Jembatan di Tanah Laut Kalsel Putus Diterjang Banjir, Satu Korban Jiwa Melayang

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Jembatan penghubung Dusun II-III di Desa Martadah Baru, Tanah Laut, Kalimantan Selatan, dilaporkan putus akibat banjir yang terjadi karena curah hujan tinggi. Insiden ini menyebabkan satu orang meninggal dunia. Korban tewas diduga tidak menyadari kondisi jembatan yang telah terputus saat melintas dalam keadaan gelap sebelum subuh. Akibat tidak mengetahui kondisi jembatan, korban jatuh ke sungai dengan air yang cukup dalam.

Kepala Pelaksana BPBD Tanah Laut, Aspi Setia Rahman, menjelaskan bahwa banjir terjadi karena debit air sungai meningkat akibat curah hujan yang tinggi, menyebabkan jembatan amblas dan terputus. Laporan kejadian ini diterima oleh BPBD sekitar pukul 07.30 Wita. Saat ini, korban telah ditemukan dan berhasil dievakuasi oleh warga setempat untuk kemudian disemayamkan.

Jembatan yang putus tersebut merupakan akses penting bagi warga, terutama digunakan anak-anak untuk pergi ke sekolah. Kepala Desa Martadah Baru, Slamet Prayitno, mengimbau warga untuk sementara waktu menghindari jalan dan jembatan tersebut demi keselamatan. Ia juga berharap pemerintah daerah segera memperbaiki jembatan tersebut agar aktivitas warga kembali normal.

Data Riset Terbaru menunjukkan bahwa kerusakan infrastruktur akibat bencana banjir semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama di daerah dengan curah hujan ekstrem. Studi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat peningkatan 30% kerusakan jembatan di wilayah pedesaan akibat banjir sepanjang 2025. Salah satu faktor utamanya adalah kurangnya sistem drainase yang memadai serta perubahan iklim yang menyebabkan intensitas hujan lebih tinggi dari biasanya. Di Tanah Laut, sejak awal Desember 2025, curah hujan telah melebihi rata-rata historis sebesar 45%, yang berdampak langsung pada kerusakan infrastruktur seperti jembatan dan jalan.

Infografis terkait menunjukkan tren peningkatan bencana banjir di Kalimantan Selatan selama lima tahun terakhir, dengan puncaknya terjadi pada Desember 2025. Data menunjukkan bahwa 70% jembatan di daerah pedesaan mengalami kerusakan parsial atau total akibat banjir. Kerusakan ini tidak hanya mengganggu akses pendidikan, tetapi juga memengaruhi distribusi logistik dan perekonomian lokal.

Untuk mencegah kejadian serupa di masa depan, penting bagi pemerintah daerah dan pusat untuk memperkuat sistem mitigasi bencana, termasuk perbaikan infrastruktur yang tahan banjir dan peningkatan sistem peringatan dini. Masyarakat juga perlu dilibatkan dalam program kesiapsiagaan bencana agar dapat mengambil tindakan cepat saat terjadi bencana. Dengan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat, risiko korban jiwa dan kerusakan infrastruktur dapat diminimalisir. Mari bersama-sama membangun ketahanan komunitas terhadap bencana alam yang semakin sering terjadi.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan