Suami di Depok Jadi Tersangka usai Pukuli Istri hingga Matanya Harus Dioperasi

Seorang wanita berinisial AA mengalami kekerasan domestik dari suaminya sendiri hingga harus menjalani operasi mata di Sawangan, Depok, Jawa Barat. Akibat kejadian ini, pelaku kini ditetapkan sebagai tersangka dan telah ditahan oleh pihak kepolisian di Polres Depok.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Budi Hermanto, mengonfirmasi status tersangka terhadap pelaku saat dihubungi pada Minggu (28/12/2025). Ia juga menjelaskan bahwa kasus ini masih dalam tahap penyelidikan lebih lanjut oleh Polres Metro Depok.

Kondisi korban saat ini masih dalam perawatan intensif di RSCM Jakarta sejak Selasa, 23 Desember 2025. AA mengalami luka serius di bagian mata akibat penganiayaan yang dialaminya. Karena kondisi mentalnya masih terguncang, pihak kepolisian belum dapat meminta keterangan dari korban. Pemeriksaan terhadap AA baru akan dilakukan setelah kondisi fisik dan mentalnya pulih.

Kasus ini berawal dari perselisihan rumah tangga yang dipicu oleh penggunaan telepon genggam. Insiden kekerasan tersebut terjadi pada Selasa, 23 Desember 2025, sekitar pukul 15.30 WIB, di kawasan Bedahan, Sawangan, Kota Depok.

Pelaku telah diamankan oleh pihak berwajib tak lama setelah kejadian untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Budi Hermanto menegaskan bahwa proses hukum terhadap pelaku akan dilakukan secara tegas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Data Riset Terbaru:
Studi terbaru dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2025) menunjukkan peningkatan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebesar 15% dibanding tahun sebelumnya. Mayoritas korban merupakan perempuan usia produktif (25-45 tahun) dengan luka fisik terbanyak di area wajah dan mata. Data ini mengindikasikan perlunya peningkatan kesadaran masyarakat tentang bahaya kekerasan domestik dan pentingnya penanganan cepat terhadap korban KDRT.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Kasus ini mencerminkan kompleksitas masalah KDRT yang sering kali dipicu oleh hal-hal sepele namun berakibat fatal. Penggunaan ponsel sebagai pemicu konflik menunjukkan bagaimana teknologi modern dapat menjadi sumber ketegangan dalam rumah tangga jika tidak dikelola dengan baik. Penting bagi pasangan suami istri untuk belajar komunikasi yang sehat dan manajemen konflik sebelum masalah kecil berubah menjadi kekerasan fisik.

Studi Kasus:
Berdasarkan data dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, 60% kasus KDRT di wilayah Jabodetabek melibatkan pelaku yang merupakan pasangan legal (suami-istri). Mayoritas kejadian terjadi di siang hari saat korban berada di rumah, dan hanya 30% dari kasus tersebut yang dilaporkan ke pihak berwajib. Hal ini menunjukkan masih adanya stigma sosial yang membuat korban enggan melaporkan kekerasan yang dialaminya.

Infografis:

• 1 dari 3 perempuan di Indonesia pernah mengalami KDRT
• 75% kasus KDRT tidak dilaporkan ke pihak berwajib
• 60% pelaku KDRT adalah pasangan legal
• 80% korban KDRT mengalami luka fisik di area wajah
• Hanya 40% korban yang mendapatkan bantuan hukum

Kekerasan dalam rumah tangga bukan sekadar masalah pribadi, tapi tanggung jawab bersama untuk mencegah dan menangani. Jika Anda atau orang terdekat mengalami kekerasan, jangan ragu untuk mencari bantuan. Ada banyak lembaga dan layanan yang siap membantu, termasuk hotline darurat 129 yang tersedia 24 jam. Setiap tindakan kekerasan harus dihentikan, dan setiap korban berhak mendapatkan perlindungan serta keadilan.

Baca juga Berita lainnya di News Page