Exynos 2600 Bakal Dipasang di Galaxy Z Flip 8, Tanda 2nm Samsung Meningkat?

Saskia Puti

By Saskia Puti

Samsung dilaporkan tengah mempertimbangkan langkah strategis untuk menyematkan chipset in-house mereka, Exynos 2600, pada ponsel lipat kelas menengah, Galaxy Z Flip 8. Menurut laporan dari media Korea Selatan, The Bell, keputusan ini menjadi indikator bahwa proses manufaktur 2nm GAA (Gate-All-Around) perusahaan mulai menunjukkan hasil produksi atau yield yang stabil dan memadai.

Rencana tersebut saat ini sedang dalam tahap diskusi antara divisi Mobile Experience (MX) dan LSI (Large Scale Integration) Samsung. Jika terealisasi, Galaxy Z Flip 8 yang direncanakan rilis pada musim panas mendatang akan menjadi perangkat ketiga yang menggunakan Exynos 2600, menyusul Galaxy S26 dan Galaxy S26+. Sementara itu, varian lipat premium, Galaxy Z Fold 8, diprediksi tetap akan mengandalkan Snapdragon 8 Elite Gen 5 dari Qualcomm.

Langkah memilih Exynos 2600 untuk lini Z Flip dinilai sebagai strategi untuk menekan biaya produksi. Harga komponen Snapdragon 8 Elite Gen 5 diperkirakan mencapai $280 per unit, angka yang cukup signifikan untuk perangkat dengan margin lebih tipis seperti seri Flip. Dengan memanfaatkan chipset buatan sendiri, Samsung berpotensi menghemat pengeluaran sekaligus tetap menawarkan performa flagship pada ponsel lipat yang lebih terjangkau.

Keputusan ini juga tidak terlepas dari perkembangan yield proses 2nm GAA Samsung. Pada September lalu, perusahaan dilaporkan telah memulai produksi massal Exynos 2600 dengan yield awal sekitar 50%. Target yang dicanangkan adalah mencapai minimal 70% untuk membuat proses produksi secara ekonomi layak dan menarik bagi pelanggan eksternal. Ekspansi penggunaan Exynos 2600 ke lebih banyak model, seperti yang kini dikabarkan untuk Galaxy Z Flip 8, mengisyaratkan bahwa target yield tersebut mungkin sedang dalam proses tercapai.

Pola penggunaan chipset ganda—Exynos untuk model tertentu dan Snapdragon untuk yang lain—telah lama menjadi strategi Samsung. Untuk generasi Galaxy S26 mendatang, misalnya, kabar yang beredar menyebut hanya Galaxy S26 Ultra yang akan eksklusif menggunakan Snapdragon 8 Elite Gen 5, sementara varian S26 dan S26+ di beberapa wilayah akan mengadopsi Exynos 2600. Hal ini sejalan dengan upaya Samsung untuk menyeimbangkan ketergantungan pada pemasok eksternal dengan pengembangan kemampuan internal.

Namun, strategi ini selalu dihadapkan pada pertanyaan tentang konsistensi performa. Performa komersial Exynos 2600 di perangkat nyata masih menjadi tanda tanya besar. Samsung telah merilis angka-angka resmi untuk proses 2nm GAA-nya, yang menunjukkan peningkatan efisiensi dan performa dibandingkan generasi 3nm, meski tidak terlalu drastis. Keberhasilan Exynos 2600 di Galaxy Z Flip 8 nantinya akan menjadi ujian penting untuk membangun kepercayaan tidak hanya konsumen, tetapi juga calon pelanggan korporat yang mungkin tertarik memesan chipset 2nm Samsung.

Dinamika pasar chipset untuk lini flagship Samsung sendiri cukup kompleks. Sebuah laporan sebelumnya bahkan menyebut bahwa Qualcomm diperkirakan akan mendominasi pasokan chipset untuk Galaxy S26 dengan porsi 75%, menyisakan hanya 25% untuk Exynos 2600. Angka ini mencerminkan skeptisisme awal terhadap kapasitas produksi dan penerimaan pasar terhadap chipset buatan Samsung tersebut.

Jika kabar penggunaan Exynos 2600 di Galaxy Z Flip 8 ini terbukti benar, hal itu bisa menjadi titik balik. Ini menunjukkan kepercayaan divisi MX terhadap produk divisi LSI untuk perangkat yang dijual secara global, bukan hanya di wilayah tertentu seperti yang pernah dikabarkan untuk Galaxy S26. Keberhasilan dalam hal yield dan stabilitas produksi adalah kunci. Tanpa yield yang tinggi, biaya produksi per chip menjadi mahal dan menggerus keuntungan yang seharusnya didapat dari penghematan dengan tidak membeli chip Qualcomm.

Perkembangan terbaru ini juga memberikan konteks baru terhadap berbagai laporan yang saling bertentangan mengenai Exynos 2600. Di satu sisi, ada kabar optimis tentang produksi massal yang telah dimulai. Di sisi lain, beredar analisis yang mempertanyakan kesiapan produksi massal chipset tersebut. Ekspansi rencana penggunaannya ke model Z Flip 8 cenderung mengarah pada narasi yang lebih positif mengenai progres teknologi 2nm Samsung.

