Meningkatnya Kasus Stroke pada Usia Muda, Ini Gejala Awal yang Sering Mereka Alami

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Stroke kerap diasosiasikan sebagai penyakit yang menyerang usia lanjut, namun kenyataannya kini semakin banyak kasus terjadi pada kelompok usia muda dan produktif. Salah satu contoh nyata adalah musisi sekaligus aktor ternama Donald Glover atau dikenal juga sebagai Childish Gambino. Di usia 42 tahun, saat sedang menjalani tur dunia pada tahun 2024, ia tiba-tiba mengalami stroke.

Saat tampil di Los Angeles, Glover merasakan sakit kepala hebat dan penglihatan yang kabur, namun ia tetap melanjutkan penampilannya. Baru setelah tiba di Houston dan memeriksakan diri ke dokter, ia diberi tahu bahwa dirinya mengalami stroke. Pengalaman Glover ini sejalan dengan temuan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang dipublikasikan tahun 2024, menunjukkan bahwa prevalensi stroke pada kelompok usia 18 hingga 44 tahun meningkat sebesar 14,6 persen dibandingkan satu dekade sebelumnya.

Sean Savitz, Direktur Institute for Stroke and Cerebrovascular Diseases di UTHealth Houston, menekankan bahwa stroke bukan hanya penyakit orang tua. “Stroke bisa menyerang siapa saja, di usia berapapun,” tegasnya. Stroke terjadi ketika aliran darah ke otak terhambat, menyebabkan kerusakan jaringan otak dan berpotensi berujung kematian. Di Amerika Serikat, stroke masih menjadi salah satu penyebab kematian utama.

Meskipun para ahli belum mencapai kesepakatan penuh mengenai penyebab tunggal meningkatnya kasus stroke pada usia muda, sejumlah faktor risiko telah teridentifikasi. Faktor-faktor tersebut mencakup kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang tidak sehat, kebiasaan merokok, dan stres berkepanjangan. Selain itu, riset American Heart Association tahun 2024 juga mengungkapkan bahwa migrain, gangguan autoimun, dan kelainan pembuluh darah merupakan pemicu lain yang sering kali terlewatkan.

Stroke bahkan bisa terjadi sejak usia remaja. Sebuah kasus yang mengejutkan terjadi pada Evan Cadena, seorang pemuda asal Texas, AS, yang mengalami tiga kali serangan stroke sejak usianya 16 tahun. Ia tiba-tiba kehilangan kemampuan gerak di sebagian tubuh kanannya. Setelah diperiksa, dokter menemukan bahwa Evan mengidap arteriovenous malformation (AVM), yaitu kelainan pembuluh darah yang sudah ada sejak lahir.

“Saat itu dia harus belajar ulang semuanya, bahkan menulis menggunakan tangan kirinya,” ujar Janie Lazo, ibu Evan. Menurutnya, fasilitas dan sistem kesehatan saat itu nyaris tidak siap untuk menghadapi pasien stroke seusia anaknya. Akibat serangan stroke di usia remaja, Evan kehilangan banyak pengalaman penting dalam hidupnya, termasuk kesempatan bersosialisasi dan bersekolah secara normal. Kondisi ini pernah membuatnya jatuh ke dalam depresi.

“Itu adalah masa yang sangat berat,” ujar Evan mengenang masa sulitnya. Namun, semangat hidupnya terus berkobar. “Tapi saya masih hidup, masih bisa bergerak, dan itulah yang membuat saya terus maju,” tambahnya.

Meningkatnya kasus stroke pada usia muda menjadi tantangan besar bagi sistem kesehatan, yang selama ini lebih berfokus pada penanganan pasien usia lanjut. Para ahli menekankan pentingnya pencegahan sejak dini melalui pengendalian faktor risiko, skrining kesehatan berkala, serta edukasi publik yang intensif.

Gejala stroke pada usia muda dapat menyerupai berbagai kondisi medis lain, tergantung pada area otak yang terkena serangan. Stroke iskemik, misalnya, bisa menyerupai kejang, sindrom vestibular akut, migrain, infeksi, tumor otak, ensefalopati toksik-metabolik (terutama hipoglikemia), ensefalopati hipertensi, gastroenteritis, hingga gangguan konversi. Gejala khas stroke seperti wajah terkulai, kelemahan otot di satu sisi tubuh, kesulitan berbicara, gangguan penglihatan, dan keseimbangan memang bisa muncul, namun gejala lain seperti penurunan koordinasi, defisit sensorik, sakit kepala hebat, serta kelelahan juga dapat terjadi.

Data Riset Terbaru:
Studi terbaru dari Journal of the American Heart Association (2024) menunjukkan bahwa stroke pada usia muda (18-50 tahun) meningkat 47% dalam dua dekade terakhir. Faktor risiko utama yang mendominasi adalah hipertensi (62%), dislipidemia (54%), dan obesitas (38%). Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa pasien muda yang mengalami stroke cenderung memiliki dampak jangka panjang yang lebih luas, termasuk kehilangan produktivitas kerja dan penurunan kualitas hidup secara signifikan.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Stroke pada usia muda bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi. Generasi muda yang terkena stroke kehilangan masa produktif mereka, yang berdampak pada keluarga, karier, dan kontribusi terhadap perekonomian. Pencegahan harus dimulai dari lingkungan sekolah dan tempat kerja dengan edukasi gaya hidup sehat, skrining dini, serta fasilitas olahraga yang mudah diakses.

Studi Kasus:
Sebuah studi kasus di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (2023) mencatat peningkatan kasus stroke pada pasien usia 25-40 tahun sebesar 35% selama 5 tahun terakhir. Mayoritas pasien memiliki riwayat konsumsi alkohol, merokok, dan pola tidur tidak teratur. Salah satu pasien, seorang desainer grafis berusia 32 tahun, mengalami stroke ringan setelah begadang selama 3 hari berturut-turut untuk menyelesaikan proyek. Kasus ini menjadi peringatan bahwa tekanan pekerjaan dan gaya hidup serba instan turut berkontribusi terhadap peningkatan risiko stroke.

Stroke tidak pandang usia. Deteksi dini dan gaya hidup sehat adalah kunci utama. Jangan abaikan gejala seperti sakit kepala mendadak, penglihatan kabur, atau kelemahan tubuh. Lindungi masa depanmu dengan memilih hidup sehat hari ini.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan