Presiden Taiwan Lai Ching-te secara tegas menyampaikan kecaman terhadap latihan militer berskala besar yang digelar oleh Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China di sekitar wilayah Taiwan. Aksi militer Beijing ini, yang melibatkan peluncuran rudal balistik dan pengerahan armada udara, berdampak langsung pada sektor penerbangan sipil Taiwan dengan pembatalan puluhan penerbangan.
Dalam pernyataan resmi yang disampaikan melalui platform media sosial, Lai menegaskan bahwa manuver militer China merupakan bentuk provokasi terbuka terhadap stabilitas kawasan dan tatanan keamanan internasional. “China secara sengaja mengabaikan aspirasi komunitas global terhadap perdamaian dengan melakukan intimidasi militer,” ujar Lai.
Pihak militer China melalui Komando Teater Timur menyatakan bahwa latihan tersebut melibatkan berbagai elemen tempur, termasuk kapal perang jenis destroyer dan frigate, armada tempur udara, serta pesawat pengebom strategis. Skenario latihan mencakup simulasi identifikasi target, operasi pengusiran, serangan ke target maritim, dan operasi anti-kapal selam.
Media pemerintah China, CCTV, melaporkan bahwa fokus utama latihan adalah simulasi blokade terhadap pelabuhan-pelabuhan strategis Taiwan seperti pelabuhan utama di Keelung dan Kaohsiung. Pihak China juga merilis peta yang menunjukkan lima zona latihan di sekitar perairan Taiwan, dengan beberapa zona berada dalam radius 12 mil laut dari garis pantai Taiwan, yang secara langsung mengganggu lalu lintas penerbangan dan pelayaran internasional.
Kementerian Perhubungan Taiwan mencatat bahwa pembatalan penerbangan terutama terjadi pada rute penerbangan menuju pulau-pulau kecil seperti Kinmen dan Matsu, yang mengakibatkan sekitar 6.000 penumpang mengalami gangguan perjalanan. Selain itu, lebih dari 850 penerbangan internasional diperkirakan akan mengalami penundaan.
Di sisi pertahanan, Kementerian Pertahanan Taiwan melaporkan deteksi 130 pesawat militer China dalam radius dekat pulau selama periode 24 jam hingga pagi hari tanggal 30 Desember. Selain itu, 14 kapal perang dan delapan kapal pemerintah China juga terdeteksi beroperasi di perairan sekitar Taiwan. Dalam merespons, Otoritas Penjaga Pantai Taiwan mengerahkan 14 unit kapal mereka untuk melakukan pemantauan intensif terhadap aktivitas kapal-kapal China tersebut.
Data Riset Terbaru:
Studi dari Institute for Defense Studies and Analyses (IDSA) tahun 2025 menunjukkan peningkatan frekuensi latihan militer China di sekitar Taiwan mencapai 40% dibandingkan tahun sebelumnya. Riset ini juga mengungkapkan bahwa pola latihan China semakin mengarah pada skenario blokade maritim dan interdiksi logistik, yang dianggap sebagai bagian dari strategi “gray zone” dalam upaya memperkuat klaim kedaulatan terhadap Taiwan.
Analisis Unik dan Simplifikasi:
Aksi militer China di sekitar Taiwan bukan semata-mata demonstrasi kekuatan, melainkan bagian dari strategi komprehensif yang mengintegrasikan aspek militer, ekonomi, dan psikologis. Dengan memilih waktu latihan yang bersamaan dengan periode liburan akhir tahun, China secara tidak langsung menekan sektor pariwisata dan transportasi Taiwan, yang berdampak pada perekonomian negara tersebut. Pendekatan ini mencerminkan upaya China untuk menciptakan tekanan bertahap tanpa memicu eskalasi militer terbuka.
Studi Kasus:
Insiden tahun 2022 ketika China menggelar latihan militer besar-besaran setelah kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan menjadi contoh nyata efek domino dari manuver militer China. Saat itu, pembatalan penerbangan mencapai angka lebih dari 10.000 penumpang, dan sektor logistik internasional mengalami gangguan signifikan. Peristiwa ini menjadi preseden bagi pola respons China terhadap aktivitas diplomatik Taiwan dengan negara-negara barat.
Infografis Konseptual:
- Jumlah Pesawat Militer China yang Terdeteksi: 130 unit dalam 24 jam
- Jumlah Kapal Perang China: 14 unit
- Jumlah Kapal Pemerintah China: 8 unit
- Penerbangan yang Dibatalkan: Puluhan penerbangan domestik
- Penumpang Terdampak: Sekitar 6.000 orang
- Penerbangan Internasional Terancam: Lebih dari 850 penerbangan
Tindakan militer China di sekitar Taiwan merupakan cerminan dari ketegangan geopolitik yang semakin memanas di kawasan Indo-Pasifik. Di tengah upaya diplomasi dan kerja sama internasional, penting bagi semua pihak untuk menjaga komunikasi yang terbuka dan menghindari tindakan yang dapat memicu eskalasi. Perdamaian dan stabilitas kawasan bukan hanya menjadi kepentingan Taiwan dan China, tetapi juga merupakan kebutuhan global yang mendesak. Mari bersama-sama mendukung dialog konstruktif dan solusi damai untuk menjaga keamanan serta kemakmuran bersama di kawasan yang strategis ini.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.