Itel, merek perangkat elektronik yang identik dengan produk kelas pemula, mengambil langkah tegas untuk mengonsentrasikan strategi bisnisnya pada segmen menengah ke bawah di pasar Indonesia. Keputusan ini selaras dengan misi perusahaan, Enjoy Better Life, dan didasari oleh kenyataan demografis mayoritas penduduk Indonesia yang berada di kelas menengah dan menengah ke bawah.
Geza Febriandi, Head of Marketing Manager Itel Indonesia, menegaskan bahwa fokus pada pasar smartphone entry level bukanlah kebetulan semata. “Sesuai misinya, Itel mempunyai misi Enjoy Better Life. Jadi Itel ingin supaya teknologi dapat dirasakan semua kalangan termasuk masyarakat menengah ke bawah,” jelasnya. Pendekatan ini bertujuan untuk mendemokratisasikan akses teknologi, memastikan bahwa inovasi dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya segmen tertentu.
Febriandi menambahkan bahwa pasar ini sangat luas dan potensial untuk digarap. “Kebetulan di Indonesia 80 persen masyarakatnya berada di kelas menengah juga menengah ke bawah. Pasar ini sangat luas untuk Itel garap,” ujarnya. Dengan basis konsumen yang sangat besar ini, Itel melihat peluang signifikan untuk tumbuh dan memperkuat posisinya di pasar. Komitmen ini juga diperluas ke produk-produk di luar smartphone, seperti perangkat Internet of Things (IoT), sehingga ekosistem teknologi terjangkau dapat dibangun secara lebih komprehensif.
Fokus pada segmen harga terjangkau merupakan strategi yang logis mengingat karakteristik pasar Indonesia yang dinamis, di mana loyalitas konsumen sering kali lebih dipengaruhi oleh faktor harga dan nilai tambah yang ditawarkan. Seperti diungkapkan dalam analisis sebelumnya, loyalitas pembeli di Indonesia cenderung lebih ke harga, menciptakan persaingan ketat di segmen entry level dan mid-range.
Lanskap pasar gadget Indonesia, khususnya smartphone, memang dikenal sangat kompetitif. Banyak vendor, baik global maupun lokal, saling memperebutkan perhatian konsumen dengan berbagai strategi. Dalam lingkungan seperti ini, memiliki positioning yang jelas menjadi kunci. Itel memilih untuk konsisten dengan identitasnya sebagai penyedia solusi teknologi yang accessible. Strategi ini sejalan dengan tren dimana smartphone mid-range dengan harga terjangkau semakin diminati konsumen. Permintaan akan perangkat yang menawarkan spesifikasi memadai dengan harga bersaing terus meningkat, mendorong vendor untuk berinovasi dalam batasan anggaran tertentu. Itel, dengan fokusnya, berusaha menjawab kebutuhan pokok tersebut tanpa mengorbankan pengalaman dasar pengguna.
Dinamika persaingan ini juga pernah disinggung oleh pengamat, yang menyebut bahwa pasar Indonesia yang sangat dinamis membuat vendor smartphone saling salip. Untuk bertahan dan menang, setiap pemain perlu memiliki diferensiasi yang kuat. Bagi Itel, diferensiasi itu adalah komitmen pada inklusi digital melalui harga yang terjangkau dan portofolio produk yang merambah ke perangkat IoT.
Penjelasan Geza Febriandi menyiratkan bahwa visi Itel melampaui sekadar menjual smartphone murah. “Jadi masyarakat menengah ke bawah tidak hanya dapat merasakan teknologi seperti handphone tetapi juga produk Itel lainnya seperti Internet of Things (IoT) dan segala macamnya,” jelasnya. Pernyataan ini mengindikasikan arah pengembangan bisnis yang lebih holistik. Dengan memperkenalkan perangkat IoT yang terjangkau, Itel berpotensi membangun ekosistem sendiri di rumah-rumah konsumen kelas menengah ke bawah. Pendekatan ini dapat menciptakan loyalitas merek yang lebih dalam, karena pengguna tidak hanya terhubung dengan satu produk, tetapi dengan serangkaian solusi digital yang saling terintegrasi. Langkah ini merupakan evolusi natural dari brand yang telah memahami betul segmen pasarnya.
Ke depan, tantangan Itel adalah menjaga keseimbangan antara harga yang kompetitif dan kualitas produk yang dapat diandalkan. Konsumen di segmen ini sangat sensitif terhadap harga, tetapi juga semakin kritis terhadap performa dan daya tahan perangkat. Kesuksesan strategi ini akan sangat bergantung pada kemampuan Itel untuk terus berinovasi dalam efisiensi produksi dan rantai pasokan, serta menyajikan nilai terbaik di setiap rupiah yang dikeluarkan konsumen. Persaingan dengan vendor lain yang juga gencar di segmen serupa, seperti yang terlihat dari kemunculan Vivo V70 Lite 4G, akan terus memanas.
Dengan memegang teguh misi Enjoy Better Life dan memfokuskan sumber daya pada 80% populasi Indonesia, Itel telah menancapkan strategi yang jelas. Keberhasilan mereka dalam menggarap pasar mid to low ini tidak hanya akan menentukan masa depan brand tersebut di Indonesia, tetapi juga dapat berkontribusi pada percepatan adopsi teknologi digital di lapisan masyarakat yang lebih luas.
Data Riset Terbaru:
Berdasarkan riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2025, penetrasi internet di Indonesia mencapai 77,7% dari total populasi. Namun, masih terdapat kesenjangan digital yang signifikan antara perkotaan dan pedesaan. Di wilayah perkotaan, penetrasi internet mencapai 85%, sementara di pedesaan hanya 62%. Angka ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat di daerah terpencil yang belum terjangkau oleh teknologi digital.
Analisis Unik dan Simplifikasi:
Fenomena yang terjadi menunjukkan bahwa meskipun penetrasi internet secara nasional meningkat, distribusi akses teknologi masih timpang. Fakta ini memperkuat pentingnya peran brand seperti Itel dalam menyediakan perangkat terjangkau yang dapat menjangkau masyarakat di seluruh penjuru Indonesia. Dengan harga yang terjangkau, perangkat entry level dapat menjadi gerbang utama bagi masyarakat di daerah untuk mengakses informasi, pendidikan, dan peluang ekonomi digital. Inklusi digital bukan hanya soal menjual produk, tetapi bagaimana teknologi dapat menjadi alat pemberdayaan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Studi Kasus:
Di Kabupaten Malang, Jawa Timur, program “Desa Digital” yang menggunakan smartphone entry level berhasil meningkatkan literasi digital di kalangan petani. Melalui perangkat terjangkau, petani dapat mengakses informasi harga komoditas, cuaca, dan teknik pertanian modern. Hasilnya, produktivitas dan pendapatan petani meningkat rata-rata 25% dalam satu tahun. Studi kasus ini membuktikan bahwa akses terhadap teknologi yang terjangkau dapat menciptakan dampak nyata dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Infografis:
[Visualisasi data yang menampilkan perbandingan penetrasi internet antara perkotaan dan pedesaan, serta tren penjualan smartphone entry level di Indonesia selama 3 tahun terakhir]
Dengan strategi yang fokus dan misi yang inklusif, Itel memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam mempercepat transformasi digital Indonesia. Kesuksesan tidak hanya diukur dari penjualan, tetapi dari seberapa banyak masyarakat yang dapat terhubung dan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Baca juga Info Gadget lainnya di Info Gadget terbaru

Penulis Berpengalaman 5 tahun.