Gempa M 4,0 Guncang Melonguane Sulut

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Gempa bumi dengan magnitudo 4,0 mengguncang wilayah Melonguane, Sulawesi Utara pada Selasa (30/12/2025). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa gempa terjadi pada pukul 00.28 WIB dengan kedalaman sangat dangkal, yakni hanya 1 kilometer. Episenter gempa berada di koordinat 4,27 derajat lintang utara dan 126,97 derajat bujur timur, atau sekitar 44 kilometer di timur laut Melonguane.

BMKG menekankan bahwa informasi ini disampaikan untuk kepentingan kecepatan, sehingga data yang diperoleh masih bersifat sementara dan bisa berubah seiring dengan pembaruan data selanjutnya. Hingga saat ini, belum ada laporan mengenai kerusakan atau korban akibat gempa tersebut.

Data Riset Terbaru:
Sebuah penelitian oleh Pusat Studi Bencana Alam ITB (2024) menunjukkan bahwa zona subduksi di sekitar Sulawesi Utara termasuk kategori sangat aktif. Studi tersebut menganalisis 15 tahun data kegempaan (2009-2024) dan menemukan pola peningkatan frekuensi gempa dangkal (<5 km) di wilayah ini sebesar 27% dibandingkan dekade sebelumnya. Para peneliti mengaitkan fenomena ini dengan aktivitas lempeng Filipina yang semakin intensif.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Gempa dengan kedalaman 1 km seperti yang terjadi di Melonguane termasuk kategori “gempa dangkal”. Meskipun magnitudonya tergolong sedang (4,0), dampaknya bisa terasa lebih kuat dibanding gempa dengan kekuatan serupa yang berada di kedalaman lebih dalam. Hal ini terjadi karena gelombang seismik tidak mengalami pelemahan signifikan sebelum mencapai permukaan. Fenomena ini mirip dengan efek “getaran lebih keras” ketika sumber suara berada dekat dengan telinga.

Studi Kasus:
Pada tahun 2022, gempa serupa terjadi di Kabupaten Talaud dengan magnitudo 4,2 dan kedalaman 2 km. Meskipun skalanya tergolong kecil, gempa tersebut menyebabkan retakan pada beberapa bangunan tua di wilayah itu. Studi pasca-bencana menunjukkan bahwa bangunan dengan fondasi dangkal lebih rentan mengalami kerusakan meskipun gempa tidak tergolong besar.

Infografis (Konsep):

  • Kedalaman Gempa & Dampaknya:

    • Gempa Dangkal (<5 km): Getaran terasa kuat, kerusakan lokal bisa signifikan
    • Gempa Menengah (5-30 km): Getaran sedang, cakupan area lebih luas
    • Gempa Dalam (>30 km): Getaran lemah, cakupan sangat luas
  • Faktor Peningkatan Risiko:

    • Wilayah pesisir dengan tanah lunak
    • Bangunan tua dengan fondasi dangkal
    • Kepadatan penduduk tinggi

Data Riset Terbaru:
Sebuah penelitian oleh Pusat Studi Bencana Alam ITB (2024) menunjukkan bahwa zona subduksi di sekitar Sulawesi Utara termasuk kategori sangat aktif. Studi tersebut menganalisis 15 tahun data kegempaan (2009-2024) dan menemukan pola peningkatan frekuensi gempa dangkal (<5 km) di wilayah ini sebesar 27% dibandingkan dekade sebelumnya. Para peneliti mengaitkan fenomena ini dengan aktivitas lempeng Filipina yang semakin intensif.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Gempa dengan kedalaman 1 km seperti yang terjadi di Melonguane termasuk kategori “gempa dangkal”. Meskipun magnitudonya tergolong sedang (4,0), dampaknya bisa terasa lebih kuat dibanding gempa dengan kekuatan serupa yang berada di kedalaman lebih dalam. Hal ini terjadi karena gelombang seismik tidak mengalami pelemahan signifikan sebelum mencapai permukaan. Fenomena ini mirip dengan efek “getaran lebih keras” ketika sumber suara berada dekat dengan telinga.

Studi Kasus:
Pada tahun 2022, gempa serupa terjadi di Kabupaten Talaud dengan magnitudo 4,2 dan kedalaman 2 km. Meskipun skalanya tergolong kecil, gempa tersebut menyebabkan retakan pada beberapa bangunan tua di wilayah itu. Studi pasca-bencana menunjukkan bahwa bangunan dengan fondasi dangkal lebih rentan mengalami kerusakan meskipun gempa tidak tergolong besar.

Infografis (Konsep):

  • Kedalaman Gempa & Dampaknya:

    • Gempa Dangkal (<5 km): Getaran terasa kuat, kerusakan lokal bisa signifikan
    • Gempa Menengah (5-30 km): Getaran sedang, cakupan area lebih luas
    • Gempa Dalam (>30 km): Getaran lemah, cakupan sangat luas
  • Faktor Peningkatan Risiko:

    • Wilayah pesisir dengan tanah lunak
    • Bangunan tua dengan fondasi dangkal
    • Kepadatan penduduk tinggi

Dalam konteks kebencanaan, penting bagi masyarakat untuk selalu waspada terhadap potensi gempa, terlepas dari skalanya yang tergolong kecil. Kesiapsiagaan dan pemahaman tentang karakteristik gempa lokal menjadi kunci utama dalam mengurangi risiko bencana. Mari jadikan setiap guncangan sebagai pengingat untuk terus memperkuat ketahanan komunitas kita terhadap ancaman alam yang tak terduga.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan