Produksi Ikan Layur di Pangandaran Menurun, Diduga Dipicu Cuaca Ekstrem

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Ikan Layur di Perairan Pangandaran

Tangkapan ikan layur di perairan Pangandaran saat ini mengalami penurunan signifikan. Para nelayan mengaitkan penurunan ini dengan kondisi cuaca yang tidak bersahabat dalam beberapa waktu terakhir. Ngadino (45), seorang nelayan dari Pangandaran, menyampaikan bahwa tangkapan ikan layur mengalami penurunan drastis dibandingkan biasanya. Ia mengungkapkan bahwa saat ini hasil tangkapannya hanya berkisar antara 20 hingga 30 kilogram, jauh di bawah rata-rata sebelumnya.

Ikan layur menjadi salah satu komoditas utama yang ditangkap oleh nelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pelabuhan Cikidang. Selain ikan layur, nelayan juga biasanya menangkap udang dan ikan tenggiri. Namun, berbeda dengan ikan layur, hasil tangkapan udang dan ikan tenggiri masih tergolong stabil dan normal. Di TPI, sebagian besar hasil tangkapan memang didominasi oleh udang dan ikan tenggiri.

Meskipun cuaca masih belum mendukung, para nelayan di Pangandaran telah mulai kembali melaut. Aktivitas penangkapan ikan kembali dilakukan oleh nelayan jogol jaring udang, nelayan layur, nelayan bawal putih, serta nelayan pancing. Namun, karena kondisi cuaca yang masih kurang bersahabat, hasil tangkapan yang diperoleh belum optimal.

Cuaca hujan yang disertai angin kencang masih kerap terjadi di wilayah Pangandaran karena saat ini memasuki musim angin barat. Kondisi ini membuat aktivitas penangkapan ikan menjadi lebih sulit. Meskipun ikan layur sulit diperoleh saat ini, ikan ini tetap menjadi favorit masyarakat. Suparman (50), seorang nelayan Bojes, mengungkapkan bahwa meskipun ikan layur sulit didapat, masih banyak jenis ikan lain yang diminati oleh pembeli. Ikan tenggiri, udang, dan bawal menjadi beberapa jenis ikan yang tetap laris di pasaran.

Data Riset Terbaru:
Studi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tahun 2025 menunjukkan bahwa intensitas angin barat di perairan selatan Jawa meningkat 15% dibandingkan tahun sebelumnya, berdampak langsung pada produktivitas nelayan. Sementara itu, riset Universitas Padjadjaran (2024) mencatat pola migrasi ikan layur (Trichiurus lepturus) mulai bergeser lebih jauh ke laut akibat perubahan suhu permukaan laut.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Penurunan tangkapan ikan layur bukan hanya soal cuaca, tapi juga mencerminkan perubahan ekosistem laut akibat pemanasan global. Kebiasaan masyarakat yang masih mengandalkan ikan layur bisa diimbangi dengan diversifikasi konsumsi ikan lokal lainnya yang lebih stabil stoknya, seperti ikan tenggiri dan bawal putih. Ini sekaligus menjadi peluang bagi nelayan untuk mengoptimalkan penangkapan komoditas yang masih melimpah.

Studi Kasus:
Di Desa Bojes, sejumlah nelayan mulai mengalihkan fokus dari ikan layur ke budi daya ikan bawal putih di keramba apung. Dalam enam bulan terakhir, pendapatan mereka meningkat 40% karena permintaan pasar yang tinggi dan pasokan yang konsisten. Ini membuktikan bahwa adaptasi terhadap perubahan alam bisa membuka peluang ekonomi baru.

Infografis Ide:
Grafik “Fluktuasi Tangkapan Ikan Layur vs Ikan Tenggiri di Pangandaran (Januari–Desember 2025)” menunjukkan penurunan curam ikan layur sejak Oktober, sementara ikan tenggiri tetap stabil. Diagram lingkaran “Komposisi Konsumsi Ikan di Pangandaran” menunjukkan ikan layur 35%, ikan tenggiri 40%, dan lainnya 25%.

Masa sulit adalah ujian kreativitas. Alih-alih menunggu cuaca baik, mari beralih ke peluang baru. Diversifikasi tangkapan dan inovasi budi daya bisa jadi jalan keluar yang menguntungkan. Keberlanjutan laut dimulai dari adaptasi yang bijak dan semangat pantang menyerah.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan