Krisis Sampah di Tangsel yang Terus Membuat Warga Resah dan Kesal

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Tangerang Selatan (Tangsel) masih terus berjuang mengatasi persoalan sampah yang semakin meresahkan warga. Di sepanjang Jalan Aria Putra, Ciputat, pada Sabtu (27/12/2025) sekitar pukul 09.45 WIB, terlihat tumpukan sampah besar yang hanya ditutup terpal. Bau menyengat menyebar ke sekitar, membuat pengendara yang melintas harus menahan napas atau menutup hidung. Beberapa bagian sampah bahkan tercecer di luar terpal, tanpa penanganan yang memadai. Tumpukan ini juga mengganggu arus lalu lintas karena sedikit memakan badan jalan.

Kondisi serupa juga ditemukan di samping Pasar Cimanggis, di mana gunungan sampah kembali menjadi penyebab kemacetan. Warga dan pengendara terpaksa menghindari tumpukan tersebut karena bau busuk yang tidak tertahankan. Keberadaan sampah-sampah yang menumpuk di pinggir jalan juga terlihat di berbagai titik lainnya. Sampah-sampah ini biasanya dibungkus plastik atau karung, tetapi tetap saja tidak menghilangkan bau tidak sedap yang muncul.

Warga pun mengeluhkan kondisi ini. Wawan (51), seorang pedagang di kawasan Ciputat, mengungkapkan bahwa tumpukan sampah di lokasinya belum diangkut selama beberapa minggu. Bau busuk, menurutnya, semakin parah setelah hujan turun. “Setelah hujan, baunya sangat menyengat. Tidak tertahankan,” ujarnya. Tidak hanya bau, tumpukan sampah ini juga menjadi sarang belatung yang sering merayap hingga ke area tempat dia berjualan. “Belatungnya sampai ke bawah-bawah, bahkan sampai ke tempat parkir motor,” tambahnya dengan nada kesal.

Rizal (32), warga lain yang juga berprofesi sebagai pedagang, mengatakan hal serupa. Ia menyatakan bahwa tumpukan sampah di sekitar tempat tinggalnya hampir sebulan tidak mendapatkan penanganan. Padahal, sebagai warga yang taat, ia telah membayar iuran pengelolaan sampah. “Sudah hampir sebulan, belum ada solusi. Katanya nanti malam akan diangkut, tapi sampai sekarang belum juga,” keluhnya. Wawan menambahkan bahwa kondisi ini sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama karena bau busuk dan belatung yang muncul dari tumpukan sampah.

Pemerintah Kota Tangerang Selatan sebenarnya telah mengambil langkah darurat dengan menetapkan status tanggap darurat pengelolaan sampah. Keputusan ini dikeluarkan melalui Keputusan Wali Kota Nomor 600.1.17.3/Kep.500-Huk/2025 dan berlaku selama 14 hari, terhitung mulai 23 Desember 2025 hingga 5 Januari 2026. Kepala Diskominfo Tangsel, Tubagus Asep Nurdin, menjelaskan bahwa status ini dapat diperpanjang jika kondisi di lapangan masih memerlukan penanganan lebih lanjut. “Jika berdasarkan evaluasi lapangan kondisi masih memerlukan penanganan lanjutan, maka status tanggap darurat ini dapat diperpanjang sesuai kebutuhan,” ujarnya.

Selain itu, Pemkot Tangsel juga telah menyiapkan kompensasi bagi warga yang tinggal di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang. Sebanyak 2.044 keluarga akan menerima kompensasi sebesar Rp 250 ribu per bulan. “Kami telah menganggarkan KDN (Kompensasi Dampak Negatif) pada tahun 2026 sebesar Rp 250 ribu per bulan untuk setiap kepala keluarga yang terdampak,” ujar Asep.

Wali Kota Tangsel, Benyamin Davnie, mengakui bahwa proses pengangkutan sampah masih berlangsung secara bertahap. Ia mengimbau warga untuk sementara waktu menghindari membuang sampah di titik-titik penumpukan yang sudah penuh. “Pemkot mengimbau peran serta masyarakat untuk sementara menahan pembuangan di titik pusat pengumpulan umum bila memungkinkan, sambil menunggu pengangkutan selesai,” ujarnya. Benyamin juga meminta maaf atas ketidaknyamanan yang dialami warga akibat penumpukan sampah ini.

Untuk mempercepat penanganan, Pemkot Tangsel juga berkoordinasi dengan pemerintah daerah sekitar seperti Kota Serang dan Bogor. Tujuannya adalah untuk mengatur rute pengangkutan sampah agar lebih efisien dan cepat. “Kami terus berkoordinasi dengan daerah lain dalam rangka pengaturan rute angkut agar prosesnya lebih cepat dan efisien,” kata Benyamin. Ia menegaskan bahwa pemerintah daerah terus berupaya memperbaiki layanan kebersihan demi kenyamanan bersama.

Sementara itu, proses pengangkutan sampah terus dilakukan secara bertahap. Namun, hingga kini, masih banyak warga yang merasa kesal dan khawatir dengan kondisi lingkungan mereka. Mereka berharap penanganan sampah bisa segera tuntas agar kenyamanan dan kesehatan lingkungan kembali normal.

Studi kasus di Ciputat dan Cimanggis menunjukkan bahwa penanganan sampah tidak hanya soal pengangkutan, tetapi juga soal edukasi masyarakat dan koordinasi antar daerah. Infografis sederhana bisa menggambarkan bahwa dari total sampah yang dihasilkan, hanya sebagian kecil yang dikelola dengan baik, sementara sisanya menumpuk di pinggir jalan dan menyebabkan masalah kesehatan serta lingkungan.

Dengan kerja sama semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, penanganan sampah di Tangsel bisa menjadi lebih baik. Mari jaga kebersihan lingkungan, karena kenyamanan dan kesehatan kita ada di tangan kita sendiri. Yuk, mulai dari hal kecil, seperti membuang sampah pada tempatnya dan mendukung program pengelolaan sampah yang lebih baik!

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan