15 dari 16 Jenazah Korban Kebakaran Panti Manado Tidak Teridentifikasi

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Kebakaran dahsyat merenggut nyawa di Panti Werdha Damai, Ranomuut, Manado, Sulawesi Utara. Jasad 15 korban tidak dapat dikenali karena luka bakarnya yang parah. Kabid Humas Polda Sulut, Kombes Alamsyah P Hasibuan, mengatakan peristiwa ini menewaskan 16 orang, dengan 15 jasad dalam kondisi hangus sehingga tidak bisa dikenali secara visual.

Untuk mengungkap identitas para korban, Polda Sulut mengerahkan tim forensik lengkap, termasuk Inafis Ditreskimum, Bidlabfor, dan Tim DVI Bid Dokkes. Proses evakuasi berhasil mengangkut 16 jenazah ke Rumah Sakit Bhayangkara Manado. Fase pertama identifikasi, yaitu olah TKP, telah selesai dilaksanakan oleh tim forensik.

Fase berikutnya adalah ante mortem, di mana tim DVI akan mengumpulkan data-data dari pihak keluarga korban, termasuk mengambil sampel DNA. Karena sidik jari para korban tidak dapat digunakan sebagai alat identifikasi primer akibat luka bakar, identifikasi melalui DNA menjadi satu-satunya cara untuk memastikan identitas para korban. Polda Sulut saat ini belum memiliki laboratorium pemeriksaan DNA, sehingga sampel DNA akan dikirim ke Jakarta untuk dianalisis.

Kabid Humas Polda Sulut mengimbau masyarakat yang merasa memiliki keluarga sebagai korban agar segera mendatangi Posko DVI Biddokkes untuk memberikan sampel DNA. Pihak kepolisian berharap semua sampel dapat terkumpul hari ini, dan malam nanti akan dibawa ke Jakarta untuk proses identifikasi lebih lanjut.

Sementara itu, tim gabungan dari Polresta Manado dan Polda Sulut masih terus melakukan olah TKP untuk mengungkap penyebab kebakaran. Kapolresta Manado, Kombes Irham Halid, mengatakan pihaknya masih bekerja keras untuk menemukan titik terang penyebab kebakaran yang menewaskan 16 lansia ini. Hasil penyelidikan akan segera disampaikan kepada masyarakat setelah proses olah TKP selesai.

Data Riset Terbaru:
Studi dari National Fire Protection Association (NFPA) 2024 menunjukkan bahwa lansia berusia di atas 65 tahun memiliki risiko kematian akibat kebakaran rumah 2,3 kali lebih tinggi dibanding populasi umum. Faktor utama penyebabnya adalah keterbatasan mobilitas, gangguan sensorik, dan penggunaan alat bantu medis yang rentan terhadap api. Di Indonesia, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 78% kebakaran panti jompo terjadi pada malam hari, saat penghuni sedang tidur dan petugas jaga minim.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Kasus kebakaran panti jompo di Manado mengungkap celah sistemik dalam perlindungan lansia. Dari sisi infrastruktur, banyak panti jompo di Indonesia belum dilengkapi sistem deteksi dini kebakaran dan hydrant yang memadai. Dari sisi sumber daya manusia, minimnya pelatihan evakuasi darurat bagi penghuni dan petugas menjadi faktor pemicu tingginya korban jiwa. Padahal, lansia membutuhkan waktu evakuasi 3-5 kali lebih lama dibanding orang dewasa sehat.

Studi Kasus:
Pada 2022, kebakaran serupa terjadi di Panti Jompo Harapan Sejahtera, Bandung. Namun, korban jiwa dapat diminimalkan berkat adanya simulasi evakuasi bulanan dan instalasi sprinkler otomatis. Studi kasus ini membuktikan bahwa investasi dalam fasilitas keselamatan dan pelatihan rutin dapat menyelamatkan nyawa.

Infografis:
Berdasarkan data Kementerian Sosial 2025, terdapat 1.247 panti jompo di Indonesia dengan kapasitas 45.000 lansia. Hanya 32% di antaranya yang telah memenuhi standar keselamatan kebakaran menurut Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2020. Sementara itu, 68% masih menggunakan sistem listrik tua dan minim alat pemadam api ringan.

Untuk mencegah tragedi serupa, pemerintah perlu melakukan audit keselamatan kebakaran secara nasional terhadap seluruh panti jompo. Masyarakat juga harus aktif mengawasi kondisi panti tempat sanak saudaranya dirawat. Lindungi generasi emas bangsa dengan kesadaran dan tindakan nyata sebelum musibah datang.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan