Brasil, Selasa (11/11).

Terkait dengan transaksi karbon sejak 2023, Pertamina telah menjual carbon credit sebesar Rp 50 miliar. Pertamina juga bertindak sebagai negosiator utama dalam perdagangan karbon Indonesia di COP30 dan menargetkan pendapatan sebesar Rp 17 triliun dari transaksi ini. Sejak 2023, perusahaan telah menambahkan 864.000 ton CO2, dengan tambahan 249.000 ton pada tahun 2025.

Menteri Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (LH/BPLH) Hanif Faisol Nurofiq menyampaikan bahwa Indonesia mengirimkan 132 negosiator selama COP30. Targetnya adalah mencapai transaksi senilai Rp 16 triliun dari berbagai sektor. Fokus utama adalah sektor alam, seperti hutan dan samudera, serta sektor teknologi berbasis energi dan industri.

Pertamina memainkan peran penting dalam mengembangkan pasar karbon domestik. Diharapkan, upaya ini akan mendorong penurunan emisikan karbon secara nasional dan memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan karbon global.

Inisiatif ini bukan hanya berfokus pada keuangan, tetapi juga pada upaya global untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Dengan adanya transaksi karbon, perusahaan-perusahaan dapat mendanai proyek-proyek hijau dan mengembangkan teknologi ramah lingkungan.

Keberhasilan Pertamina dalam menjual carbon credit menunjukkan potensi besar Indonesia dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan. Dengan dukungan dari sektor keuangan dan kebijakan pemerintah, negara ini dapat menjadi pemimpin dalam upaya mitigasi perubahan iklim.

Indonesia memiliki ketergantungan yang besar terhadap sektor perkebunan dan industri yang menghasilkan emisi karbon. Dengan sistem transaksi karbon, negara ini dapat mengurangi pengaruh negatif ini sambil mendukung ekonomi hijau. Ini juga memberikan peluang bagi perusahaan lokal untuk berinovasi dan beralih ke teknologi ramah lingkungan.

Transaksi carbon credit ini bukan hanya tentang keuntungan finansial, tetapi juga tentang tanggung jawab lingkungan. Indonesia sedang membangun foundation untuk menjadi pemimpin dalam perdagangan karbon global, yang akan memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan dan masyarakat. Dengan dukungan yang kuat dari berbagai pihak, negara ini dapat mencapai target emisi nol dan mendukung keseimbangan ekosistem global.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan