10 Karakter Anime dengan Masa Kecil Lebih Buruk dari Naruto

Photo of author

By Nur

10 Karakter Anime dengan Masa Kecil Lebih Buruk dari Naruto

Banyak karakter anime memiliki masa kecil yang penuh penderitaan, berbeda dengan Naruto yang meskipun kesepian, masih bisa tumbuh dengan semangat. Beberapa karakter justru mengalami trauma mendalam yang membekas seumur hidup, bahkan mengubah jalan cerita mereka menjadi lebih gelap dan tragis.

Para Tokoh dengan Luka Masa Lalu yang Lebih Dalam dari Naruto

Berikut ini adalah daftar tokoh yang masa kecilnya jauh lebih kelam dari Naruto, yang membuat mereka tumbuh dalam bayang-bayang trauma.

1. Kotaro Sato – Anak Kecil yang Ditinggal dan Dihina

Bayangkan seorang bocah berusia 4 tahun harus hidup sendiri, memasak, berbelanja, dan tidur seorang diri. Itulah yang dialami Kotaro dalam Kotaro Lives Alone. Ibunya meninggalkannya karena merasa jijik, sementara ayahnya dikenal kejam. Satu-satunya teman Kotaro hanyalah seekor kucing liar. Adegan Kotaro memilih tisu yang mengingatkannya pada ibunya begitu menyayat hati, menggambarkan betapa dalam kesepiannya.

2. Ciel Phantomhive – Dari Anak Bahagia Menjadi Pemilik Kontrak Iblis

Ciel dalam Black Butler dulu adalah anak yang ceria. Hingga suatu malam, kedua orang tuanya dibunuh, dan ia diculik oleh sekte sesat. Di sana, Ciel disiksa dan nyaris dikorbankan. Untuk selamat, ia terpaksa membuat perjanjian dengan iblis Sebastian, menukar jiwanya demi kekuatan. Tragedi ini mengubah Ciel menjadi pribadi dingin, penuh dendam, dan tak lagi percaya pada kebahagiaan.

3. Gaara – Dibenci Sejak Lahir, Dikhianati oleh Satu-satunya Orang Tersayang

Gaara dalam Naruto dilahirkan dengan kematian ibunya. Ia tumbuh sebagai jinchuriki, dijauhi warga, dan hanya punya pamannya, Yashamaru, sebagai tempat bergantung. Namun, malam itu, Yashamaru justru menghunus pedang ke arahnya. Sebelum mati, Yashamaru mengaku tak pernah mencintai Gaara. Ayahnya bahkan menyebut Gaara sebagai “eksperimen gagal”. Gaara pun terjebak dalam insomnia, dihantui suara Shukaku, dan kesepian yang tak berujung.

4. Eren Yeager – Menyaksikan Ibu Dimangsa, Lalu Dimakan Ayahnya Sendiri

Eren dalam Attack on Titan kehilangan ibunya secara mengerikan—dimakan hidup-hidup oleh Titan. Tapi penderitaannya tak berhenti di situ. Untuk mendapatkan kekuatan Attack Titan, Eren harus memakan ayahnya sendiri. Dari anak yang polos, Eren berubah menjadi pribadi yang dipenuhi amarah, dendam, dan tekad balas dendam yang menghancurkan segalanya.

5. Gyutaro dan Daki – Dibuang oleh Dunia, Lalu Memilih Jadi Iblis

Dua saudara dalam Demon Slayer ini tumbuh dalam kemiskinan. Ibu mereka bahkan menyesali kelahiran mereka. Gyutaro rela memakan serangga dan tikus demi menyelamatkan Daki. Saat Daki hampir terbakar, Gyutaro memohon bantuan warga—tapi tak seorang pun peduli. Doma, sang iblis, lalu menawarkan mereka kehidupan abadi. Mereka pun memilih menjadi iblis, bukan karena keinginan, tapi karena dunia tak pernah memberi mereka pilihan lain.

6. Killua Zoldyck – Dibesarkan Sebagai Alat Bunuh, Dikendalikan Secara Mental

Killua dalam Hunter x Hunter dilahirkan dalam keluarga pembunuh. Sejak kecil, ia dilatih untuk tahan racun dan listrik. Saudaranya, Illumi, menanamkan jarum di otaknya untuk mengendalikan tindakannya. Milluki, saudara lainnya, menyiksanya secara fisik. Killua hanya punya satu keinginan: menjadi teman Gon. Tapi keluarganya terus berusaha menghancurkan harapan kecil itu.

