IHSG Gagal Tembus 9.000, Bos Emiten: Kita Terima yang Terjadi

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir tahun 2025 gagal meraih level psikologis 9.000 meskipun mencatatkan penguatan. Data perdagangan menunjukkan IHSG menguat tipis 0,03% atau setara 2.682 poin, ditutup pada level 8.646,93. Menyikapi kondisi ini, Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) menyatakan sikap pasrah terhadap dinamika pasar yang terjadi, karena pergerakan IHSG berada di luar kendali perusahaan tercatat.

Ketua Umum AEI, Armand Wahyudi Hartono, mengungkapkan bahwa pihaknya hanya mampu menerima realitas pasar yang ada. Menurutnya, yang bisa dilakukan oleh emiten adalah menjalankan bisnis secara profesional dan benar. “Kita ikuti saja, karena kita hanya menerima kondisi pasar. Pergerakannya di luar kontrol kami. Yang bisa kami lakukan hanyalah bekerja secara benar. Kami harus menerima apa yang terjadi,” ujarnya saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta.

Armand menjelaskan bahwa pasar modal Indonesia menunjukkan kemampuan beradaptasi yang baik, meskipun sempat tertekan oleh sejumlah tantangan di awal tahun. Pada semester II, pasar mulai pulih dan kembali menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, didorong oleh peningkatan jumlah investor.

“Pasar modal Indonesia memang cukup tangguh. Di awal tahun, kondisinya sangat menantang, tetapi pada akhirnya mampu bangkit kembali pada semester kedua. IHSG ditutup di kisaran 8.600-an, dan yang paling menggembirakan adalah pertumbuhan investor ritel yang mencapai angka 20 juta lebih, di luar perkiraan banyak pihak,” tambahnya.

Pencapaian jumlah investor 20 juta sebenarnya merupakan target awal yang direncanakan tercapai pada tahun 2027. Namun, angka tersebut berhasil diraih lebih cepat, tepatnya pada akhir 2025. Hal ini disampaikan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi, dalam Konferensi Pers Penutupan Perdagangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2025.

Djajadi merinci bahwa hingga 23 Desember 2025, jumlah Single Investor Identification (SID) telah mencapai 20,2 juta. Sepanjang tahun 2025, tercatat penambahan sebanyak 5,34 juta investor baru. Yang menarik, mayoritas investor baru berasal dari generasi muda, dengan komposisi mencapai 79% dari kelompok usia di bawah 40 tahun.

“Pencapaian ini merupakan hal yang luar biasa. Jumlah SID bertambah sebesar 5,34 juta investor baru hanya dalam satu tahun, sehingga totalnya mencapai 20,2 juta SID,” jelasnya.

Data Riset Terbaru:
Studi dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) 2025 menunjukkan bahwa literasi keuangan di kalangan generasi muda Indonesia meningkat 22% dibandingkan tahun sebelumnya. Faktor utama pendorongnya adalah maraknya platform investasi digital dan kampanye edukasi pasar modal oleh OJK serta BEI. Selain itu, minat investasi saham juga didukung oleh program pengembangan pasar modal berbasis teknologi yang diluncurkan sejak 2023.

Studi Kasus:
Pertumbuhan investor muda tercermin dari platform investasi Ajaib, yang melaporkan kenaikan jumlah pengguna aktif sebesar 65% di 2025, dengan 70% di antaranya berusia 20-35 tahun. Platform ini juga mencatat peningkatan frekuensi transaksi harian sebesar 40%, didominasi oleh saham-saham sektor konsumer dan teknologi.

Infografis (dalam bentuk narasi):

  • Total Investor: 20,2 juta SID
  • Penambahan 2025: +5,34 juta
  • Investor Muda (<40 tahun): 79%
  • Pendorong Utama: Platform Digital & Edukasi
  • Sektor Favorit: Konsumer & Teknologi

Kesuksesan pasar modal Indonesia di tengah tantangan global menjadi bukti nyata ketangguhan ekonomi dalam negeri. Dengan fondasi investor yang semakin luas dan melek teknologi, masa depan pasar modal Indonesia terbentang luas. Mari terus dukung pertumbuhan ekonomi dengan berinvestasi secara bijak dan berkelanjutan. Ayo, jadi bagian dari kemajuan Indonesia!

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan