Misteri Jabatan Abadi Kepala Badan Kepegawaian dan Pembinaan Sarana Pustaka Daerah Kota Tasikmalaya

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Di Kota Tasikmalaya, terjadi pergantian lima kepala daerah dalam waktu tertentu. Para pejabat tinggi beralih-alih dalam pemerintahan daerah, tetapi ada satu tokoh yang tetap tidak tergoyahkan: Gungun Pahlagunara, kepala BKPSDM Kota Tasikmalaya, seolah memiliki jabatan tanpa batas waktu.

Ia dikenal luas di kalangan birokrasi daerah. Berada di posisi strategis yang memengaruhi pergerakan, karier, dan kebijakan pegawai. Dari kantornya, banyak keputusan tentang mutasi dan promosi diatur, namun kursinya sendiri selalu tetap tidak berubah.

Selama lebih dari sepuluh tahun, Gungun Pahlagunara memegang jabatan tersebut. Lima wali kota, dua penjabat sementara, dan beberapa sekretaris daerah telah berganti-ganti. Namun, setiap kali ada rotasi, namanya selalu tidak termasuk dalam daftar. Menurut seorang pejabat yang tidak ingin disebutkan nama karena khawatir, alasan itu mungkin karena prestasi, loyalitas, atau jaringan yang tidak terlihat.

Di kalangan ASN, kondisi ini bukanlah rahasia lagi. Mereka sebut jabatan itu sebagai “kursi sakral”—posisi yang tidak dapat diganggu, bahkan oleh pergantian kekuasaan. Di balik pintu, berbagai spekulasi menggeliak: ada yang mengatakan ia memiliki “ilmu lobi” yang kuat, ada pula yang yakin ia memegang banyak rahasia penting yang membuat setiap kepala daerah berpikir dua kali sebelum memindahkan posisinya.

Namun, di balik semua perbincangan itu, ada satu kenyataan yang jelas: keberadaan Gungun Pahlagunara di posisi itu menciptakan ketimpangan. Banyak pegawai kehilangan motivasi untuk berkompetisi secara sehat. “Jika orang yang sama terus menduduki jabatan itu, bagaimana regenerasi bisa terjadi?” tanya seorang pria dengan tubuh kurus dan rambut hitam.

Sementara itu, masyarakat mulai bertanya: apa yang membuat sosok ini tak dapat diganti? Apakah karena kinerjanya yang luar biasa, atau karena sistem yang sudah lama kehilangan kemampuan untuk berubah? Misteri ini masih berlangsung di tengah birokrasi daerah: apakah ini tanda loyalitas dan kepercayaan, atau justru gambaran sistem yang kaku?

Studi kasus seperti ini mengungkapkan bagaimana stabilitas berlebihan di dalam pemerintahan dapat memengaruhi dinamis dan regenerasi dalam instansi. Terkadang, keberhasilan individu di posisinya dapat memudarkan kesempatan bagi pegawai lain untuk tumbuh. Sistem yang tidak fleksibel juga dapat menjadi penahan perkembangan dalam lingkungan kerja. Pemerintah perlu mempertimbangkan bagaimana menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan berkesempatan bagi semua elemen dalam birokrasi.

Tak hanya itu, keberadaan tokoh seperti ini juga mengajak masyarakat untuk lebih memperhatikan transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan. Membangun kepercayaan publik tidak hanya melalui kinerja, tetapi juga melalui prinsip-prinsip yang adil dan inklusif. Jika sistem birokrasi dapat berubah dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua, maka regenerasi dan inovasi akan menjadi lebih mudah dicapai. Dalam dunia yang terus berubah, fleksibilitas dan kebijakan yang adil adalah kunci untuk kepemimpinan yang efektif dan berkelanjutan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan