Perpaduan Arsitektur dan Spiritualitas: Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang Semakin Erat Melalui Parkir dan Terowongan

Perayaan Natal 2025 di Gereja Katedral Jakarta menjadi momentum yang tak hanya dirasakan oleh umat Kristiani, tetapi juga oleh umat Muslim di sekitarnya. Masjid Istiqlal, yang berdiri megah di seberang Gereja Katedral, kembali menunjukkan wujud toleransi nyata dengan membuka lahan parkirnya bagi para jemaat yang datang untuk beribadah. Hubungan harmonis antara dua tempat ibadah ikonik ini bukanlah hal baru; sejak puluhan tahun lalu, Masjid Istiqlal secara sukarela memberikan akses parkir bagi jemaat Katedral yang kerap kekurangan tempat parkir saat perayaan hari raya.

Susyana Suwadie, Humas Gereja Katedral Jakarta, menjelaskan bahwa pada setiap perayaan besar seperti Natal, pihaknya harus mendirikan tenda demi menambah kapasitas tempat duduk. Keterbatasan lahan pun membuat parkir menjadi kendala utama. Melihat kondisi tersebut, Imam Besar Masjid Istiqlal, yang kini menjabat sebagai Menteri Agama RI, Nazaruddin Umar, dengan tangan terbuka mengizinkan para jemaat untuk menggunakan basement parkir Masjid Istiqlal yang mampu menampung hingga 700 hingga 800 kendaraan.

Sejak saat itu, kerja sama ini terus berlangsung, dan semakin diperkuat dengan kehadiran Terowongan Silaturahmi yang diresmikan pada tahun 2022. Terowongan ini tidak hanya menjadi infrastruktur penghubung antara Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, tetapi juga simbol nyata dari persatuan dan kerukunan antarumat beragama. Dengan adanya terowongan ini, para jemaat kini bisa berpindah dari tempat parkir menuju gereja tanpa harus menyeberangi jalan raya yang padat, sekaligus menghindari potensi kemacetan dan risiko kecelakaan.

Lebih dari sekadar fungsi praktis, Terowongan Silaturahmi juga dihiasi dengan instalasi seni yang sarat makna. Karya seni tersebut berupa ornamen tangan yang saling menggenggam, hasil karya seniman Sunaryo dan Aditya Novali yang terpilih dalam sayembara terbatas yang diikuti oleh tujuh pasang seniman. Ide di balik instalasi ini adalah pesan dari Nazaruddin Umar dan Kardinal Ignatius Suharyo agar terowongan tidak hanya menjadi jalur transit, tetapi juga wadah yang menyampaikan nilai-nilai toleransi, cinta tanah air, dan saling menghargai tradisi antarumat beragama.

Kini, pengelolaan terowongan ini menjadi tanggung jawab bersama antara Badan Pengelola Masjid Istiqlal dan pengurus Gereja Katedral. Kedua lembaga ini bekerja sama dalam menjaga kebersihan, keamanan, serta nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Keberadaan terowongan ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para tamu negara dan wisatawan yang datang berkunjung, karena dianggap sebagai representasi konkret dari kebhinekaan Indonesia.

Pada perayaan Natal 2025, terowongan ini kembali dibuka secara khusus bagi para jemaat yang ingin menggunakan fasilitas parkir Masjid Istiqlal. Akses ini mulai dibuka sejak malam Natal, 24 Desember, hingga hari raya Natal, 25 Desember. Langkah ini tidak hanya memudahkan para jemaat, tetapi juga menjadi bukti nyata bahwa toleransi dan kerukunan antarumat beragama bukanlah sekadar retorika, melainkan praktik nyata yang terus dijaga dan diperkuat dari generasi ke generasi.

Keterlibatan Masjid Istiqlal dalam mendukung perayaan Natal di Gereja Katedral Jakarta menunjukkan bahwa perbedaan keyakinan bukanlah penghalang untuk saling membantu. Justru, perbedaan tersebut menjadi dasar untuk membangun hubungan yang saling menghormati dan mendukung. Terowongan Silaturahmi, dengan segala makna dan fungsinya, menjadi simbol bahwa persatuan bangsa bisa terwujud ketika setiap elemen masyarakat bersedia membuka hati, berbagi ruang, dan hidup berdampingan secara damai. Inilah Indonesia yang sesungguhnya: berbeda, tetapi bersatu dalam harmoni.

Baca juga Berita lainnya di News Page