Padel Bukan Cuma Tren, Tapi Penggerak Ekosistem Olahraga Baru di Tasikmalaya

Olahraga padel mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan di Kota Tasikmalaya. Pertumbuhan ini tidak terjadi melalui event besar atau kampanye nasional, melainkan dari proses bawah tanah yang dibangun oleh para pecinta olahraga raket ini melalui pertemuan rutin dan latihan bersama.

Sebuah mini turnamen dan exhibition padel yang diadakan di Lapang Padel Jalan Siliwangi menjadi bukti nyata bahwa olahraga ini mulai menemukan tempat di hati masyarakat setempat. Event ini berhasil menghimpun puluhan pemain dari berbagai klub dan komunitas padel di Tasikmalaya serta sekitarnya.

Selain menjadi ajang adu kemampuan, kegiatan ini juga berperan sebagai penguat ikatan antar sesama pecinta padel. Irgi M Zibal, Ketua Padel Club Genta Dirgantara, menjelaskan bahwa tujuan utama digelarnya mini turnamen ini adalah untuk membangun ekosistem padel yang sehat dan inklusif di Tasikmalaya.

“Selain mempererat silaturahmi antar klub, event ini juga memberikan pengalaman bertanding bagi pemain-pemain pemula,” ujarnya pada Jumat, 19 Desember 2025.

Irgi menekankan bahwa padel bukan hanya sekadar olahraga, melainkan juga bagian dari gaya hidup dan potensi sport tourism. Karakter permainannya yang sosial, menyenangkan, serta mudah dipelajari membuat padel cepat diterima oleh berbagai lapisan masyarakat.

Meskipun belum memiliki badan organisasi formal, komunitas padel di Tasikmalaya telah menunjukkan kematangan dalam mengelola aktivitasnya. Latihan mingguan, main bareng antar klub, hingga event kompetitif telah menjadi rutinitas yang terus berkembang.

“Belum ada organisasi resmi, tapi secara teknis kami sudah terbiasa mengatur latihan rutin dan mabar. Ini menjadi fondasi awal sebelum masuk ke level yang lebih serius,” tambah Irgi.

Mini turnamen yang diikuti sekitar 50 peserta dari kategori pemula hingga intermediate ini sengaja dirancang dalam format satu hari. Tujuannya agar tetap menjaga nuansa kompetisi tanpa menghilangkan unsur fun dan keterbukaan bagi semua kalangan.

“Konsepnya mini turnamen dan exhibition. Tetap kompetitif, tapi tidak kehilangan sisi rekreatif,” jelasnya.

Irgi mengakui bahwa turnamen ini termasuk salah satu yang paling awal diselenggarakan di Tasikmalaya. Sebelumnya, aktivitas padel lebih banyak diisi oleh fun match dan exhibition yang bertujuan memperkenalkan olahraga ini kepada publik.

Data Riset Terbaru:
Berdasarkan survei Asosiasi Padel Indonesia (API) tahun 2025, jumlah lapangan padel di Jawa Barat meningkat 200% dalam dua tahun terakhir. Tasikmalaya mencatat pertumbuhan 150% dengan jumlah pemain aktif mencapai 1.200 orang, didominasi usia 17-35 tahun.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Padel tumbuh organik karena tiga faktor utama: biaya perawatan lapangan lebih rendah dibanding tenis, teknik dasar lebih mudah dikuasai pemula, serta format ganda yang mendukung interaksi sosial. Di Tasikmalaya, pertumbuhan dipicu komunitas mahasiswa dan profesional muda yang aktif di media sosial.

Studi Kasus:
Komunitas Padel Singaparna mencatat peningkatan anggota dari 15 orang di awal 2024 menjadi 89 orang di akhir 2025. Mereka berhasil menggelar 12 event lokal dengan sponsorship dari UMKM sekitar lapangan.

Infografis Potensi:

• 78% pemain padel di Tasikmalaya bermain minimal 2x seminggu
• 65% menyatakan padel membantu menjaga kesehatan mental
• 42% bersedia mengikuti turnamen tingkat provinsi
• Rata-rata usia pemain: 24 tahun
• Perkembangan lapangan: 3 lapangan di 2023 menjadi 8 lapangan di 2025

Gerakan padel di Tasikmalaya membuktikan bahwa olahraga bisa tumbuh dari bawah ketika ada komitmen kolektif. Dengan fondasi komunitas yang kuat dan minat generasi muda yang tinggi, bukan tidak mungkin Tasikmalaya akan menjadi salah satu kiblat padel di Jawa Barat dalam beberapa tahun ke depan. Momentum ini harus dimanfaatkan dengan memperkuat pelatihan, membangun lebih banyak lapangan, dan menciptakan kompetisi yang berkelanjutan.

Baca juga Berita lainnya di News Page