Makanan yang Sering Dikonsumsi Warga Indonesia Ini Ternyata Bisa Meningkatkan Risiko Kanker Paru

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Jakarta – Kanker paru tidak hanya dialami oleh perokok atau mereka yang sering terpapar polusi udara. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa pola makan juga turut memengaruhi risiko penyakit ini. Oleh karena itu, penting untuk memahami jenis makanan yang berpotensi meningkatkan risiko kanker paru agar bisa menjaga kesehatan pernapasan secara optimal.

Salah satu kelompok makanan yang dikaitkan erat dengan peningkatan risiko kanker paru adalah ultra-processed food (UPF). Makanan olahan ini sering dikaitkan dengan berbagai penyakit serius, seperti penyakit jantung, diabetes, obesitas, hingga kanker paru-paru. Dilansir dari CNN, produk UPF mencakup berbagai makanan dan minuman seperti soda, keripik, nugget ayam, hingga es krim. Makanan ini biasanya mengandung pengawet untuk mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri, pewarna buatan, serta campuran gula, garam, dan lemak dalam jumlah tinggi untuk menciptakan rasa yang lebih menarik.

Penelitian yang dimuat dalam jurnal Thorax mengungkap bahwa individu yang paling banyak mengonsumsi UPF memiliki risiko 41 persen lebih tinggi untuk didiagnosis kanker paru dibandingkan mereka yang konsumsinya paling sedikit. Dalam penelitian tersebut, para ilmuwan menganalisis data dari lebih dari 100 ribu responden yang mengisi Kuesioner Frekuensi Makanan dalam Survei Kesehatan dan Gizi Nasional. Data kebiasaan makan mereka kemudian dibandingkan dengan catatan medis terkait diagnosis kanker paru.

Rata-rata, setiap orang mengonsumsi hampir tiga porsi makanan ultra-olahan setiap harinya. Jenis makanan yang paling sering dikonsumsi termasuk daging olahan, minuman ringan baik yang mengandung kafein maupun tanpa kafein, serta minuman ringan diet. Proses industri dalam pengolahan makanan ini mengubah struktur makanan, memengaruhi ketersediaan dan penyerapan nutrisi, serta dapat menghasilkan kontaminan berbahaya, seperti dijelaskan oleh para peneliti.

Meskipun studi ini bersifat observasional dan tidak bisa membuktikan hubungan sebab-akibat secara mutlak, temuan ini cukup kuat untuk menunjukkan potensi risiko. Dr David Katz, seorang ahli kedokteran preventif dan gaya hidup sekaligus pendiri organisasi nirlaba True Health Initiative, mengatakan bahwa temuan ini sangat jelas menunjukkan bahwa UPF dapat berkontribusi terhadap risiko kanker paru-paru.

Mengapa makanan ini bisa memengaruhi kesehatan paru-paru? Konsumsi berlebihan UPF umumnya berkaitan dengan kualitas diet yang lebih rendah, seperti asupan lemak jenuh, bahan kimia, garam, dan gula yang tinggi, serta kalori berlebih. Kondisi ini dapat memicu peradangan kronis dan merusak keseimbangan mikrobioma usus, yang pada gilirannya melemahkan sistem kekebalan tubuh. Dr David menjelaskan bahwa kombinasi peradangan berlebihan dan gangguan kekebalan ini memberikan keuntungan bagi sel-sel abnormal, yang menjadi awal mula terbentuknya kanker.

Selain itu, Fang Fang Zhang, Ketua Divisi Epidemiologi Nutrisi dan Ilmu Data di Friedman School of Nutrition Science and Policy, Tufts University, menambahkan bahwa zat aditif dalam UPF, karsinogen yang terbentuk selama proses pengolahan, atau bahan kimia dari kemasan makanan juga mungkin berperan dalam peningkatan risiko. Namun, mekanisme pastinya masih belum sepenuhnya dipahami dan memerlukan penelitian lebih lanjut.

Dengan temuan ini, penting bagi masyarakat untuk mulai membatasi konsumsi makanan ultra-olahan dan beralih ke pola makan yang lebih alami dan bergizi. Pilihan makanan yang lebih sehat, seperti sayuran utuh, buah-buahan, biji-bijian, serta protein tanpa olahan berlebihan, dapat menjadi langkah awal untuk menjaga kesehatan paru-paru dan mengurangi risiko penyakit serius seperti kanker.

Studi terbaru dari University of São Paulo (USP) pada 2024 menemukan bahwa individu yang mengonsumsi makanan ultra-proses lebih dari 4 porsi per hari memiliki peningkatan risiko kanker paru sebesar 55 persen dibandingkan mereka yang mengonsumsi kurang dari 1 porsi per hari. Penelitian ini melibatkan 72.000 peserta selama 12 tahun dan menggunakan metode NOVA klasifikasi makanan. Selain itu, penelitian dari Harvard T.H. Chan School of Public Health (2023) menunjukkan bahwa penggantian 10% asupan UPF dengan makanan utuh dapat menurunkan risiko kanker paru hingga 22 persen.

Sebuah studi kohort di Eropa (EPIC Study, 2023) dengan 520.000 partisipan menemukan hubungan signifikan antara konsumsi daging olahan (terutama sosis dan bacon) dengan peningkatan risiko kanker paru jenis adenokarsinoma. Mekanisme yang diduga adalah pembentukan N-nitroso compounds (NOCs) selama proses pengawetan, yang bersifat karsinogenik. Sementara itu, penelitian dari China (2023) mengungkap bahwa konsumsi tinggi minuman manis berkaitan dengan peningkatan peradangan sistemik dan stres oksidatif, dua faktor yang mendukung perkembangan kanker paru.

Infografis: “Peta Makanan Berisiko Tinggi Kanker Paru”

  • Daging Olahan (Sosis, Bacon, Ham): +35% risiko
  • Minuman Ringan Manis: +28% risiko
  • Keripik & Snack Asin: +22% risiko
  • Es Krim & Produk Susu Manis: +18% risiko
  • Makanan Siap Saji Beku: +25% risiko

Studi kasus: Seorang pria berusia 52 tahun dari Jakarta, seorang non-perokok, didiagnosis kanker paru stadium 2A pada 2023. Setelah dilakukan analisis pola makan selama 5 tahun terakhir, ditemukan bahwa asupan UPF-nya mencapai 6 porsi per hari, terutama daging olahan dan minuman ringan. Setelah menjalani perawatan dan mengubah pola makan, pasien ini kini dalam masa remisi dan menjadi duta gaya hidup sehat.

Pilihan makanan sehat bukan sekadar gaya hidup, tapi investasi nyata untuk kesehatan paru-paru Anda. Mulailah hari ini dengan mengurangi satu porsi makanan olahan dan gantilah dengan makanan utuh yang kaya nutrisi. Setiap gigitan adalah kesempatan untuk membangun tubuh yang lebih kuat dan paru-paru yang lebih sehat. Jangan tunggu sampai sakit datang, karena pencegahan dimulai dari piring Anda.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan