Di sebuah rumah sederhana di Kampung Babakan Bandung, Kelurahan Linggajaya, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, waktu seolah berjalan lambat bagi Dedi Rustandi yang kini berusia 76 tahun. Kehidupannya kini hanya berputar di ruang tamu sempit yang sekaligus menjadi ruang perawatan bagi sang istri, Rusbandiyah yang kini berusia 59 tahun, yang sudah enam tahun terakhir hanya bisa terbaring tak berdaya.
Rusbandiyah tak lagi mampu bergerak, tak ada ranjang medis atau peralatan khusus di rumah mereka. Ia terbaring di ruang tamu, tempat ia makan, beristirahat, dan menjalani perawatan seadanya dengan keterbatasan ekonomi yang mereka hadapi.
Dedi masih mengingat dengan jelas awal mula sakit yang diderita oleh istrinya. Sekitar enam tahun lalu, Rusbandiyah mulai mengeluhkan air kencing yang keruh setiap kali buang air kecil. Keluhan itu tak kunjung membaik, justru diikuti oleh melemahnya kondisi tubuhnya. Pada tahun 2019, rasa nyeri hebat di bagian bokong semakin memperparah keadaan hingga membuat Rusbandiyah tak lagi mampu beraktivitas dan harus terbaring total.
Upaya berobat sempat dilakukan oleh keluarga. Rusbandiyah pernah dibawa ke rumah sakit daerah. Namun, hasilnya tak memberi perubahan yang berarti. “Sudah pernah berobat ke rumah sakit, tapi tetap seperti ini,” tutur Dedi dengan suara lirih saat ditemui Radar pada Senin, 22 Desember 2025.
Sejak itu, perawatan lebih banyak dilakukan di rumah. Tak ada pemeriksaan lanjutan, tak ada pendampingan medis rutin, dan tak ada obat khusus yang dikonsumsi. Keterbatasan biaya membuat keluarga ini tak sanggup melanjutkan pengobatan secara berkelanjutan.
Ironisnya, Dedi sendiri hidup dengan keterbatasan fisik. Tangan kirinya tak berfungsi normal. Namun, setiap hari ia tetap menjalani peran sebagai perawat utama bagi istrinya. Dengan sisa tenaga yang ada, Dedi mengganti pampers, membersihkan tubuh Rusbandiyah, dan memastikan istrinya tetap makan. Semua dilakukan perlahan, penuh kehati-hatian, dan tanpa keluhan.
Pasangan lansia ini tinggal bersama seorang anak yang kini menjadi satu-satunya tumpuan hidup keluarga. Dari penghasilan sederhana anaknya, kebutuhan sehari-hari dipenuhi. Namun, hidup harus dijalani dengan penghematan ketat. Pampers menjadi kebutuhan paling mendesak—dalam sebulan bisa menghabiskan satu pak.
Data Riset Terbaru:
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2025, jumlah lansia di Indonesia mencapai lebih dari 26 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, sekitar 30% mengalami kondisi kesehatan kronis yang memerlukan perawatan jangka panjang. Sayangnya, hanya 15% dari lansia tersebut yang memiliki akses terhadap layanan kesehatan yang memadai. Di daerah perkotaan seperti Tasikmalaya, angka kemiskinan di kalangan lansia mencapai 12%, yang membuat mereka rentan terhadap keterbatasan dalam memperoleh perawatan medis.
Analisis Unik dan Simplifikasi:
Kisah Dedi dan Rusbandiyah mencerminkan realitas pahit yang dihadapi oleh banyak keluarga lansia di Indonesia. Di balik kehangatan rumah tangga mereka, tersimpan beban ekonomi dan fisik yang luar biasa. Dedi, meskipun dengan keterbatasan fisiknya, menjadi tiang utama dalam merawat istrinya. Ini menunjukkan betapa pentingnya peran keluarga dalam perawatan lansia, terutama di tengah minimnya akses terhadap layanan kesehatan.
Studi Kasus:
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Padjadjaran pada tahun 2024, ditemukan bahwa 60% lansia di Jawa Barat mengalami kesulitan dalam memperoleh perawatan medis yang layak. Mayoritas dari mereka mengandalkan perawatan di rumah dengan bantuan keluarga. Namun, beban perawatan ini seringkali terlalu berat bagi keluarga, terutama ketika anggota keluarga lainnya juga memiliki keterbatasan fisik atau ekonomi.
Infografis:
- Jumlah lansia di Indonesia: 26 juta+
- Lansia dengan kondisi kronis: 30%
- Lansia dengan akses layanan kesehatan memadai: 15%
- Lansia miskin di perkotaan: 12%
Dalam kondisi seperti ini, peran pemerintah dan masyarakat menjadi sangat penting. Program-program bantuan sosial, layanan kesehatan gratis, dan pelatihan bagi keluarga dalam merawat lansia dapat menjadi solusi nyata. Dedi dan Rusbandiyah bukan hanya butuh obat, tetapi juga dukungan sistemik yang dapat meringankan beban mereka. Dengan solidaritas dan kepedulian yang lebih besar, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung bagi para lansia yang rentan.
Baca juga Berita lainnya di News Page

Saya adalah jurnalis di thecuy.com yang fokus menghadirkan berita terkini, analisis mendalam, dan informasi terpercaya seputar perkembangan dunia finansial, bisnis, teknologi, dan isu-isu terkini yang relevan bagi pembaca Indonesia.
Sebagai jurnalis, saya berkomitmen untuk:
Menyajikan berita yang akurasi dan faktanya terverifikasi.
Menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, namun tetap menjaga integritas jurnalistik.
Menghadirkan laporan mendalam yang memberi perspektif baru bagi pembaca.
Di thecuy.com, saya tidak hanya melaporkan berita, tetapi juga berupaya menganalisis tren agar pembaca dapat memahami konteks di balik setiap peristiwa.
📌 Bidang Liputan Utama:
Berita Terbaru & ekonomi, keuangan.
Perkembangan teknologi dan inovasi digital.
Tren bisnis dan investasi.
Misi saya adalah membantu pembaca mendapatkan informasi yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya, sehingga mereka bisa membuat keputusan yang lebih cerdas dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia usaha.
📞 Kontak
Untuk kerja sama media atau wawancara, silakan hubungi melalui halaman Kontak thecuy.com atau email langsung ke admin@thecuy.com.