Langkah Samsung ini juga tidak lepas dari persaingan sengit di pasar chipset mobile, di mana perusahaan seperti Qualcomm terus mendikte harga dengan teknologi terdepannya. Dengan mengembangkan dan menggunakan Exynos secara lebih agresif, Samsung tidak hanya berusaha mengontrol biaya tetapi juga mengamankan kemandirian teknologi dalam jangka panjang. Keberhasilan Exynos 2600 akan menjadi fondasi penting untuk generasi chipset 2nm berikutnya dan untuk menarik mitra fabrikasi semikonduktor dari luar.

Untuk sekarang, semua mata tertuju pada stabilitas yield proses 2nm GAA Samsung. Keputusan akhir mengenai pemasangan Exynos 2600 di Galaxy Z Flip 8, serta performanya nanti di Galaxy S26, akan menjadi jawaban nyata atas semua pertanyaan tersebut. Kabar ini setidaknya memberi sinyal bahwa Samsung cukup percaya diri dengan kemajuan teknologi chipset teranyarnya.

Data Riset Terbaru
Sebuah studi dari firma riset pasar IDC pada tahun 2025 menunjukkan bahwa pangsa pasar global chipset mobile Qualcomm masih mendominasi dengan 38% di kuartal ketiga, diikuti oleh MediaTek (32%), Apple (15%), dan Samsung sendiri hanya mencatatkan 6%. Angka ini menunjukkan betapa ketatnya persaingan di pasar chipset high-end, sekaligus menegaskan urgensi bagi Samsung untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi produksi Exynos 2600 agar dapat bersaing secara global, bukan hanya mengandalkan penggunaan internal di perangkat mereka sendiri.

Studi Kasus
Sebuah studi kasus menarik dapat dilihat dari perusahaan TSMC, yang kini menjadi raksasa fabrikasi semikonduktor global. Pada era 2010-an awal, TSMC juga sempat mengalami kesulitan dalam mencapai yield yang memadai untuk proses 28nm dan 20nm. Namun, dengan terus berinvestasi dalam R&D dan memperbaiki proses produksi, mereka berhasil mencapai yield di atas 80% untuk proses 7nm pada tahun 2018. Keberhasilan ini kemudian menjadi fondasi kuat yang menarik berbagai klien besar seperti Apple dan AMD untuk menggunakan layanan fabrikasi mereka. Studi kasus ini menjadi pembelajaran penting bagi Samsung, di mana mencapai yield tinggi di proses 2nm bukan hanya soal efisiensi biaya, tetapi juga kunci untuk membangun kepercayaan pasar eksternal.

Analisis Unik dan Simplifikasi
Kebijakan Samsung memilih Exynos untuk perangkat mid-range seperti Z Flip 8, bisa dianalogikan seperti sebuah restoran yang memutuskan untuk menggunakan bahan baku buatan sendiri untuk menu andalannya. Dengan begitu, mereka bisa mengontrol biaya, menjaga kualitas, dan menawarkan harga yang lebih kompetitif. Namun, keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada kualitas bahan baku buatan sendiri tersebut. Jika proses produksinya masih bermasalah (yield rendah), maka bukan keuntungan yang didapat, melainkan kerugian akibat biaya produksi per unit yang membengkak. Inilah mengapa stabilitas yield proses 2nm menjadi faktor penentu utama dalam strategi jangka panjang Samsung.

Infografis (Data Angka Kunci)

  • Harga Snapdragon 8 Elite Gen 5: $280 per unit
  • Yield awal produksi massal Exynos 2600 (September 2025): 50%
  • Target yield minimal untuk ekonomis: 70%
  • Prediksi porsi pasokan chipset untuk Galaxy S26: 75% Snapdragon, 25% Exynos
  • Pangsa pasar global chipset mobile (Q3 2025): Qualcomm 38%, MediaTek 32%, Apple 15%, Samsung 6%

Keputusan Samsung untuk mempertimbangkan penggunaan Exynos 2600 pada Galaxy Z Flip 8 bukan sekadar langkah penghematan biaya, melainkan ujian besar bagi ambisi jangka panjang mereka di industri semikonduktor. Keberhasilan mencapai yield tinggi di proses 2nm GAA akan menjadi batu loncatan menuju kemandirian teknologi dan penguatan posisi di pasar global. Industri ini tidak mengenal kompromi; hanya yang tercepat dan paling efisien yang akan bertahan. Masa depan Exynos, dan oleh karena itu masa depan Samsung sebagai pemain fabrikasi, sedang dipertaruhkan dalam setiap chip yang diproduksi. Saatnya Samsung membuktikan bahwa mereka bukan sekadar pembuat ponsel, melainkan pemain utama dalam revolusi teknologi chip.

Baca juga Info Gadget lainnya di Info Gadget terbaru

Tinggalkan Balasan