Mentan Percepat Swasembada Gula Tahun Depan Menyusul Penutupan Impor

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyatakan bahwa impor gula putih akan dihentikan mulai tahun depan. Strategi utama yang diambil adalah mempercepat pengembangan tanaman tebu, dengan menetapkan Jawa Timur sebagai pusat produksi gula nasional. Amran menekankan bahwa lebih dari separuh kebun tebu di Indonesia berada di Jawa Timur, sehingga keberhasilan pengembangan tebu di wilayah ini diyakini akan membawa Indonesia menuju swasembada gula.

“Jika Jawa Timur sukses, insya Allah tahun depan kita tidak perlu lagi mengimpor gula putih. Karena lebih dari 50 persen kebun tebu nasional berada di Jawa Timur,” ujar Amran dalam pernyataannya, dikutip dari situs resmi Kementerian Pertanian, Selasa (23/12/2025).

Pemerintah menargetkan perluasan dan optimalisasi lahan tebu hingga 100 ribu hektare secara nasional, dengan 70 ribu hektare atau 70 persen di antaranya berada di Jawa Timur. Untuk mendukung target ini, pemerintah akan menyalurkan bantuan alat dan mesin pertanian, termasuk 100 unit traktor. Amran menyatakan bahwa hasil rapat sangat menggembirakan, dengan kebutuhan awal sekitar 35 ribu hektare dan cadangan lahan siap sebanyak 68 ribu hektare, yang akan dikerjakan secara bertahap mulai sekarang hingga Januari-Maret tahun depan.

Jika target pengembangan tebu tercapai, produksi gula nasional diproyeksikan meningkat menjadi 3 juta ton, dari angka saat ini sebesar 2,68 juta ton. Amran menambahkan bahwa pencapaian ini tidak hanya akan menghentikan impor gula putih, tetapi juga memperkuat kedaulatan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani tebu.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, menyambut baik rencana tersebut dan menyatakan kesiapan Jawa Timur menjadi lokomotif produksi gula nasional. Ia menegaskan komitmen untuk mengoptimalkan potensi lahan melalui peningkatan koordinasi lintas kabupaten/kota, sinergi dengan BUMN, serta kolaborasi erat dengan Kementerian Pertanian.

“Jawa Timur siap mengakselerasi perluasan dan peningkatan produktivitas tebu. Kami akan memastikan kesiapan lahan, dukungan data, dan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan agar target swasembada gula nasional dapat tercapai sesuai arahan Bapak Menteri,” tegas Khofifah.

Data Riset Terbaru:
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi gula rata-rata per kapita di Indonesia mencapai 12,97 kilogram per tahun pada 2024, meningkat dari 12,45 kilogram pada tahun sebelumnya. Angka ini menunjukkan bahwa permintaan gula domestik terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat. Di sisi lain, produksi gula dalam negeri masih belum mampu memenuhi kebutuhan nasional, sehingga Indonesia masih mengandalkan impor gula putih. Pada tahun 2024, impor gula putih mencapai 2,8 juta ton, naik 15% dibanding tahun sebelumnya. Riset dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun) menunjukkan bahwa produktivitas tebu di Indonesia rata-rata mencapai 70 ton per hektare, masih kalah jauh dibanding negara-negara produsen gula besar seperti Brazil yang mencapai 85 ton per hektare. Riset ini menunjukkan bahwa masih ada ruang besar untuk peningkatan produktivitas melalui perbaikan varietas, teknologi budidaya, dan pengelolaan lahan yang lebih efisien.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Penghentian impor gula putih merupakan langkah strategis yang tidak hanya berdampak pada aspek ekonomi, tetapi juga pada kedaulatan pangan nasional. Dengan memfokuskan pengembangan tebu di Jawa Timur, pemerintah mengambil pendekatan yang efisien, mengingat wilayah ini memiliki kondisi agroklimat yang mendukung serta infrastruktur pertanian yang relatif lebih maju dibandingkan wilayah lainnya. Namun, tantangan utama tetap ada, terutama dalam hal perbaikan kualitas benih, pengelolaan air irigasi, serta pemberdayaan petani kecil agar dapat mengadopsi teknologi modern.

Salah satu kunci keberhasilan adalah sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, dan petani. Pemerintah harus memastikan bahwa bantuan alat dan mesin pertanian benar-benar sampai ke tangan petani, disertai pelatihan yang memadai. Selain itu, perlu ada jaminan pasar bagi petani tebu agar mereka tidak ragu untuk meningkatkan produksi. Dengan pendekatan holistik seperti ini, target swasembada gula bukanlah mimpi yang mustahil.

Studi Kasus:
Sebuah studi kasus menarik dapat dilihat dari PT PG Kebon Agung di Malang, Jawa Timur. Perusahaan ini berhasil meningkatkan produktivitas tebu hingga 90 ton per hektare melalui penerapan teknologi irigasi presisi dan penggunaan varietas unggul. Mereka juga menjalin kemitraan erat dengan petani lokal, memberikan pelatihan dan bantuan modal. Hasilnya, petani mitra mampu meningkatkan pendapatan hingga 30% dalam dua tahun terakhir. Studi kasus ini menunjukkan bahwa peningkatan produktivitas tebu sangat mungkin tercapai jika ada dukungan teknologi, pelatihan, dan kemitraan yang kuat antara pihak-pihak terkait.

Infografis:

  1. Konsumsi Gula Per Kapita di Indonesia (2024): 12,97 kg/orang/tahun
  2. Produksi Gula Nasional (2025): 2,68 juta ton
  3. Target Produksi Gula (2026): 3 juta ton
  4. Target Perluasan Lahan Tebu: 100.000 hektare (70.000 hektare di Jawa Timur)
  5. Impor Gula Putih (2024): 2,8 juta ton (naik 15% dari tahun sebelumnya)
  6. Produktivitas Tebu Indonesia: 70 ton/hektare
  7. Produktivitas Tebu Brazil: 85 ton/hektare

Dengan komitmen yang kuat, sinergi yang solid, dan penerapan teknologi modern, Indonesia memiliki potensi besar untuk mencapai swasembada gula dalam waktu dekat. Langkah ini bukan hanya tentang mengurangi ketergantungan pada impor, tetapi juga tentang memberdayakan petani, meningkatkan ketahanan pangan, dan memperkuat ekonomi nasional. Mari bersama-sama mendukung upaya ini demi masa depan pertanian Indonesia yang lebih maju dan mandiri.

Baca Berita dan Informasi Finance lainnya di Finance Page

Tinggalkan Balasan