7. Thorfinn – Dibesarkan oleh Ayah Tiri yang Membunuh Ayah Kandungnya

Thorfinn dalam Vinland Saga menyaksikan ayahnya dibunuh oleh Askeladd. Alih-alih membalas, Thorfinn justru mengikuti Askeladd, yang menjadi ayah tiri sekaligus musuh. Ia belajar bertarung, membunuh, dan hidup dalam kekerasan. Setelah Askeladd mati, Thorfinn kehilangan arah, jatuh ke jurang kehampaan, dan bahkan menjadi budak selama bertahun-tahun.

8. Sasuke Uchiha – Menyaksikan Seluruh Klan Dibantai oleh Orang yang Dikagumi

Sasuke menyaksikan pembantaian klan Uchiha oleh saudaranya sendiri, Itachi. Orang tuanya, teman-temannya, semuanya tewas di depan matanya. Itachi bahkan memaksa Sasuke mengingat kejadian itu selama 24 jam dalam genjutsu Tsukuyomi. Sejak saat itu, Sasuke hidup hanya untuk balas dendam, mengubahnya menjadi pribadi yang dingin, penuh kebencian, dan terobsesi pada kekuatan.

9. Edward dan Alphonse – Kehilangan Tubuh demi Menghidupkan Ibu yang Sudah Tiada

Dua bersaudara dalam Fullmetal Alchemist Brotherhood mencoba melanggar hukum alam: menghidupkan kembali ibu mereka. Hasilnya? Edward kehilangan kaki dan lengan, sementara Alphonse kehilangan seluruh tubuhnya. Jiwanya terperangkap dalam baju besi raksasa. Masa remaja mereka dihabiskan untuk mencari cara mengembalikan tubuh, sambil menanggung rasa bersalah yang tak kunjung reda.

10. Violet Evergarden – Ditemukan di Medan Perang, Lalu Diperlakukan Sebagai Senjata

Violet ditemukan terluka di medan perang oleh Gilbert, yang merawatnya. Namun, Violet tak pernah diajari tentang cinta atau persahabatan. Ia dilatih sebagai senjata, kehilangan empati, dan kehilangan lengan saat Gilbert tewas. Kematian Gilbert adalah rasa sakit pertama yang pernah dirasakan Violet—rasa sakit yang membuatnya mulai belajar tentang arti perasaan manusia.

Data Riset Terbaru: Dampak Trauma Masa Kecil pada Karakter Fiksi

Studi dari Journal of Media Psychology (2024) menunjukkan bahwa karakter fiksi dengan latar belakang trauma cenderung memiliki perkembangan karakter yang lebih kompleks dan mendalam. Mereka sering kali menjadi simbol perlawanan, transformasi, atau kehancuran diri. Karakter seperti Gaara dan Thorfinn menunjukkan bahwa trauma bisa menjadi pemicu perubahan, baik ke arah positif maupun negatif.

Studi Kasus: Gaara dan Transformasi dari Kebencian ke Pemimpin

Gaara adalah contoh nyata bagaimana trauma bisa diubah menjadi kekuatan. Dari anak yang dibenci dan dijauhi, ia tumbuh menjadi Kazekage yang dihormati. Perubahan ini dimulai saat Naruto, yang juga pernah merasa kesepian, menunjukkan bahwa Gaara bisa dicintai. Ini membuktikan bahwa dukungan emosional bisa menjadi penawar trauma, meski butuh waktu dan usaha yang besar.

Dari kesepuluh karakter di atas, jelas bahwa masa kecil yang buruk bukan hanya soal kesepian, tapi juga soal pengkhianatan, kekerasan, dan kehilangan yang mendalam. Mereka mengajarkan kita bahwa di balik setiap kekuatan, sering kali ada luka yang tak pernah benar-benar sembuh. Namun, dari luka itu pula lahirlah keberanian, tekad, dan harapan untuk bangkit. Jika kamu pernah merasa terluka, ingatlah: bahkan karakter fiksi sekalipun bisa bangkit dari jurang terdalam. Maka, kamu pun bisa.

Baca juga Anime lainnya di Info Anime & manga terbaru.

Tinggalkan Balasan