
Foto Bisnis
Mohammad Farrel - detikFinance
Senin, 29 Des 2025 23:30 WIB
Jakarta – Mantan Gubernur BI Burhanuddin Abdullah menyampaikan sejumlah catatan penting terkait kondisi ekonomi nasional setelah satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo.
Berdasarkan analisisnya, Burhanuddin Abdullah mengungkapkan bahwa perekonomian Indonesia masih menghadapi tantangan signifikan, terutama dalam hal defisit transaksi berjalan dan neraca perdagangan. “Secara umum, kebijakan fiskal pada periode 2024-2025 masih defisit, meskipun defisit tersebut terus menurun dari tahun ke tahun,” jelas Burhanuddin Abdullah dalam keterangan tertulisnya kepada detikFinance pada Senin (29/12/2025).
Burhanuddin Abdullah mencatat, defisit transaksi berjalan pada kuartal III-2025 tercatat sebesar 1,3% dari Produk Domestik Bruto (PDB), meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang berada di angka 0,3% dari PDB. Defisit tersebut terutama disebabkan oleh defisit neraca perdagangan barang, yang mencapai US$ 1,5 miliar pada kuartal III-2025, setelah pada kuartal sebelumnya mencatat surplus US$ 1,5 miliar.
Lebih lanjut, Burhanuddin Abdullah menyoroti kinerja ekspor-impor Indonesia. Ekspor nonmigas mengalami penurunan sebesar 5,9% secara tahunan (yoy) menjadi US$ 60,9 miliar pada kuartal III-2025, sementara impor nonmigas meningkat 9,2% yoy menjadi US$ 44,8 miliar. Burhanuddin Abdullah menilai penurunan ekspor ini merupakan sinyal peringatan terhadap daya saing produk Indonesia di pasar global.
“Kita harus waspada terhadap tren penurunan ekspor nonmigas. Ini menunjukkan bahwa daya saing produk kita di pasar internasional sedang menurun,” tegasnya.
Selain itu, Burhanuddin Abdullah juga memperhatikan kondisi neraca pembayaran Indonesia yang masih mengalami defisit sebesar US$ 1,2 miliar pada kuartal III-2025, meskipun lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencatat defisit sebesar US$ 2,1 miliar.
Dalam aspek inflasi, Burhanuddin Abdullah mencatat bahwa laju inflasi tahunan pada November 2025 tercatat sebesar 1,23%, lebih rendah dari target Bank Indonesia sebesar 2,5% ± 1%. Menurutnya, rendahnya inflasi ini menunjukkan permintaan domestik yang masih lemah.
“Permintaan domestik yang lemah ini tercermin dari konsumsi rumah tangga yang tumbuh melambat menjadi 4,13% yoy pada kuartal III-2025, dari sebelumnya 4,48% yoy pada kuartal sebelumnya,” jelas Burhanuddin Abdullah.
Di sisi lain, Burhanuddin Abdullah mengapresiasi upaya pemerintah dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Rupiah tercatat menguat tipis terhadap dolar AS pada kuartal III-2025, meskipun masih menghadapi tekanan dari penguatan dolar AS secara global.
“Kebijakan moneter yang longgar oleh Bank Indonesia cukup efektif dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tekanan eksternal,” ucapnya.
Burhanuddin Abdullah menekankan pentingnya langkah-langkah strategis untuk mengatasi tantangan ekonomi yang dihadapi. Ia menyarankan pemerintah untuk memperkuat daya saing ekspor, memperbaiki struktur neraca perdagangan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.
“Kita perlu melakukan reformasi struktural yang komprehensif untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing ekonomi nasional,” pungkasnya.
Data Riset Terbaru:
Sebuah studi yang dilakukan oleh Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) pada Desember 2025 menunjukkan bahwa defisit transaksi berjalan Indonesia berpotensi melebar hingga 2,5% dari PDB pada tahun 2026 jika tidak ada kebijakan yang signifikan untuk memperbaiki struktur ekspor-impor. Studi ini juga menyoroti perlunya diversifikasi ekspor ke sektor-sektor bernilai tambah tinggi seperti manufaktur dan jasa digital.
Analisis Unik dan Simplifikasi:
Kondisi ekonomi Indonesia saat ini bisa dianalogikan seperti seorang pelari yang kelelahan di tengah lintasan. Meskipun masih bisa berlari, namun kecepatannya menurun dan butuh asupan energi ekstra untuk bisa kembali ke kecepatan optimal. Defisit transaksi berjalan dan neraca perdagangan yang memburuk merupakan “kelelahan” ekonomi yang disebabkan oleh rendahnya daya saing produk ekspor dan tingginya ketergantungan pada impor. Untuk “mengisi energi” kembali, pemerintah perlu melakukan “latihan intensif” berupa reformasi struktural yang fokus pada peningkatan produktivitas, inovasi, dan daya saing.
Studi Kasus:
Kasus defisit transaksi berjalan Indonesia bisa dibandingkan dengan pengalaman Korea Selatan pada dekade 1990-an. Saat itu, Korea Selatan juga mengalami defisit transaksi berjalan yang besar akibat ketergantungan pada impor dan rendahnya daya saing ekspor. Namun, dengan melakukan reformasi struktural yang fokus pada peningkatan produktivitas dan inovasi, Korea Selatan berhasil mengatasi defisit tersebut dan menjadi salah satu negara maju dengan ekonomi yang kuat.
Infografis:
Berikut adalah infografis yang menggambarkan kondisi ekonomi Indonesia setelah satu tahun pemerintahan Presiden Prabowo:
[Infografis: Kondisi Ekonomi Indonesia 2025]
- Pertumbuhan Ekonomi: 4,9% yoy (Q3-2025)
- Inflasi: 1,23% yoy (Nov-2025)
- Defisit Transaksi Berjalan: 1,3% dari PDB (Q3-2025)
- Neraca Perdagangan: Defisit US$ 1,5 miliar (Q3-2025)
- Nilai Tukar Rupiah: Rp 16.200 per USD (rata-rata Q3-2025)
Situasi ekonomi saat ini memang menantang, namun bukan berarti tanpa harapan. Dengan kebijakan yang tepat dan komitmen yang kuat, Indonesia mampu bangkit dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Mari kita dukung langkah-langkah strategis pemerintah dalam memperbaiki struktur ekonomi nasional, meningkatkan daya saing, dan mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.