Anggota DPR Jabar Arip Rachman Serap Aspirasi Warga Salawu Tasikmalaya, Petani Ajukan Rehabilitasi Irigasi

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat, H Arip Rachman SE MM dari Fraksi PDI Perjuangan, Fraksi PDI Perjuangan, Komisi IV, melaksanakan kegiatan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan di Aula Desa Tanjungsari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya. Dalam kesempatan tersebut, Arip Rachman menyerap berbagai aspirasi masyarakat, terutama terkait kebutuhan rehabilitasi irigasi pertanian yang mengairi lahan sawah warga setempat.

Mayoritas masyarakat Desa Tanjungsari berprofesi sebagai petani, sehingga keberadaan irigasi sangat vital bagi kehidupan mereka. Arip Rachman menjelaskan bahwa fokus utama aspirasi masyarakat adalah permohonan rehabilitasi jaringan irigasi pertanian yang kondisinya saat ini belum berfungsi optimal. “Kami banyak menerima aspirasi masyarakat, namun secara umum mereka mengusulkan rehabilitasi irigasi pertanian karena mayoritas warga di Desa Tanjungsari, Salawu, bekerja sebagai petani,” ucapnya.

Kecamatan Salawu sendiri memiliki dua sumber utama air irigasi pertanian. Salah satunya berasal dari Sungai Ciwulan, sementara sumber lainnya adalah irigasi tersier yang berada di kawasan pegunungan. Air dari sumber-sumber ini mengaliri lahan persawahan hingga ke kecamatan lain seperti Mangunreja dan Tanjungjaya.

Arip Rachman menyatakan bahwa pihaknya akan memfasilitasi usulan rehabilitasi irigasi pertanian di Salawu ke pemerintah provinsi melalui pemerintah desa. Langkah ini sejalan dengan program pemerintah dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Ia menekankan bahwa kondisi irigasi yang baik akan berdampak langsung pada peningkatan produksi pertanian, sekaligus mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Sayangnya, kondisi aliran irigasi di Salawu saat ini belum mampu menjangkau seluruh lahan pertanian secara merata. Beberapa saluran irigasi mengalami penyempitan, sehingga distribusi air tidak efektif. “Masyarakat memohon bantuan untuk rehabilitasi jaringan irigasi yang telah ada, namun kondisinya saat ini belum berfungsi optimal. Aliran irigasi dari hulu ke hilir tidak sampai menyeluruh ke lahan pertanian masyarakat,” ujarnya.

Rehabilitasi irigasi pertanian merupakan kegiatan perbaikan, penyempurnaan, atau revitalisasi jaringan irigasi yang rusak atau tidak berfungsi optimal, agar air dapat mengalir secara efektif ke lahan pertanian. Upaya ini bertujuan meningkatkan produktivitas lahan, frekuensi tanam, hasil panen, serta mendukung ketahanan pangan nasional. “Mencakup perbaikan saluran, normalisasi, hingga peningkatan fungsi bangunan air agar distribusi air merata dan efisien,” pungkas Arip Rachman.

Data Riset Terbaru:
Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian (2025), sektor pertanian masih menjadi penopang utama perekonomian di wilayah pedesaan, dengan kontribusi sebesar 30% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat. Namun, tantangan terbesar yang dihadapi adalah infrastruktur irigasi yang rusak atau tidak berfungsi optimal. Sebanyak 45% jaringan irigasi di Jawa Barat memerlukan rehabilitasi, terutama di wilayah selatan seperti Tasikmalaya, Garut, dan Ciamis. Penelitian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2024 menunjukkan bahwa rehabilitasi irigasi dapat meningkatkan produktivitas padi hingga 25%, serta memperluas luas lahan yang dapat ditanami dalam satu musim tanam.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Kondisi irigasi yang rusak bukan hanya masalah teknis, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi. Di Desa Tanjungsari, kekeringan lahan pertanian akibat irigasi yang tidak berfungsi optimal dapat memicu penurunan pendapatan petani, bahkan memaksa mereka beralih profesi ke sektor non-pertanian. Padahal, pertanian adalah identitas dan mata pencaharian utama masyarakat setempat. Solusi rehabilitasi irigasi bukan sekadar perbaikan fisik, tetapi juga investasi dalam ketahanan pangan, keberlanjutan ekonomi desa, dan pelestarian budaya pertanian.

Studi Kasus:
Desa Tanjungsari, Kecamatan Salawu, merupakan contoh nyata bagaimana infrastruktur irigasi yang rusak dapat menghambat produktivitas pertanian. Dengan luas lahan sawah sekitar 200 hektar, petani setempat mengandalkan irigasi dari Sungai Ciwulan dan irigasi tersier dari kawasan pegunungan. Namun, penyempitan saluran dan sedimentasi membuat aliran air tidak merata, sehingga hanya sebagian lahan yang terairi. Dampaknya, frekuensi tanam menurun dari tiga kali setahun menjadi dua kali, dan hasil panen pun berkurang. Jika rehabilitasi dilakukan, diperkirakan produktivitas pertanian di Desa Tanjungsari dapat meningkat hingga 30%, serta mampu mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG) di wilayah tersebut.

Selamatkan masa depan pertanian dengan memperbaiki irigasi hari ini. Investasi dalam infrastruktur pertanian bukan hanya memperkuat ketahanan pangan, tetapi juga memberdayakan petani dan menjaga keberlangsungan ekonomi desa. Mari bersama-sama mendorong pemerintah untuk segera merehabilitasi jaringan irigasi yang rusak, agar lahan pertanian kembali subur dan petani kembali tersenyum.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan