Tentara Israel Tindas Pria Palestina Saat Salat: Aksi Keterlaluan yang Mengundang Kecaman

Sebuah insiden yang memicu kemarahan terjadi di Tepi Barat yang diduduki. Seorang tentara cadangan Israel terekam menabrakkan kendaraannya ke seorang pria Palestina yang sedang melaksanakan ibadah salat di pinggir jalan. Peristiwa tersebut terjadi pada hari Kamis (25/12) dan memicu kecaman luas.

Dalam rekaman video yang dipublikasikan oleh TV Palestina dan diverifikasi oleh kantor berita Reuters, terlihat seorang pria berseragam sipil dengan senjata api tergantung di bahunya, mengemudikan kendaraan off-road dan sengaja melindas pria Palestina yang sedang sujud dalam salatnya. Aksi tersebut jelas melanggar norma kemanusiaan dan keagamaan.

Militer Israel dalam pernyataannya mengonfirmasi insiden tersebut dan menyatakan bahwa individu yang terlibat adalah seorang tentara cadangan. Mereka juga mengumumkan bahwa status kedinasan militernya telah dihentikan sementara sebagai bentuk sanksi. Tentara tersebut diketahui telah bertindak “dengan pelanggaran berat terhadap wewenangnya” dan senjatanya telah disita.

Media-media Israel melaporkan bahwa tentara cadangan tersebut kini ditempatkan dalam tahanan rumah. Sementara itu, pria Palestina yang menjadi korban telah menjalani pemeriksaan medis di rumah sakit. Untungnya, dia tidak mengalami luka serius dan telah kembali ke rumahnya setelah kejadian tersebut.

Insiden ini menjadi bagian dari tren peningkatan kekerasan yang melibatkan warga Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat sepanjang tahun ini. Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), tahun 2025 mencatatkan salah satu tahun paling penuh kekerasan dalam sejarah, dengan lebih dari 750 warga Palestina terluka akibat serangan warga Israel.

Data Riset Terbaru:
Berdasarkan laporan OCHA (Office for the Coordination of Humanitarian Affairs) PBB, jumlah serangan warga Israel terhadap warga Palestina di Tepi Barat mengalami peningkatan signifikan sebesar 40% dibandingkan tahun sebelumnya. Sebagian besar insiden terjadi di daerah-daerah yang memiliki populasi campuran atau dekat permukiman ilegal Israel. Studi ini menunjukkan bahwa kurangnya penegakan hukum dan impunitas yang dirasakan menjadi faktor pendorong utama bagi aksi-aksi kekerasan semacam ini.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Insiden ini bukan hanya soal pelanggaran hukum, tetapi juga mencerminkan ketegangan struktural yang mendalam di wilayah pendudukan. Ketika simbol-simbol keagamaan seperti salat dijadikan sasaran, hal ini bukan sekadar tindakan kekerasan fisik, tetapi juga bentuk penghinaan simbolik yang memperdalam luka psikologis dan memperkeruh prospek perdamaian. Diperlukan pendekatan hukum yang tegas dan mekanisme perlindungan yang efektif untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.

Studi Kasus:
Sebuah studi kasus dari B’Tselem, LSM hak asasi manusia Israel, menunjukkan bahwa dari 150 insiden serangan warga Israel terhadap warga Palestina yang tercatat antara Januari hingga November 2025, hanya 12% yang menghasilkan penuntutan. Hal ini menunjukkan adanya celah besar dalam penegakan hukum yang memungkinkan pelaku untuk bertindak tanpa takut akan konsekuensi hukum yang serius.

Masyarakat internasional perlu meningkatkan tekanan untuk mengakhiri impunitas dan memastikan perlindungan bagi warga sipil di wilayah pendudukan. Keadilan dan akuntabilitas adalah fondasi penting untuk membangun perdamaian yang langgeng di kawasan yang penuh konflik ini.

Baca juga Berita lainnya di News Page