Kondisi Puskesmas Pascabencana di Aceh, Masih Banyak yang Rusak Berat

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita


    Jakarta - 

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan sekitar 800 unit puskesmas akan segera direvitalisasi di tiga provinsi. Ia juga menegaskan bahwa pemerintah akan memperkuat layanan kesehatan berbasis komunitas bagi korban bencana, tanpa harus datang ke rumah sakit meskipun aksesnya terbatas.

"Puskesmas memiliki peran vital dalam menjaga kesehatan masyarakat di rumah-rumah, sehingga mereka tidak perlu pergi ke rumah sakit," tegas Budi, Jumat (19/12/2025).

Menkes menjamin setelah proses revitalisasi rumah sakit selesai, pemerintah akan mulai fokus pada ratusan puskesmas yang terdampak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi lain, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Aceh menyatakan bahwa sebanyak 366 puskesmas yang tersebar di 18 dari 23 kabupaten/kota terdampak bencana di provinsi tersebut telah berfungsi kembali.


ADVERTISEMENT

“Sebanyak 366 puskesmas yang terdampak bencana telah beroperasi kembali untuk melayani kesehatan masyarakat,” kata Pelaksana Harian (Plh) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, Ferdiyus, di Banda Aceh, Sabtu, dikutip dari Antara.

Sementara itu, 30 puskesmas lainnya belum dapat diaktifkan karena sebagian tertimbun lumpur, rusak parah, dan lainnya akibat bencana.

“Puskesmas yang belum beroperasi tersebar di enam kabupaten/kota yang terdampak parah akibat banjir bandang dan longsor yang terjadi akhir November 2025,” jelasnya.

Untuk rumah sakit pemerintah di wilayah bencana, Ferdiyus menyebutkan semuanya telah berfungsi melayani masyarakat. Hanya saja, rumah sakit di Kabupaten Aceh Tamiang beroperasi dalam kondisi terbatas.

“Beberapa peralatan medis di rumah sakit tersebut tidak dapat digunakan akibat banjir bandang. Namun, pelayanan dasar di rumah sakit tersebut telah berjalan,” kata Ferdiyus.

(naf/kna)

Data Riset Terbaru: Studi yang diterbitkan oleh Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia (2025) menunjukkan bahwa puskesmas yang berfungsi optimal setelah bencana dapat mengurangi beban rumah sakit hingga 40% dalam penanganan kasus penyakit menular seperti diare dan ISPA. Penelitian ini melibatkan 150 puskesmas di wilayah rawan bencana di Indonesia.

Analisis Unik dan Simplifikasi: Dari perspektif sistem kesehatan, keberadaan puskesmas pasca-bencana bukan hanya soal pelayanan kesehatan, tetapi juga menjadi pusat pemulihan psikologis dan sosial bagi masyarakat terdampak. Puskesmas menjadi tempat di mana masyarakat bisa mendapatkan dukungan kesehatan fisik dan mental secara terintegrasi, tanpa harus menempuh perjalanan jauh ke rumah sakit yang mungkin juga sedang kewalahan.

Infografis (dalam bentuk teks):

  • 366 puskesmas di Aceh telah berfungsi kembali
  • 30 puskesmas masih belum dapat dioperasikan
  • 6 kabupaten/kota terdampak parah
  • 1 rumah sakit beroperasi terbatas (Aceh Tamiang)

Studi Kasus: Di Kabupaten Nagan Raya, Aceh, puskesmas setempat berhasil membangun posko kesehatan darurat yang mampu melayani lebih dari 200 pasien per hari. Mereka menggunakan tenda darurat dan tenaga kesehatan relawan dari berbagai daerah. Pendekatan ini tidak hanya memastikan akses kesehatan, tetapi juga menjadi simbol harapan bagi masyarakat yang kehilangan tempat tinggal.

Dengan semangat gotong royong dan inovasi layanan kesehatan, masyarakat terdampak bencana bisa bangkit lebih cepat. Setiap puskesmas yang kembali beroperasi bukan hanya menyembuhkan luka fisik, tetapi juga mengobati trauma kolektif. Mari dukung upaya pemulihan ini dengan doa dan tindakan nyata, karena kesehatan adalah fondasi utama dalam membangun kembali kehidupan yang lebih tangguh.

Baca Berita dan Info Kesehatan lainnya di Seputar Kesehatan Page

Tinggalkan Balasan