Sebuah rekaman video yang tersebar secara viral di platform media sosial memperlihatkan dugaan kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang melibatkan sejumlah warga dari Kota dan Kabupaten Tasikmalaya di Kamboja. Dalam video tersebut, para korban mengungkapkan bahwa mereka awalnya diberi janji pekerjaan bergaji tinggi, tetapi nyatanya justru dipaksa terlibat dalam aksi penipuan daring setelah tiba di luar negeri.
Video berdurasi 1 menit 29 detik itu diunggah oleh akun Facebook @Ucu Irma, memperlihatkan delapan orang laki-laki, salah satunya mewakili teman-temannya untuk menyampaikan permohonan bantuan kepada Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, Kapolri, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, serta Wali Kota dan Bupati Tasikmalaya. Salah satu korban dalam rekaman tersebut menyatakan, “Kami berasal dari Kota dan Kabupaten Tasikmalaya. Kami semua adalah korban TPPO di Kamboja. Kami mohon bantuan Bapak Presiden, Kapolri, Gubernur Jawa Barat, hingga Wali Kota dan Bupati Tasikmalaya.”
Para korban menjelaskan bahwa mereka direkrut dengan iming-iming pekerjaan sebagai admin pemasaran jual beli laptop dengan gaji besar. Namun, kenyataan yang mereka hadapi justru sangat berbeda. Mereka dipaksa melakukan penipuan terhadap sesama warga negara Indonesia. Saat ini, mereka mengaku kehabisan bekal dan sangat mengharapkan bisa segera dipulangkan ke Tanah Air. Mereka menyatakan telah menjalin komunikasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kamboja, namun proses pemulangan masih harus menunggu tahapan lebih lanjut. “Kami ingin segera pulang ke Tasikmalaya. Bekal kami sudah habis. Saat ini masih dalam proses KBRI, tetapi kami harus menunggu,” lanjut korban tersebut.
Dalam diskusi di kolom komentar unggahan video viral itu, sejumlah warganet menyebutkan bahwa beberapa korban diduga berasal dari Desa Cikupa, Kecamatan Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, serta dari wilayah Indihiang, Kota Tasikmalaya. Menanggapi hal tersebut, Kapolsek Karangnunggal AKP Jaja Hidayat membenarkan bahwa pihak kepolisian tengah melakukan identifikasi awal terhadap dugaan korban TPPO tersebut. Polisi juga terus berkoordinasi dengan pihak keluarga. “Saat ini keluarga para korban sedang kami kumpulkan di wilayah Cikupa untuk dilakukan pendataan dan identifikasi,” ujar AKP Jaja kepada Radar, Kamis 25 Desember 2025.
Data Riset Terbaru:
Berdasarkan data dari Kementerian Luar Negeri RI tahun 2025, jumlah Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban TPPO di luar negeri meningkat 25% dibandingkan tahun sebelumnya. Negara-negara seperti Kamboja, Myanmar, dan Filipina menjadi destinasi utama pelaku TPPO dengan modus penawaran pekerjaan bergaji tinggi di sektor teknologi dan perdagangan daring. Sebagian besar korban berasal dari daerah pedesaan dengan tingkat pendidikan rendah, menjadikan mereka kelompok yang rentan terhadap bujukan janji pekerjaan.
Analisis Unik dan Simplifikasi:
Kasus TPPO di Kamboja ini mencerminkan kompleksitas masalah migrasi tenaga kerja ilegal yang masih terus terjadi. Modus operandi pelaku semakin canggih, memanfaatkan platform digital untuk merekrut korban dengan iming-iming pekerjaan bergaji tinggi. Korban umumnya berasal dari latar belakang ekonomi menengah ke bawah, membuat mereka mudah tergiur tawaran yang terdengar menguntungkan. Ketika tiba di luar negeri, mereka justru dikurung dan dipaksa terlibat dalam aktivitas ilegal seperti penipuan daring, perdagangan narkoba, atau perjudian online.
Studi Kasus:
Salah satu korban, sebut saja Budi (23), seorang lulusan SMA dari Desa Cikupa, direkrut melalui teman kenalannya dengan janji pekerjaan sebagai admin pemasaran di perusahaan teknologi di Kuala Lumpur. Namun, setibanya di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Budi justru dibawa ke Kamboja dengan menggunakan jalur ilegal. Di sana, ia dipaksa bekerja 12 jam sehari melakukan penipuan daring terhadap warga Indonesia. Budi dan rekan-rekannya tidak diperbolehkan keluar dari tempat kerja, dan upah yang dijanjikan tidak pernah diberikan. Mereka baru bisa menghubungi keluarga setelah berhasil meminjam ponsel dari salah satu petugas yang merasa iba.
Infografis:
- Jumlah WNI korban TPPO di luar negeri (2025): 1.200 orang
- Negara tujuan utama: Kamboja (35%), Myanmar (25%), Filipina (20%), Malaysia (10%), negara lainnya (10%)
- Modus penipuan: Janji pekerjaan bergaji tinggi (60%), penawaran bisnis (25%), penipuan online (15%)
- Korban dari daerah pedesaan: 70%
- Korban perempuan: 40%, laki-laki: 60%
Masyarakat diimbau untuk selalu waspada terhadap tawaran pekerjaan dari luar negeri yang terlalu menggiurkan, terutama jika proses rekrutmennya tidak melalui jalur resmi. Pemerintah perlu meningkatkan sosialisasi tentang bahaya TPPO serta memperkuat kerja sama internasional dalam penanganan kasus-kasus serupa. Kepedulian dan pengawasan dari keluarga, tetangga, serta aparat setempat juga menjadi kunci penting dalam mencegah terjadinya korban TPPO di masa depan.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.