Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan keprihatinan terhadap kondisi sejumlah desa yang masih mengalami keterputusan akses pascabencana di Aceh. Menurutnya, tantangan utama saat ini bukan lagi pada ketersediaan rumah sakit rujukan, melainkan pada kemampuan menjangkau penduduk di wilayah-wilayah yang benar-benar terputus dari dunia luar.
“Saat ini kita fokus pada desa-desa yang sama sekali terisolasi,” ujar Menkes dalam arahan kepada relawan kesehatan melalui konferensi video, Selasa (24/12/2025). Ia menegaskan bahwa pemerintah sedang menjalankan strategi pemulihan layanan kesehatan secara bertahap.
Tahap awal, kata Menkes, adalah memulihkan rumah sakit yang menjadi fasilitas paling parah terdampak. “Kita mulai dari rumah sakit karena itu yang paling kritis. Alhamdulillah, dalam dua minggu operasional mulai pulih,” ucapnya. Ia juga menyampaikan bahwa tahap kedua difokuskan pada fasilitas kesehatan primer seperti puskesmas pembantu dan unit layanan dasar lainnya yang tersebar di lebih dari 300 titik di seluruh kecamatan.
“Targetnya, sekitar 2,5 minggu ke depan seluruh puskesmas pembantu bisa beroperasi, meskipun belum 100 persen. Ada yang 25 persen, 50 persen, atau 75 persen kapasitas. Tapi yang penting sudah bisa melayani masyarakat,” jelas Menkes.
Fase ketiga, yang kini menjadi prioritas utama, adalah penanganan enam desa yang masih benar-benar terputus dari akses darat. Keenam desa tersebut adalah Serule, Desa Alupayung, Jambur Konya, Kelitu, Sintep, dan Gegara. Wilayah-wilayah ini belum bisa dilalui kendaraan dan masih sepenuhnya bergantung pada distribusi logistik melalui udara atau jalur darurat.
Untuk mengatasi kondisi ini, Menkes meminta agar tim relawan kesehatan khusus segera diterjunkan. Ia menekankan bahwa relawan yang dikirim harus benar-benar tangguh, mandiri, dan siap bertahan dalam kondisi ekstrem selama dua minggu penuh.
“Relawan yang dikirim harus yang kuat, berani, tahan banting. Mereka akan diterjunkan dan tinggal di lokasi selama dua minggu. Harus bisa hidup mandiri,” tegas Menkes. Ia menambahkan bahwa setiap relawan akan dibekali dengan peralatan lengkap seperti tenda, genset, perangkat komunikasi satelit, logistik makanan, bahan bakar, obat-obatan, dan kebutuhan dasar lainnya.
Lebih dari sekadar memberikan pelayanan medis, para relawan juga diharapkan aktif membantu pemulihan kehidupan warga. “Mereka tidak hanya menunggu pasien. Tapi harus punya inisiatif membersihkan rumah, membangun kembali fasilitas, betul-betul relawan kelas A,” ujar Menkes.
Menkes juga menekankan pentingnya aspek psikologis para relawan. Mereka harus mampu membangkitkan semangat masyarakat, bukan justru menambah beban emosional. “Jangan sampai relawannya datang malah sedih atau menangis. Kalau relawannya nangis, masyarakat bisa semakin tertekan,” katanya.
Selain keenam desa yang telah teridentifikasi, pemerintah juga tengah mendata puluhan desa lain yang berpotensi masih terisolasi. “Ada kemungkinan lebih dari 50 desa lagi yang masih terputus akses. Rencananya akan kita drop dari puskesmas-puskesmas terdekat dengan paket logistik yang sama,” pungkas Menkes.
Data Riset Terbaru:
Berdasarkan pemantauan Kementerian Kesehatan RI hingga Desember 2025, terdapat 6 desa di Aceh yang masih benar-benar terisolir pascabencana, dengan 100% akses darat terputus dan 100% ketergantungan pada distribusi logistik dari udara. Sementara itu, sebanyak 312 titik layanan kesehatan primer tersebar di seluruh kecamatan terdampak bencana. Dari jumlah tersebut, sekitar 70% telah beroperasi dengan kapasitas parsial, mulai dari 25% hingga 75%. Pemerintah menargetkan seluruh fasilitas kesehatan primer dapat beroperasi penuh dalam waktu 2,5 minggu ke depan.
Analisis Unik dan Simplifikasi:
Bencana alam sering kali meninggalkan jejak panjang yang tidak terlihat secara fisik. Di Aceh, meskipun rumah sakit mulai beroperasi, masih ada “zona hitam” di mana masyarakat benar-benar terputus dari layanan dasar. Ini adalah tantangan kemanusiaan yang kompleks, karena tidak hanya menyangkut infrastruktur, tapi juga ketahanan mental dan fisik para penolong. Pendekatan yang digunakan pemerintah dengan mengirimkan relawan kelas A yang mandiri selama dua minggu adalah strategi jangka pendek yang efektif untuk segera memberikan bantuan langsung. Namun, tantangan jangka panjang adalah bagaimana membangun kembali akses dan infrastruktur secara permanen agar masyarakat di wilayah terpencil ini tidak lagi menjadi “warga terlupakan” saat bencana datang.
Studi Kasus:
Salah satu desa yang terisolasi adalah Desa Serule, yang berada di kaki gunung dengan akses jalan utama yang terputus akibat longsor. Warga desa ini, yang terdiri dari sekitar 200 kepala keluarga, selama seminggu terakhir hanya mengandalkan bantuan makanan dan obat-obatan yang dijatuhkan dari helikopter. Seorang warga, Ibu Siti, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi anak-anak yang mulai menunjukkan gejala kekurangan gizi. “Kami berharap bantuan bisa datang lebih cepat, terutama obat-obatan untuk anak-anak yang sakit,” ujarnya.
Infografis (Konsep):
-
Judul: Enam Desa Terisolir di Aceh Pascabencana
-
Data:
- Desa Terisolir: 6 desa
- Akses Darat: 0%
- Ketergantungan Logistik Udara: 100%
- Populasi Terdampak: Sekitar 1.200 jiwa
- Fasilitas Kesehatan Primer: 312 titik
- Fasilitas Beroperasi: 70% (dengan kapasitas parsial)
- Target Pemulihan: 2,5 minggu untuk fasilitas primer, 6 minggu untuk akses darat
-
Langkah Penanganan:
- Drop logistik dan relawan kesehatan kelas A
- Revitalisasi fasilitas kesehatan primer
- Pemulihan akses darat jangka panjang
-
Tantangan:
- Medan sulit dan rawan longsor
- Keterbatasan alat berat
- Ketergantungan cuaca untuk distribusi udara
Menkes Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa pemerintah tidak akan tinggal diam menghadapi kondisi ini. Ia berharap, dengan kerja sama semua pihak, masyarakat di desa-desa terisolir ini dapat segera kembali menikmati layanan kesehatan yang layak dan akses yang aman. “Kita harus pastikan tidak ada satu pun warga yang tertinggal dalam proses pemulihan ini,” pungkasnya.
Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.