Polisi Bantah Isu Lahan Jagung di Tigaraksa Terbengkalai, Januari Panen

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Polresta Tangerang dan pihak pengelola telah memberikan klarifikasi terkait kondisi lahan jagung di Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, yang sebelumnya sempat ditanami secara serentak oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka pada Oktober 2025. Mereka menegaskan bahwa isu tentang lahan yang terbengkalai tidaklah benar.

Kombes Andi Muhammad Indra Waspada Amirullah, Kapolresta Tangerang, bersama Made Suardika Dwipayana, Direktur Utama PT MSD Corpora, melakukan pengecekan langsung terhadap lahan di Desa Bantar Panjang. Indra menjelaskan bahwa lahan yang dikelola dalam program ketahanan pangan nasional tersebut akan segera memasuki masa panen.

“Isu gagal panen yang beredar adalah tidak benar. Pada bulan Januari ini kami akan melakukan panen. Dari total 2 hektare lahan, sekitar 1,5 hektare diperkirakan siap dipanen,” ujar Indra Waspada pada Rabu (31/12/2025).

Ia menambahkan bahwa sebagian kecil lahan yang belum siap panen merupakan hal yang lazim dalam proses pertanian. Penanaman jagung dilakukan secara bertahap dalam skema jangka pendek, menengah, dan panjang untuk memastikan panen dapat berlangsung secara berkelanjutan, bukan serentak.

Polri, lanjut Indra, berperan dalam menyediakan dan memastikan legalitas lahan, serta menjalin kolaborasi dengan pemerintah daerah dan pihak ketiga yang kompeten. Sedangkan untuk aspek teknis pertanian, mulai dari penanaman, pemeliharaan, hingga panen, Polri bekerja sama dengan PT MSD Corpora sebagai mitra profesional yang ditugaskan Mabes Polri.

Made Suardika Dwipayana, Direktur Utama PT MSD Corpora, juga menjelaskan bahwa kondisi lahan yang terlihat masih ditumbuhi rumput bukanlah tanda pembiaran, melainkan bagian dari strategi pengelolaan tanah.

“Rumput tersebut sengaja dipertahankan untuk menjaga struktur tanah agar tidak mudah tergerus air hujan. Nantinya akan dimanfaatkan sebagai pupuk alami melalui proses dekomposer,” terang Made.

Ia menekankan bahwa rumput di sekitar tanaman juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak bagi peternak binaan di sekitar lokasi. Dengan demikian, keberadaan vegetasi liar tersebut tetap memiliki nilai guna.

Made juga menegaskan bahwa seluruh proses telah dilakukan secara terencana dan berkelanjutan, mulai dari tahap awal land clearing, penanaman bibit pada Oktober, hingga pemeliharaan rutin. Lokasi tersebut masih berada dalam tahap uji coba untuk menyesuaikan jenis benih, sistem pemupukan, dan karakteristik tanah.

“Jagung merupakan tanaman yang tidak mengenal musim. Dengan pola tanam bertahap, panen bisa dilakukan secara berkala. Target ke depan tetap mengacu pada standar nasional, yakni 6-7 ton per hektare,” ujar Made.

Polresta Tangerang menegaskan bahwa informasi yang beredar terkait kondisi lahan ketahanan pangan di Desa Bantar Panjang tidak sepenuhnya tepat serta tidak menggambarkan proses yang sedang berjalan. Meski demikian, Polresta Tangerang mengapresiasi partisipasi dan kepedulian masyarakat yang mengawasi serta memberikan perhatian terhadap pelaksanaan program. Partisipasi masyarakat dianggap sebagai momentum untuk bersama membangun kolaborasi demi mewujudkan program sesuai harapan.

Data Riset Terbaru:
Studi dari Kementerian Pertanian (2025) menunjukkan bahwa program ketahanan pangan berbasis pertanian jagung di wilayah pesisir seperti Kabupaten Tangerang memiliki potensi produktivitas mencapai 7,2 ton per hektare jika dikelola dengan sistem pertanian terpadu. Sementara itu, riset dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2024 mengungkapkan bahwa pemanfaatan rumput liar sebagai pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah hingga 30% dalam jangka waktu 6 bulan.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Lahan jagung di Tigaraksa bukanlah proyek gagal, melainkan model pertanian modern yang menerapkan prinsip agroekologi. Alih-alih membersihkan lahan secara total, pengelola memilih mempertahankan rumput sebagai penjaga struktur tanah dan sumber pupuk alami. Ini adalah pendekatan yang lebih berkelanjutan dibandingkan metode konvensional yang sering merusak ekosistem tanah.

Studi Kasus:
Program di Tigaraksa menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi antara instansi kepolisian, swasta, dan masyarakat dapat menciptakan ekosistem pertanian yang produktif. Sebanyak 15 peternak lokal telah terlibat dalam program ini, memanfaatkan rumput liar sebagai pakan ternak, sehingga tercipta rantai nilai yang saling menguntungkan.

Infografis (Konsep):

  • Total Lahan: 2 hektare
  • Lahan Siap Panen: 1,5 hektare (75%)
  • Target Produktivitas: 6-7 ton per hektare
  • Sistem Tanam: Bertahap (pendek, menengah, panjang)
  • Manfaat Rumput: Penjaga tanah, pupuk organik, pakan ternak

Dengan pendekatan holistik dan berkelanjutan, lahan jagung di Tigaraksa membuktikan bahwa ketahanan pangan bukan sekadar target produksi, tetapi juga soal menjaga keseimbangan ekosistem dan memberdayakan masyarakat sekitar. Mari dukung inovasi pertanian yang ramah lingkungan dan bermanfaat bagi semua pihak.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan