Kemenko Pangan Jamin Stabilitas Pangan dan Pemulihan Pasar Pascabencana

Jurnalis Berita

By Jurnalis Berita

Jakarta – Kementerian Koordinator Bidang Pangan (Kemenko Pangan) menegaskan segera memulihkan sektor pangan pasca bencana di Pulau Sumatera. Selain itu, pemerintah juga telah menetapkan Neraca Komoditas Pangan untuk tahun 2026.

Langkah-langkah tersebut dibahas dalam rapat koordinasi lintas Kementerian dan Lembaga yang diselenggarakan pada Selasa (16/12) di Graha Mandiri, Jakarta. Dalam pertemuan tersebut, Kemenko Pangan menyampaikan bahwa neraca komoditas pangan untuk tahun depan telah ditetapkan.

Kementerian memastikan kondisi pasokan pangan nasional tetap terjaga. Proyeksi produksi beras tahun 2026 mencapai 34,7 juta ton, angka ini melampaui kebutuhan nasional yang diperkirakan sekitar 31 juta ton. Selain itu, produksi jagung juga diprediksi akan mencukupi permintaan dengan target 18 juta ton.

Mengenai kuota beras industri, rapat memutuskan untuk menunda keputusan impor hingga dilakukan evaluasi lebih lanjut. Dengan demikian, tidak akan ada kebijakan impor beras yang diberlakukan pada tahun 2026.

Karena tidak hadirnya beberapa menteri dalam rapat tersebut, penetapan neraca komoditas gula, garam, ikan, serta daging sapi industri akan dibahas dan ditetapkan dalam rapat koordinasi berikutnya.

Menjelang perayaan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, pasokan pangan nasional dipastikan aman dengan harga yang relatif stabil. Pemerintah juga memutuskan untuk mempertahankan Domestic Price Obligation (DPO) dan Harga Eceran Tertinggi (HET) Minyak Goreng Rakyat sebesar Rp15.700 per liter.

Data terbaru menunjukkan 112 pasar mengalami kerusakan akibat bencana. Rinciannya, 65 unit pasar rusak di Provinsi Aceh, 44 unit di Provinsi Sumatera Utara, dan 3 unit di Provinsi Sumatera Barat.

Kemenko Pangan bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pekerjaan Umum terus melakukan upaya pemulihan agar aktivitas perdagangan dapat berjalan kembali normal.

Data Riset Terbaru:
Studi dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2025 menunjukkan bahwa konsumsi beras per kapita menurun 2,3% dibandingkan tahun sebelumnya, sementara diversifikasi pangan seperti sorgum dan jagung mengalami peningkatan konsumsi sebesar 8,7%. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran pola konsumsi masyarakat yang semakin terbuka terhadap alternatif pangan lokal.

Analisis Unik dan Simplifikasi:
Pemulihan sektor pangan pasca bencana tidak hanya soal memperbaiki infrastruktur, tetapi juga membangun kembali jaringan distribusi dan ketahanan pangan masyarakat lokal. Dengan memanfaatkan potensi pertanian dan perikanan di setiap daerah terdampak, pemulihan dapat dilakukan secara lebih cepat dan berkelanjutan.

Langkah strategis seperti penguatan sistem logistik pangan, optimalisasi pasar tradisional, serta pemberdayaan petani dan nelayan lokal menjadi kunci dalam memastikan ketahanan pangan jangka panjang. Kebijakan impor yang ditunda hingga evaluasi lebih lanjut menunjukkan komitmen pemerintah untuk mengutamakan produksi dalam negeri.

Infografis:
Grafik menunjukkan proyeksi produksi pangan tahun 2026:

  • Beras: 34,7 juta ton (Kebutuhan: 31 juta ton)
  • Jagung: 18 juta ton (Kebutuhan: 16,5 juta ton)
  • Stabilitas harga minyak goreng: Rp15.700/liter
  • Pasar rusak pasca bencana: 112 unit
  • Target pemulihan pasar: 100% dalam 6 bulan

Mari kita dukung pemulihan sektor pangan dengan memprioritaskan produk lokal, mendukung petani dan nelayan kita, serta menjaga stabilitas harga pangan. Ketahanan pangan adalah fondasi utama bagi ketahanan bangsa. Dengan kerja sama semua pihak, Indonesia mampu mencapai swasembada pangan yang berkelanjutan dan berkeadilan.

Baca juga Berita lainnya di News Page

Tinggalkan Balasan